Cibarusah, Bekasi: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 26: | Baris 26: | ||
Pangeran Senopati menganggap kawasan hutan ini cocok sebagai tempat persembunyian. Mereka membuka hutan ini, dan membangun pemukiman baru. Pangeran Senapati bersama pengikutnya mendirikan sebuah Masjid sebagai pusat pemukiman ini.<ref>{{Cite journal|last=Agustia|first=Agustia|date=2012|title=Dinamika Pemakaian Gelar Raden di Desa Cibarusah|url=http://eprints.uny.ac.id/22390/|journal=Universitas Negeri Yogyakarta}}</ref> Masjid ini diberi nama Masjid Al Mujahidin. Masjid ini pertama kali dibangun menggunakan kayu jati yang melimpah disana. |
Pangeran Senopati menganggap kawasan hutan ini cocok sebagai tempat persembunyian. Mereka membuka hutan ini, dan membangun pemukiman baru. Pangeran Senapati bersama pengikutnya mendirikan sebuah Masjid sebagai pusat pemukiman ini.<ref>{{Cite journal|last=Agustia|first=Agustia|date=2012|title=Dinamika Pemakaian Gelar Raden di Desa Cibarusah|url=http://eprints.uny.ac.id/22390/|journal=Universitas Negeri Yogyakarta}}</ref> Masjid ini diberi nama Masjid Al Mujahidin. Masjid ini pertama kali dibangun menggunakan kayu jati yang melimpah disana. |
||
Ketika Masjid Al Mujahidin sudah didirikan, pengikut Pangeran Senopati kesulitan untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi syarat sah bersuci untuk menunaikan [[shalat]]. Ketika pencarian sumber air bersih berhasil, salah satu ulama yang menyertai Pangeran berujar dalam bahasa Sunda "Tah, ieu cai baru sah", yang artinya "Nah, air ini baru sah". Oleh sebab itu, daerah ini dinamakan |
Ketika Masjid Al Mujahidin sudah didirikan, pengikut Pangeran Senopati kesulitan untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi syarat sah bersuci untuk menunaikan [[shalat]]. Ketika pencarian sumber air bersih berhasil, salah satu ulama yang menyertai Pangeran berujar dalam bahasa Sunda "Tah, ieu cai baru sah", yang artinya "Nah, air ini baru sah". Oleh sebab itu, daerah ini dinamakan Cibarusah. Sementara itu, pemukiman ini dinamakan Kampung Babakan Cibarusah. |
||
Oleh masyarakat |
Oleh masyarakat Cibarusah, Pangeran Senopati dikenal sebagai "Uyut Sena" atau "Mbah Sena". Hingga kini, keturunan Pangeran Sena masih ada di Kampung Babakan Cibarusah. Keturunan beliau dapat dikenali dengan gelar Raden yang disematkan pada nama mereka.<ref>{{Cite journal|last=Agustia|first=Agustia|date=2012|title=Dinamika Pemakaian Gelar Raden di Desa Cibarusah|url=http://eprints.uny.ac.id/22390/|journal=Universitas Negeri Yogyakarta}}</ref> |
||
Sejak abad 19, nama Cibarusah sempat menjadi nama sebuah Kawedanan di Karasidenan Bogor. Pusat/Ibukota Kawedanan Cibarusah berada di sisi utara Alun-alun Kota Jonggol, [[Kelurahan]] [[Jonggol]]. Wilayahnya membentang dari Tepi Timur Kali Ciliwung di Cimanggis hingga Tepi Utara Kali Cibeet di Cianjur. Pada tahun 1936, nama Kawedanan Cibarusah berganti menjadi Kawedanan Jonggol dan statusnya di tingkatkan menjadi Kawedanan Mandiri (berdiri sendiri) yang memiliki kewenangan hampir setara kadipaten. Hingga tahun [[1957]] Kawedanan Jonggol dibubarkan, sementara wilayah Cibarusah bergabung kedalam [[Kabupaten Bekasi]] yang baru saja dimekarkan dari [[Kabupaten]] [[Jatinegara]]. |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
==Demografi== |
==Demografi== |
Revisi per 7 Oktober 2022 01.56
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Cibarusah | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Bekasi | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Mahrup, S.IP | ||||
Populasi | |||||
• Total | 74,587 jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 32.16.22 | ||||
Kode BPS | 3216030 | ||||
Desa/kelurahan | 7 | ||||
|
Cibarusah (Aksara Sunda: ᮎᮤᮘᮛᮥᮞᮂ) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sebelum bergabung ke dalam Kabupaten Bekasi tahun 1957, Cibarusah atau Distrik Tjibaroesa (mencakup Serangbaru dan Bojongmangu) adalah wilayah dari Kawedanan Jonggol (sebelumnya pernah bernama Tjibaroesa) yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor.[1] Penggabungan wilayah Cibarusah kedalam Kabupaten Bekasi tak terlepas dari pembubaran Kabupaten Jatinegara yang kemudian wilayahnya digabungkan ke Kota Praja Jakarta, sementara wilayah lainnya berdiri menjadi Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang. Karena wilayah otonomi baru Kabupaten Bekasi untuk ukuran saat itu dinilai terlalu kecil maka digabungkanlah sebagian wilayah Kawedanan Jonggol, seperti Kranggan (Djatisampoerna), Serang (Serangbaru), Tjibaroesa serta beberapa desa atau kampung seperti, Awirangan (Tjileungsi), Tjikarageman (Tjileungsi), dan Soekadamai.
Cibarusah merupakan sebuah wilayah yang cukup dekat dengan beberapa daerah bisnis terkenal seperti Cikarang dan Cibubur yang hanya membutuhkan sekitar 40-50 menit berkendaraan sepeda motor.[2][3]
Sejarah
Pada awalnya, Sunda Kelapa merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Daerah ini berhasil direbut oleh Fatahilah pada 22 Juni 1527. Namanya diganti menjadi Jayakarta, yang berarti "keunggulan yang sempurna". Fatahilah diangkat menjadi pemimpin di Jayakarta hingga ia meninggal pada 1570. Selanjutnya, jabatan Adipati Jayakarta dipegang oleh Ki Bagus Angke hingga 1596. Setelah itu, ia digantikan oleh Pangeran Jayakarta Wijayakrama.
Pada tahun 1619, VOC menyerang Jayakarta. Karena situasi yang terdesak, Pangeran Jayakarta Wijayakrama memerintahkan anaknya, Pangeran Senapati untuk pergi dari Jayakarta dan mengumpulkan kekuatan baru di daerah pesisir dan pedalaman untuk melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Sementara itu, Jayakarta jatuh ke tangan VOC. Namanya diganti menjadi "Batavia".
Pangeran Senapati, bersama keluarga, pasukan dan pengikutnya berangkat pergi dari Jayakarta, melalui jalur laut pantai utara Jawa, lalu ke arah timur, kemudian perjalanan darat ke selatan. Mereka bergerak melewati Cabang Bungin, Batujaya, Pebayuran, Rengas Bandung, Lemah Abang, Pasir Konci, hingga akhirnya mereka sampai di suatu hutan jati.[4]
Pangeran Senopati menganggap kawasan hutan ini cocok sebagai tempat persembunyian. Mereka membuka hutan ini, dan membangun pemukiman baru. Pangeran Senapati bersama pengikutnya mendirikan sebuah Masjid sebagai pusat pemukiman ini.[5] Masjid ini diberi nama Masjid Al Mujahidin. Masjid ini pertama kali dibangun menggunakan kayu jati yang melimpah disana.
Ketika Masjid Al Mujahidin sudah didirikan, pengikut Pangeran Senopati kesulitan untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi syarat sah bersuci untuk menunaikan shalat. Ketika pencarian sumber air bersih berhasil, salah satu ulama yang menyertai Pangeran berujar dalam bahasa Sunda "Tah, ieu cai baru sah", yang artinya "Nah, air ini baru sah". Oleh sebab itu, daerah ini dinamakan Cibarusah. Sementara itu, pemukiman ini dinamakan Kampung Babakan Cibarusah.
Oleh masyarakat Cibarusah, Pangeran Senopati dikenal sebagai "Uyut Sena" atau "Mbah Sena". Hingga kini, keturunan Pangeran Sena masih ada di Kampung Babakan Cibarusah. Keturunan beliau dapat dikenali dengan gelar Raden yang disematkan pada nama mereka.[6]
Sejak abad 19, nama Cibarusah sempat menjadi nama sebuah Kawedanan di Karasidenan Bogor. Pusat/Ibukota Kawedanan Cibarusah berada di sisi utara Alun-alun Kota Jonggol, Kelurahan Jonggol. Wilayahnya membentang dari Tepi Timur Kali Ciliwung di Cimanggis hingga Tepi Utara Kali Cibeet di Cianjur. Pada tahun 1936, nama Kawedanan Cibarusah berganti menjadi Kawedanan Jonggol dan statusnya di tingkatkan menjadi Kawedanan Mandiri (berdiri sendiri) yang memiliki kewenangan hampir setara kadipaten. Hingga tahun 1957 Kawedanan Jonggol dibubarkan, sementara wilayah Cibarusah bergabung kedalam Kabupaten Bekasi yang baru saja dimekarkan dari Kabupaten Jatinegara.
Pada zaman pendudukan Jepang tahun 1942-1945, terdapat kamp interniran di Cibarusah. Pada saat agresi militer juga berdiri Batalyon Jonggol dibawah TKR, yang markasnya terletak di dekat Alun-alun Kota Jonggol.
Demografi
Menurut data BPS, ada 14 kecamatan dengan dominasi suku Betawi yang menggunakan bahasa Melayu Betawi dan 9 kecamatan dengan dominasi menggunakan bahasa Sunda. Beberapa kecamatan dengan dominasi bahasa Sunda adalah Kecamatan Setu, Serang Baru, Cikarang Pusat, Cikarang Selatan, Cibarusah, Bojongmangu, Cikarang Timur, Kedungwaringin, dan Pebayuran.
Semua kecamatan tersebut memang berada di bagian selatan Kabupaten Bekasi. Kondisi ini membuat semakin menarik untuk dilakukan verifikasi pemetaan bahasa. Dengan adanya hasil peta bahasa dari kegiatan verifikasi pemetaan bahasa ke depannya, diharapkan situasi dan kondisi kebahasaan di Kabupaten Bekasi dapat tergambarkan dengan jelas batas penggunaan bahasanya antara bahasa Melayu Betawi dan bahasa Sunda.[7]
Geografi
Wilayah Kecamatan Cibarusah menjadi wilayah dengan ketinggian rata-rata tertinggi di Kabupaten Bekasi, yaitu 50 - 135 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan topografi sedikit berbukit. Cibarusah dahulunya yang menjadi bagian dari Kawedanan Jonggol, Kabupaten Bogor yang dikenal sebagai salah satu daerah pertanian yang subur. Sebelum tahun 1979 Cibarusah wilayah nya sangat luas, meliputi juga Kecamatan Serang Baru, Bojongmangu dan beberapa desa di Cikarang Selatan, seperti Sukadami, Serang, Ciantra dan Sukasejati.
Kelurahan/Desa
Referensi
- ^ [1] tempo.co
- ^ Cibarusah Banjir[pranala nonaktif permanen] www.gizi.net
- ^ Di Cibarusah 3 Desa Terisolasi www.pikiran-rakyat.com
- ^ "Sasakala Cibarusah". Palataran Jabarnews. Diakses tanggal March 29, 2021.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Agustia, Agustia (2012). "Dinamika Pemakaian Gelar Raden di Desa Cibarusah". Universitas Negeri Yogyakarta.
- ^ Agustia, Agustia (2012). "Dinamika Pemakaian Gelar Raden di Desa Cibarusah". Universitas Negeri Yogyakarta.
- ^ "Bahasa Di Kabupaten Bekasi". badanbahasa.kemdikbud.go.id.