Suku Guci: Perbedaan antara revisi
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 4: | Baris 4: | ||
==Etimologi== |
==Etimologi== |
||
Secara etimologi, kata "guci" didasarkan pada suku kata ''gu''{{sfn|Faivre|Hanegraaff|1998|p=}} dan ''ci'',{{sfn|Franco|2013|p=161–172}} yang masing-masing mewakili kegelapan dan "untuk bergerak dalam lingkaran." Suku kata "ci" terhubung ke akar ''ca'' yang berarti "pencapaian dari gerakan yang melingkar." Di antara kata benda paling awal yang berasal dari akar ini adalah cakra "roda" atau "lingkaran" dan candra "Bulan."{{sfn|Franco|2013|p=161–172}} |
Secara etimologi, kata "guci" didasarkan pada suku kata ''gu''{{sfn|Faivre|Hanegraaff|1998|p=}} dan ''ci'',{{sfn|Franco|2013|p=161–172}} yang masing-masing mewakili kegelapan dan "untuk bergerak dalam lingkaran." Suku kata "ci" terhubung ke akar ''ca'' yang berarti "pencapaian dari gerakan yang melingkar." Di antara kata benda paling awal yang berasal dari akar ini adalah cakra "roda" atau "lingkaran" dan candra "Bulan."{{sfn|Franco|2013|p=161–172}} |
||
Pendapat lain mengatakan bahwa kata guci memiliki arti kendi, jambangan bunga atau pasu dan memiliki terkaitan dengan budaya Tiongkok atau Indocina |
|||
==Penyebaran== |
==Penyebaran== |
Revisi per 11 Desember 2022 07.04
Suku Guci adalah satu dari tujuh subsuku atau klan dari kaum Katumanggungan, anak dari Puti Indo Jalito dengan Maharajadiraja pemegang tampuk pulau Percha, pendiri alam Minangkabau, Sri Maharajo Dirajo di Pariangan—enam lainnya adalah Koto, Piliang, Dalimo, Sikumbang, Sipisang, dan Malayu.
Etimologi
Secara etimologi, kata "guci" didasarkan pada suku kata gu[1] dan ci,[2] yang masing-masing mewakili kegelapan dan "untuk bergerak dalam lingkaran." Suku kata "ci" terhubung ke akar ca yang berarti "pencapaian dari gerakan yang melingkar." Di antara kata benda paling awal yang berasal dari akar ini adalah cakra "roda" atau "lingkaran" dan candra "Bulan."[2]
Penyebaran
Suku Guci menyebar hampir merata di alam Minangkabau baik di Luhak nan Tigo, yaitu di Tanah Datar, Padang Panjang, Agam, Bukittinggi, Lima Puluh Kota, dan Payakumbuh, maupun di rantau, seperti di Sijunjung, Sawahlunto, Dharmasraya, Solok, Kota Solok, Padang Pariaman, Pariaman, Padang, dan Pesisir Selatan, serta di berbagai rantau lainnya baik di dalam maupun di luar negeri.
Pangulu
Kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka mufakat, mufakat barajo ka nan bana, bana badiri sandirinyo, bana manuruik alua jo patuik, manuruik patuik jo mungkin.
— Petitih struktur pemerintahan adat Minangkabau
Berikut ini beberapa gelar Penghulu suku Guci:
- Datuk Suri Dirajo Maharajo di Pariangan,[6] Tanah Datar
- Datuk Bungsu di Batipuh,[7][8] Tanah Datar
- Datuk Rangkayo Tuo di Tambangan, Tanah Datar
- Datuk Tan Kabasaran di Biaro, Agam
- Datuk Nan Basa di Ampek Angkek, Agam
- Datuk Bandaro di Candung, di Kurai Limo Jorong, di Banuhampu, dan di Batagak,[9] Agam
- Datuk Bandaro Gadang di Candung, Agam
- Datuk Bandaro Bhuban di Candung, Agam
- Datuk Indomo di Candung, Agam
- Datuk Rajo Labiah di Candung, Agam
- Datuk Malaka di Kurai Limo Jorong,[10][11] Agam
- Datuk Tan Mangedan di Kurai Limo Jorong, Agam
- Datuk Basudu Ameh di Kurai Limo Jorong, Agam
- Datuk Batungkek Ameh di Banuhampu dan di Gadut, Agam
- Datuk Suri Dirajo di Banuhampu, Agam
- Datuk Maharajo di Banuhampu, di Sungai Batang,[12] dan di Koto Malintang, Agam
- Datuk Bandaro Putih di Banuhampu dan di Sianok, Agam
- Datuk Bandaro Sati di Sianok, di Sungai Batang,[12][13] dan di Koto Malintang, Agam
- Datuk Palimo Sati di Sianok, Agam
- Datuk Rajo Api di Sianok, Agam
- Datuk Tan Dilangit di Kapau Agam, di Lubuk Sikarah Solok, dan di Bayang[14] serta di Salido Pesisir Selatan
- Datuk Rajo Basa di Kapau, Agam
- Datuk Subalik Langik di Gadut, Agam
- Datuk Talarangan di Sungai Batang[15] dan di Koto Malintang, Agam
- Datuk Rajo Bandaro di Sungai Batang,[12] Agam
- Datuk Batuah di Sungai Batang[12] Agam dan di Batang Anai Padang Pariaman
- Datuk Pamuncak di Sungai Batang,[12][13] Agam
- Datuk Sri Maharajo di Sungai Batang,[12] Agam
- Datuk Rangkayo Bandaro di Tanjung Sani, Agam
- Datuk Tanameh di Maninjau,[16][17] Agam
- Datuk Sidi Bandaro di Maninjau,[16][17] Agam
- Datuk Bagindo di Bayur, Agam
- Datuk Tan Muhammad di Bayur, Agam
- Datuk Rajo Bulan di Bayur, Agam
- Datuk Rajo Dubalang di Bayur, Agam
- Datuk Pangka Maharajo di Piladang, Lima Puluh Kota
- Datuk Rajo Alam di Koto Tinggi, Dharmasraya
- Datuk Taman Cayo di Paningahan,[18] Solok
- Datuk Rajo Nan Gadang di Paninjauan, Solok
- Datuk Pono Garang di Paninjauan, Solok
- Datuk Mangkuto Sati di Paninjauan, Solok
- Datuk Bagindo Mulia di Kayu Tanam, Padang Pariaman
- Datuk Alat Cumano di Kayu Tanam dan di Lubuk Alung,[19] Padang Pariaman
- Datuk Jawan Nan Hitam di Guguk, Padang Pariaman
- Datuk Rangkayo Siamak di Pakandangan, Padang Pariaman
- Datuk Rajo Tianso di Toboh Gadang, Padang Pariaman
- Datuk Rajo Magek di Lubuk Alung, Padang Pariaman
- Datuk Majo Saghirah di Lubuk Alung, Padang Pariaman
- Datuk Majo Saiyah di Lubuk Alung, Padang Pariaman
- Datuk Piliang di Batang Anai, Padang Pariaman
- Datuk Nan Batuah di Ulakan,[20] Padang Pariaman
- Datuk Paduko Magek di Ulakan, Padang Pariaman
- Datuk Mantari Ameh di Kurai Taji, Padang Pariaman
- Datuk Sri Rajo Maha Dirajo di Pariaman
- Datuk Bijo di Koto Tangah,[21][22] Padang
- Datuk Kilek Langik di Pauh IX,[23][24] Padang
- Datuk Bandaro Hitam di Pauh IX,[25] Padang
- Datuk Rajo Guci di Pauh IX,[25][26] Padang
- Datuk Bandaro Gamuak di Bayang,[14] Pesisir Selatan
- Datuk Bandaro Kuning
- Datuk Bandaro Panjang
- Datuk Makhudum
- Datuk Malintang, di Padang Pariaman
- Datuk Rajo Gandam
- Datuk Rajo Pangulu
- Datuk Rajo Mansoura
- Datuk Tantejo Dirajo
Aliansi
Di beberapa nagari, suku Guci bersekutu dengan suku lain dan membentuk beberapa aliansi, antara lain:
- Guci Dalimo di Pariangan,[6] Tanah Datar
- Guci Panyalai Jambak di Pandai Sikek,[27] Tanah Datar
- Guci Tanjung di Candung Agam dan di Bayang[14] Pesisir selatan
- Guci Piliang di Koto Gadang[28] dan di Maninjau[16] Agam, serta di Ulakan[20] dan di Kurai Taji Padang Pariaman
- Guci Pili di Kapau, Agam
- Sudut Nan IX, yakni Koto, Piliang, Guci, Sikumbang, Sipisang, Dalimo atau Simabur, Tanjung, Piboda, dan Pagacancang di Lima Puluh Kota[29]
- Sudut Nan IX, yakni Koto, Piliang, Guci, Sikumbang, Sipisang, Simabur, Tanjung, Piboda, dan Pagacancang serta Malayu di Suliki,[29] Lima Puluh Kota
- Sudut Nan IX, yakni Koto, Piliang, Guci, Sikumbang, Sipisang, Simabur, Tanjung, Piboda, dan Pagacancang di Guguk dan di Situjuh Gadang,[29] Lima Puluh Kota
- Guci Caniago pada abad ke-12 di Ulakan,[20] Padang Pariaman
- Guci Malayu di Padang[30][31]
Tuanku
Syarak mangato adat mamakai, adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
— Aforisme relasi antara adat dan syarak di alam Minangkabau
Berikut beberapa gelar Datuk Tuanku atau Imam suku Guci beserta malinnya:
- Datuk Imam Tanameh dengan Datuk Khatib Bandaro di Maninjau,[16] Agam
- Imam Marajo atau Imam Maharajo dengan Malin Maharajo di Bayang,[14] Pesisir Selatan
Tokoh
Berikut beberapa tokoh yang berasal dari suku Guci:
- Burhanuddin Ulakan, seorang ulama yang berpengaruh di daerah Minangkabau sekaligus penyebar Islam di Kerajaan Pagaruyung[32][33]
- Jamil Jambek, seorang ulama pembaharu Islam dari Minangkabau pada awal abad ke-20[10][11]
- Kamal Guci, seorang pelukis
- Harun Toboh, ulama pejuang di kalangan Kaum Tua dan memiliki andil dalam perdebatan antara ulama tradisional dan ulama modernis di Minangkabau[34][35]
- Nur Sutan Iskandar, sastrawan Angkatan Balai Pustaka[36][13]
- Siti Raham, istri Buya Hamka[37][38]
- Irfan Hamka, seorang wartawan dan penulis Indonesia[37]
- Aliyah Hamka, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka[37]
- Zuiyen Rais, mantan wali kota Padang
- Wirsan Hadi, seorang budayawan terkemuka Indonesia asal Sumatera Barat[39][40]
- Kivlan Zen, seorang tokoh militer Indonesia[17]
- Rahmiana Zein, seorang pengajar dan pakar ilmu kimia Indonesia[17]
- Yunahar Ilyas, seorang pengajar dan ulama Indonesia dari Muhammadiyah
- Nikita Willy, seorang aktris dan penyanyi berkebangsaan Indonesia[41][42]
- Muhamata Youda, Aktor
Lihat pula
Referensi
Sitasi
- ^ Faivre & Hanegraaff 1998.
- ^ a b Franco 2013, hlm. 161–172.
- ^ Yudono 2011.
- ^ Ciptaningtyas 2012.
- ^ Yandri 2014, hlm. 31.
- ^ a b Ilyas 2016, hlm. 182.
- ^ Tanah Datar 2018.
- ^ Efison 2020.
- ^ Zed 2010, hlm. 14-17.
- ^ a b Amri 2013.
- ^ a b Dzikry 2013.
- ^ a b c d e f Hamka 2020, hlm. 80.
- ^ a b c Intan 2020.
- ^ a b c d Tagoetji 2011.
- ^ Hamka 2020, hlm. 76, 80.
- ^ a b c d Kulipah 2012.
- ^ a b c d Dwi 2020.
- ^ Indra 2018.
- ^ Damanhuri 2012.
- ^ a b c Nagari Ulakan 2019.
- ^ Prayitno 2014.
- ^ Yahya 2018.
- ^ Akbar 2016.
- ^ Rel 2016.
- ^ a b Rjk 2020.
- ^ By 2020.
- ^ Bahren 2019.
- ^ Etek 2007, hlm. 36-37.
- ^ a b c Guci 2018.
- ^ Kayo 2018.
- ^ Topsumbar.co.id 2018.
- ^ Said 2016.
- ^ Langgam.id 2020.
- ^ Hamka 1974, hlm. 146.
- ^ Padangkita.com 2020.
- ^ Hamka 2020, hlm. 77.
- ^ a b c Hamka 2013, hlm. 18.
- ^ Permana 2019.
- ^ Hadi 2005.
- ^ Fay 2011.
- ^ Adhiyasa 2020.
- ^ Purnomo 2020.
Sumber
- Adhiyasa, Donny (16 Oktober 2020). "Nikahi Nikita Willy, Indra Priawan Kini Bergelar Sutan Pangeran". VIVA.co.id. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Administrator (15 Maret 2018). "Silaturahmi Bersama Kaum Suku Guci Dan Melayu, Desri Ayunda Ajak Warga Entaskan Kemiskinan". Topsumbar.co.id. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Administrator (31 Oktober 2019). "Sejarah Nagari Ulakan". Nagari Ulakan. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Akbar, Pundi F (29 Mei 2016). "KAN Pauh IX Kuranji Umumkan Gelar Datuak Kilek Langik". KlikPositif.com. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Amri, M. Khairul (2 Juni 2013). "Syekh Djamil Djambek". Amry90. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Bahren (18 November 2019). "Pandai Sikek di Luhak Tanah Data". Minangsatu. Diakses tanggal 28 Januari 2021.
- By (8 November 2020). "Salai Dama Penghulu Suku Guci Nagari Pauh IX DR (Cand) KH Hendri Yazid, SPd, MM Datuk Rajo Guci". Bentengsumbar.com. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Ciptaningtyas, Annisa Lestari (28 Maret 2012). Editor, News, ed. "PRASASTI TUNGKU TIGO pudar termakan usia". Bisnis.com. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Damanhuri, Tuanku A. (7 Mei 2012). "Lubuk Alung, Kekuasaan Basa Barampek Pucuak Baranam". Tuanku A. Damanhuri. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Dwi, Titi (2020). Kivlan Zen, Personal Memoranda,: Dari fitnah ke fitnah. Jakarta: LPMI. ISBN 9780463764091.
- Dzikry, Subhanie (13 Mei 2013). "Syekh Muhammad Djamil Djambek, Ulama Besar Minangkabau". Sindonews.com. Diakses tanggal 10 Januari 2021.
- Efison, Hendra (6 November 2020). "Tokoh Masyarakat Sumpur Datangi DPRD Tanahdatar. Ada Apa?". Padek. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Etek, Azizah (2007). Koto Gadang Masa Kolonial. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara. hlm. 36–37. ISBN 9789791283298.
- Faivre, Antoine; Hanegraaff, Wouter J. (1998). Western Esotericism and the Science of Religion. Peeters Publishers. ISBN 9042906308.
- Fay (28 Juni 2011). "Budayawan Minang Wisran Hadi Tutup Usia". detikcom. Diakses tanggal 12 Januari 2021.
- Franco, Rendich (2013). Comparative etymological Dictionary of classical Indo-European languages: Indo-European - Sanskrit - Greek - Latin. Rendich Franco. hlm. 161–172.
- Guci, Saiful (16 Oktober 2018). "Suku di Luhak Limapuluh Kota". Cilotehtanpasuara.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-12. Diakses tanggal 10 Januari 2021.
- Hadi, Wisran (28 Juli 2005). "Penolakan Terhadap Rencana Perubahan Logo, Motto dan Hymne Padang Kota Tercinta" (PDF). GeoCities. Diakses tanggal 12 Januari 2021.
- Hamka (1974). Antara fakta dan khayal "Tuanku Rao": bantahan terhadap tulisan-tulisan Ir. Mangaradja Onggang Parlindungan dalam bukunya "Tuanku Rao". Jakarta: Bulan Bintang. hlm. 146.
- Hamka (2020). Ayahku. Depok: Gema Insani. hlm. 76–80. ISBN 9786022507017.
- Hamka, Irfan (2013). Ayah...: Kisah Buya Hamka. Jakarta: Republika Penerbit. hlm. 18. ISBN 9786232790278.
- Humas (11 Mei 2018). "Wabup Zuldafri: Pemimpin Kaum Harus Jadi Panutan". Tanah Datar. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Ilyas, Abraham (2016). 45 Kisah PRRI di Ranah Bunda : Tuah Sekata, Celaka Bersilang. Jakarta: Lembaga Kekerabatan Datuk Soda. hlm. 182. ISBN 9786027125407.
- Indra, Jon (18 Agustus 2018). "Bupati Gusmal Lewakan Gala Datuk Taman Cayo Dalam Suku Guci Paninggahan". Kabardaerah.com. Diakses tanggal 9 Januari 2021.[pranala nonaktif permanen]
- Intan, R. Rajo (30 Agustus 2020). "Mimpi Museum Sastra Nur St. Iskandar, Memperkuat Maninjau Sebagai Wisata Sastra". Prokabar. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Kayo, AI Mangindo (15 Maret 2018). "Desri Gelar Silaturahim dengan Kaum Suku Guci dan Malayu Gunung Sangku". Valora.co.id. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Kulipah, EB St. (22 Desember 2012). "Sejarah Nagari Maninjau". Nagari Maninjau. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Permana, Bayu Indra (26 Maret 2019). Wardhani, Anita K, ed. "Jadi Istri Buya Hamka, Laudya Chintya Bella Kenali Siti Raham sebagai Sosok Perempuan Kuat". Tribunnews.com. Diakses tanggal 10 Januari 2021.
- Prayitno, Irwan (10 Agustus 2014). "Menghadiri Palewaan Gala Datuk Bijo Suku Guci yang disandang oleh Bpk Drs Syofyan Kadisnasker Sumbar". Irwan Prayitno on Twitter. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Purnomo, Sapto (16 Oktober 2020). Sundari, Zulfa Ayu; Nurdiarsih, Fadjriah, ed. "Nikahi Nikita Willy, Indra Priawan Dapat Gelar Sutan Pangeran". Liputan6.com. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Redaksi (29 April 2020). "Syekh Burhanuddin Ulakan: Ulama Generasi Pertama, Penyebar Islam di Minangkabau". Langgam.id. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Redaksi (1 Mei 2020). "Mengenal Syeh Harun Toboh, Ulama Pejuang di Kalangan Kaum Tua". Padangkita.com. Diakses tanggal 10 Januari 2021.
- Rel (30 Mei 2016). "Gala HB Datuak Kilek Langik Dilewakan". Haluan. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Rjk (26 Desember 2020). "Musdafirman Dt Rj Diguci Dilewakan jadi Pangulu Suku Guci Nagari Pauh IX". Metrokini.com. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Said, SM (3 Juli 2016). "Kisah Karomah Syekh Burhanuddin Ulakan". Sindonews.com. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Tagoetji (7 Desember 2011). "Tambo dan Ranji Suku Guci, Lubuk Gambir, Bayang, Pessel". Lubuk Gambir. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Yahya, Zamri (27 Maret 2018). "Syofyan Datuk Bijo: Emzalmi-Desri Sudah Kaya Pengalaman". Bentengsumbar.com. Diakses tanggal 9 Januari 2021.
- Yandri (2014). "Tenun Songket Pandai Sikek dalam Budaya Masyaraat Minangkabau". Humanus. 13 (1): 31. doi:10.24036/jh.v13i1.4094.
- Yudono, Jodhi (13 April 2011). Yudono, Jodhi, ed. "Wah, Tulisan Sansekerta di Sumbar Hilang". Kompas.com. Diakses tanggal 8 Januari 2021.
- Zed, Mestika (2010). Biografi Rangkayo Hj. Syamsidar Yahya (1914-1975) Tokoh Perempuan dari Sumatera (PDF). Padang: PKSBE, FIS, UNP. hlm. 14–17.