Ekonomi Malaysia: Perbedaan antara revisi
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.1 |
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8.6 |
||
Baris 96: | Baris 96: | ||
*A3 |
*A3 |
||
*Outlook: Positif |
*Outlook: Positif |
||
*[[Fitch Group|Fitch]]:<ref>{{cite web | url=http://www.thestar.com.my/Business/Business-News/2020/04/12/Fitch-Ratings-maintains-negative-outlook-on-Malaysia-sovereigns/?style=biz | title=The Star | access-date=8 December 2020}}</ref> |
*[[Fitch Group|Fitch]]:<ref>{{cite web | url=http://www.thestar.com.my/Business/Business-News/2020/04/12/Fitch-Ratings-maintains-negative-outlook-on-Malaysia-sovereigns/?style=biz | title=The Star | access-date=8 December 2020 }}{{Pranala mati|date=Februari 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> |
||
*{{decrease}}BBB+ |
*{{decrease}}BBB+ |
||
*Outlook: Stable}} |
*Outlook: Stable}} |
Revisi per 8 Februari 2022 22.29
Ekonomi Malaysia | |
---|---|
Mata uang | Ringgit (MYR, RM) |
Tahun fiskal | Tahun Kalender |
Organisasi perdagangan | APEC, ASEAN, IOR-ARC, WTO |
Statistik | |
PDB | |
Pertumbuhan PDB |
|
PDB per kapita | |
PDB per sektor | |
Inflasi (IHK) | −1.1% (2020 est.)[1] |
Penduduk di bawah garis kemiskinan | |
Koefisien gini | ▲ 41.0 medium (2015, World Bank)[6] |
Angkatan kerja berdasarkan sektor | |
Pengangguran | ▲ 3.4% (Juni 2017)[8] |
Industri utama | Elektronik, semikonduktors, microchip, sirkuit terpadus, karet, oleokimia, otomotif, perangkat optik, farmasi, peralatan medis, peleburan, kayu, bubur kayu, keuangan Islam, minyak bumi, gas alam cair, petrokimia, produk telekomunikasi |
Peringkat kemudahan melakukan bisnis | 12th (sangat mudah, 2020)[9] |
Eksternal | |
Ekspor | $263 billion (2017 est.)[10] |
Komoditas ekspor | Semikonduktor & produk elektronik, minyak sawit, gas alam cair, minyak bumi, bahan kimia, mesin, kendaraan, optik & ilmiah peralatan, manufaktur dari logam, karet, kayu dan produk kayu |
Tujuan ekspor utama |
|
Impor | $197 billion (2017 est.)[11] |
Komoditas impor | Produk listrik & elektronik, mesin, bahan kimia, minyak bumi, plastik, kendaraan, manufaktur produk logam, besi dan baja |
Negara asal impor utama |
|
Modal investasi langsung asing | |
Utang kotor luar negeri | ▲ $217.2 billion (31 Desember 2017 est.)[7] |
Pembiayaan publik | |
Utang publik | ▼ 54.1% of GDP (2017 est.)[7][note 1] |
Pendapatan | 51.25 miliar (2017 est.)[7] |
Beban | 60.63 miliar(2017 est.)[7] |
Bantuan ekonomi | $31.6 juta (2005 est.) |
Peringkat utang | |
Cadangan mata uang asing | US$103.4 miliar(30 April 2019)[15] |
Sumber data utama: CIA World Fact Book |
Ekonomi Malaysia merupakan ekonomi negara yang terbesar ketiga di Asia Tenggara dan kedua puluh sembilan di dunia berdasarkan produk domestik bruto. Inflasi yang terjadi hanya sekitar 0,4% [16] serta angka kemiskinan sebesar 3,5% menjadikan Malaysia sebagai salah satu negara yang perekonomiannya maju dengan pesat setelah krisis finansial Asia 1997.[17] Mata uang yang digunakan secara resmi di seluruh Malaysia adalah Ringgit. Malaysia dikenal dengan hasil pertanian yang melimpah, terutama dalam produksi karet dan minyak kelapa. Mitra ekspor utamanya adalah Tiongkok, Singapura, Amerika Serikat dan Thailand. Ekspor terutama dalam bidang peralatan elektronik, gas alam cair, kayu serta produk olahannya, karet dan tekstil. Malaysia berhasil menduduki peringkat kedua puluh satu untuk kategori kemudahan dalam kegiatan bisnis.
Kebijakan penting
Dari tahun 1957 hingga tahun 2010, perkembangan ekonomi Malaysia secara umum dipengaruhi oleh empat masa kebijakan ekonomi. Masing–masing ialah kebijakan ekonomi awal kemerdekaan (1957–1970), Kebijakan Ekonomi Baru (1971–1990), Kebijakan Pembangunan Bangsa (1991–2000) dan Kebijakan Wawasan Kebangsaan (2001-2010). Kebijakan ekonomi Malaysia dibentuk berdasarkan situasi ekonomi dengan perbedaan terletak pada tujuan jangka panjang atas perencanaan ekonomi. Dasawarsa pertama setelah kemerdekaan Malaysia, kegiatan ekonomi dipusatkan pada pasar ekspor dengan melakukan promosi produk dalam negeri. Pemerintah Malaysia belum ikut campur di dalam pengembangan ekonomi maupun pengembangan daerah. Setelah Kebijakan Ekonomi Baru diterapkan, ekonomi Malaysia diarahkan untuk memenuhi tujuan mengurangi kemiskinan dan mengatur ulang struktur sosial di masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai ialah pertumbuhan ekonomi dan persamaan kesejahteraan. Pada tahun 1991, Kebijakan Pembangunan Bangsa diterapkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang seimbang dengan mengutamakan pembangunan negara dan persatuan masyarakat. Kebijakan Wawasan Kebangsaan diberlakukan sejak tahun 2001 untuk mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di abad ke-21 Masehi. Tujuannya adalah pertumbuhan ekonomi dengan tingkatan yang tinggi disertai dengan pengembangan kualitas dan kemampuan bangsa dalam mewujudukan kemajuan bangsa Malaysia.[18]
Kebijakan Ekonomi Baru
Abdul Razak Hussein selaku Perdana Menteri Malaysia mengeluarkan Kebijakan Ekonomi Baru Malaysia pada tahun 1971. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi ketimpangan ekonomi dan sosial antar berbagai etnis dan ras yang ada di Malaysia. Target utamanya adalah mengurangi kemiskinan di Malaysia. Koalisi partai dibentuk pada tanggal 1 Januari 1973 untuk melaksanakan kebijakan ekonomi baru. Nama koalisi ini adalah Barisan Nasional. Partai-partai yang tergabung di dalamnya adalah Organisasi Nasional Melayu Bersatu, Asosiasi Tionghoa Malaysia, dan Kongres India Malaysia. Pembentukan Barisan Nasional ini untuk mempertahankan ketahanan nasional melalui perbaikan kondisi ekonomi.[19]
Kerja sama
Kerja sama subregional
Malaysia telah melakukan beberapa kerja sama subregional untuk meningkatkan ekonominya. Berbagai kerja sama ekonomi yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan wilayah Malaysia Timur. Kerja sama pertama dilakukan dengan menyetujui Segitiga Pertumbuhan Indonesia–Malaysia–Thailand. Di wilayah sekitaran Sungai Mekong, Malaysia mengadakan kerja sama ekonomi dengan negara anggota Subwilayah Mekong Raya. Selain itu, Malaysia juga mengadakan kerja sama dengan negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggar (ASEAN) di bagian timur melalui Kawasan Pertumbuhan ASEAN Timur. Tujuan kerja sama ini adalah membangun landasan pertumbuhan ekonomi dengan membuat jalur perhubungan antarnegara. Tujuan lainnya adalah mempercepat pengadaan perdagangan bebas.[20]
Permasalahan
Pengangguran struktural
Penduduk kawasan perkotaan di Malaysia mengalami masalah pengangguran struktural akibat keberadaan jalan tol. Pembangunan tol ini merupakan bagian dari kerja sama subregional antara Malaysia dan negara-negara tetangganya. Keberadaan jalan tol ini khususnya pada perhubungan antara Malaysia dengan Singapura dan Thailand. Di Malaysia Barat, dahulu perjalanan antar perbatasan negara harus berkendara melalui kota-kota kecil di Malaysia. Pembangunan jalan tol membuat kota-kota kecil ini tidak disinggahi sehingga kegiatan perdagangan berkurang. Para pemilik usaha yang berkaitan dengan pelayanan peziarah akan mengalami penurunan pendapatan. Jenis usaha yang mengalami kemunduran ekonomi antara lain rumah makan, dan penjual kriya di berbagai kota yang masih berkembang. Kemunduran ekonomi kemudian meningkatkan jumlah pengangguran di kota-kota tersebut.[21]
Infrastruktur
Transportasi
Jaringan jalan nasional utama di Malaysia adalah Sistem Rute Federal Malaysia, yang membentang lebih dari 49.935 kilometer. Sebagian besar jalan federal di Malaysia berlajur dua. Di wilayah kota, jalan federal dapat memiliki 4 jalur untuk meningkatkan kapasitas lalu lintas. Hampir semua jalan federal sudah dilapisi aspal, selain beberapa bagian pada Jalan Raya Skudai – Pontian yang dilapisi dengan beton, sedangkan bagian dari Jalan Tol Federal yang menghubungkan Klang ke Kuala Lumpur, dilapisi dengan aspal.
Referensi
- ^ a b c d e "World Economic Outlook Database, October 2021". IMF.org. International Monetary Fund. Diakses tanggal 17 October 2020.
- ^ Bank, World (8 June 2020). "Global Economic Prospects, June 2020". openknowledge.worldbank.org. World Bank: 74. Diakses tanggal 10 June 2020.
- ^ "Treasury" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 10 April 2015. Diakses tanggal 4 April 2015.
- ^ "World Bank lauds Malaysia's revision of poverty line". The Edge Markets. 17 July 2020.
- ^ "Poverty headcount ratio at $5.50 a day (2011 PPP) (% of population) - Malaysia". data.worldbank.org. World Bank. Diakses tanggal 3 October 2019.
- ^ "GINI index (World Bank estimate)". data.worldbank.org. World Bank. Diakses tanggal 18 March 2019.
- ^ a b c d e f g "The World Factbook". CIA.gov. Central Intelligence Agency. Diakses tanggal 18 March 2019.
- ^ "Key Statistics of Labour Force in Malaysia". Diakses tanggal 10 August 2017.
- ^ "Ease of Doing Business in Malaysia". Doingbusiness.org. Diakses tanggal 24 November 2017.
- ^ "OEC - Malaysia (MYS) Exports, Imports, and Trade Partners". atlas.media.mit.edu (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 March 2019. Diakses tanggal 24 March 2019.
- ^ a b c "OEC - Malaysia (MYS) Exports, Imports, and Trade Partners". atlas.media.mit.edu (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 March 2019. Diakses tanggal 24 March 2019.
- ^ "The Star". Diakses tanggal 8 April 2015.
- ^ "The Star". Diakses tanggal 8 April 2015.
- ^ "The Star". Diakses tanggal 8 December 2020.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "International Reserves of Bank Negara Malaysia as at 30 April 2019". Bank Negara Malaysia. 7 May 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 August 2020. Diakses tanggal 9 December 2020.
- ^ http://data.worldbank.org/country/malaysia World Bank Publications
- ^ Johan, Musalmah (2005). "Eradicating Rural and Urban Poverty" (PDF). Malaysian Institute of Economic Research. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-07-26. Diakses tanggal 2010-11-07.
- ^ Hanafi, Ivan (2014). Atif, Nurul Falah, ed. Pendidikan Teknik dan Vokasional: Menggali Pengalaman Sukses Bi-National di Negeri Jiran, dari Konsep hingga Implementasi. Bandung: PT Refika Aditama. hlm. 12. ISBN 978-602-7948-29-7.
- ^ Helmiati (2007). Islam dalam Masyarakat dan Politik Malaysia (PDF). Pekan Baru: Suska Press. hlm. 110. ISBN 978-979-1288-11-8.
- ^ Raharjo, Sandi Nur Ikfal, ed. (2019). Membangun Konektivitas di Perbatasan: Kerja Sama Subregional Indonesia. Brunei Darussalam, Malaysia dan Filipina (PDF). Jakarta: LIPI Press. hlm. 87. ISBN 978-602-496-075-9.
- ^ Muchtolifah (2010). Ekonomi Makro (PDF). Surabaya: Unesa University Press. hlm. 47. ISBN 978-979-028-241-4.
Pranala luar
- Mahathir bin Mohamad's interview with the PBS series "Commanding Heights" on the subject of East Asian economic development.
- Key Statistics for Malaysia Diarsipkan 2006-08-24 di Wayback Machine.
- Economic Outlook by Economist Intelligence Unit Diarsipkan 2007-10-20 di Wayback Machine.
- https://ekbis.sindonews.com/read/1167814/35/ringgit-malaysia-diprediksi-terus-melemah-hingga-kuartal-i-2017-1483431808
Bacaan lanjutan
- Zahari, Said (2007). The long nightmare: my 17 years as a political prisoner. Malaysia: Utusan Publications. hlm. 186. ISBN 9789676119391.
- Musa, M. Bakri (2007). Towards A Competitive Malaysia. Petaling Jaya: Strategic Information and Research Development Centre. hlm. 122. ISBN 978-983-3782-20-8.
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/>
yang berkaitan