Lompat ke isi

Nasionalisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmad Hara (bicara | kontrib)
k Hanya memberi jeda kalimat agar terbaca lebih mudah dipahami
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
Cikalasa (bicara | kontrib)
k Nasionalisme Islam Salah satu tokoh penting dalam gerakan nasionalisme Muslim di Indonesia adalah KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sebuah organisasi Islam modern yang fokus pada pendidikan dan kemandirian ekonomi umat Muslim. Di samping itu, tokoh-tokoh lain seperti HOS Tjokroaminoto, KH Hasyim Asy'ari, dan Mohammad Natsir juga merupakan tokoh-tokoh Muslim yang berperan dalam gerakan nasionalisme. Kontribusi dari gerakan nasionalisme Muslim di Indonesia terutama terlihat dalam upaya mere
Baris 1: Baris 1:
== Nasionalisme Islam ==
Salah satu tokoh penting dalam gerakan nasionalisme Muslim di Indonesia adalah KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sebuah organisasi Islam modern yang fokus pada pendidikan dan kemandirian ekonomi umat Muslim. Di samping itu, tokoh-tokoh lain seperti HOS Tjokroaminoto, KH Hasyim Asy'ari, dan Mohammad Natsir juga merupakan tokoh-tokoh Muslim yang berperan dalam gerakan nasionalisme.

Kontribusi dari gerakan nasionalisme Muslim di Indonesia terutama terlihat dalam upaya mereka untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan nasionalisme Indonesia. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah konsep "Islam Nusantara", yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia telah berkembang secara unik dan bercirikan toleransi, inklusivitas, dan keberagaman. Konsep ini telah memberikan kontribusi penting dalam memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

Selain itu, gerakan nasionalisme Muslim juga telah berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme Belanda, dan dalam mempromosikan persamaan hak-hak bagi semua warga negara Indonesia tanpa memandang agama, suku, atau latar belakang lainnya. Gerakan ini juga terus mengusung agenda-agenda sosial dan ekonomi yang diarahkan pada kesejahteraan umat Muslim dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

== Referensi: ==

* Al-Maidah, S. M., & Sahal, M. (2017). Gerakan Nasionalisme Islam di Indonesia dan Kontribusinya terhadap Pembangunan Nasional. Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 251-262.
* Fealy, G., & White, S. (2008). Expressing Islam: Religious Life and Politics in Indonesia. Institute of Southeast Asian Studies.
* Laffan, M. F. (2003). Islamic Nationhood and Colonial Indonesia: The umma below the winds. Routledge.
{{status hukum}}
{{status hukum}}
{{tak netral}}
{{tak netral}}

Revisi per 16 Mei 2023 04.28

Nasionalisme Islam

Salah satu tokoh penting dalam gerakan nasionalisme Muslim di Indonesia adalah KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sebuah organisasi Islam modern yang fokus pada pendidikan dan kemandirian ekonomi umat Muslim. Di samping itu, tokoh-tokoh lain seperti HOS Tjokroaminoto, KH Hasyim Asy'ari, dan Mohammad Natsir juga merupakan tokoh-tokoh Muslim yang berperan dalam gerakan nasionalisme.

Kontribusi dari gerakan nasionalisme Muslim di Indonesia terutama terlihat dalam upaya mereka untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan nasionalisme Indonesia. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah konsep "Islam Nusantara", yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia telah berkembang secara unik dan bercirikan toleransi, inklusivitas, dan keberagaman. Konsep ini telah memberikan kontribusi penting dalam memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

Selain itu, gerakan nasionalisme Muslim juga telah berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme Belanda, dan dalam mempromosikan persamaan hak-hak bagi semua warga negara Indonesia tanpa memandang agama, suku, atau latar belakang lainnya. Gerakan ini juga terus mengusung agenda-agenda sosial dan ekonomi yang diarahkan pada kesejahteraan umat Muslim dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Referensi:

  • Al-Maidah, S. M., & Sahal, M. (2017). Gerakan Nasionalisme Islam di Indonesia dan Kontribusinya terhadap Pembangunan Nasional. Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 251-262.
  • Fealy, G., & White, S. (2008). Expressing Islam: Religious Life and Politics in Indonesia. Institute of Southeast Asian Studies.
  • Laffan, M. F. (2003). Islamic Nationhood and Colonial Indonesia: The umma below the winds. Routledge.

Nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah bangsa dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan bangsanya. Termasuk nasionalisme adalah rasa ingin mempertahankan bangsanya, baik dari ranah internal maupun eksternal.

Para nasionalis menganggap bangsa adalah berdasarkan beberapa "legitimasi politik". Bersumber dari teori romantisme, yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menanggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.

Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tumbuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan ini pun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu habitatnya. Namun, bila suasananya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.

Di zaman modern, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di atas. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nazisme, pengasingan dan sebagainya.

Beberapa bentuk dari nasionalisme

Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut.

Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial").

Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").

Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis di mana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.

Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRT karena pemerintahan RRT berpaham komunisme.

Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Prancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bilamana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Prancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.

Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.

Namun, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.