Lompat ke isi

Nasi krawu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Pranala luar: Perbaikan konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
About1886 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Krawu rice.jpg|jmpl|ka|250px|Nasi Krawu Gresik]]
[[Berkas:Krawu rice.jpg|jmpl|ka|250px|Nasi Krawu Gresik]]
'''Nasi krawu''' ([[Hanacaraka]]: {{jav|ꦱꦼꦒ​ꦏꦿꦮꦸ}}, {{lang-jv|''Sega krawu''}}) merupakan [[makanan]] khas dari daerah [[Kabupaten Gresik|Gresik]], [[Jawa Timur]]. Cirinya adalah nasinya yang pulen dan disajikan dengan daun pisang. Lauknya dapat berupa sayatan daging sapi, [[semur daging]], [[jeroan]] sapi, [[sambal petis]] dan [[serundeng]]. Sambal terasi yang disajikan bersama dengan nasi krawu memiliki rasa pedas yang khas. Bagi pecinta masakan pedas, wajib mencoba nasi krawu saat berkunjung ke Gresik.
'''Nasi krawu''' ([[Hanacaraka]]: {{jav|ꦱꦼꦒ​ꦏꦿꦮꦸ}}, {{lang-jv|''Sega krawu''}}) merupakan [[makanan]] khas dari daerah [[Kabupaten Gresik|Gresik]], [[Jawa Timur]]. Cirinya adalah nasinya yang pulen dan disajikan dengan daun pisang. Lauknya dapat berupa sayatan daging sapi, semur daging, [[jeroan]] sapi, sambal [[petis]] dan [[serundeng]]. Sambal terasi yang disajikan bersama dengan nasi krawu memiliki rasa pedas yang khas.


Menurut info dari masyarakat setempat, nasi krawu sebenarnya merupakan makanan yang berasal dari Madura. Para pendatang dari Madura membawa nasi krawu dan kemudian mencoba untuk berjualan di Gresik. Dengan cita rasa yang khas, nasi krawu menjadi sangat dikenal di Gresik dan menjadi salah satu makanan khas Gresik. Banyak rumah makan yang menjual nasi krawu sebagai menu utamanya, yang banyak dikenal di antaranya adalah Nasi Krawu Buk Tiban, Nasi Krawu Bu Azza, Nasi Krawu Bu Timan dan Nasi Krawu Mbuk Su.
Nasi krawu sebenarnya merupakan makanan yang berasal dari Madura, tetapi bila dilihat sangat jauh berbeda dengan nasi krawu yang ada di pualu Madura, hal itu karena Nasi Krawu di Gresik mengalami banyak perkembangan.

Hal itu bermula pada saat Gresik diserang oleh Cakraningrat Sampang ketika bupati Gresik dan Jawa hadir dalam pertemuan besar di Mataram, Yogyakarta, melihat Gresik yang kosong dan minim penjagaan maka Cakraningrat merebut Gresik, harta benda, beserta istri dan anak pejabat Gresik, hingga kabar direbutnya Gresik yang memiliki Bandar pelabuhan terbesar di Jawa dikuasai Madura sampai tiba di Yogyakarta, tetapi tidak ada bupati yang berani menghadapi Madura kecuali bupati Ponorogo, maka diutuslah Bupati Ponorogo oleh Raja Mataram untuk membantu Gresik menghadapi serangan Madura.

Alhasil, perang dimenangkan oleh pasukan Gresik dan Ponorogo, para istri, anak dan harta bupati dan pejabat Gresik dikembalikan, akan tetapi sisa pasukan Madura yang berada di Gresik tidak dapat kembali ke Madura karena perahu-perahu madura dibakar dan mereka dijadikan sebagai tawanan perang seumur hidup. Sisa-sisa pasukan Madura ini baik pria dan wanita ditempatkan di suatu [[Kamp tahanan perang|kamp tahanan tawanan]] yang kini dikenal dengan dusun Maduran desa Roomo. Disana tawanan dari Madura disolasikan untuk tidak berhubungan langsung dengan tuannya di pulau Madura.

Dengan berjalannya waktu ketika dilaksanakannya kongres [[Sarekat Islam]] dipimpin oleh [[Oemar Said Tjokroaminoto|HOS Cokroaminoto]] tahun 1913 di Surabaya yang menjunjung persatuan umat Islam di Nusantara, maka atas saran ''Sarekat Islam Afdeling Grisse'' untuk membebaskan para tawanan kamp pasukan Madura ratusan tahun hingga beranak-pinak. Sejak saat itulah orang-orang dusun Maduran mulai bersosialisasi ke masyarakat Gresik yang kemudian berkerja di pesisir Gresik menjadi buruh dan penjual Nasi Madura. karena cara pengambilan nasi madura ini dilakukan dengan cara menggunakan tangan, maka oleh masyarakat Gresik disebut dengan ''Krawukan'' (dalam bahasa Jawa berarti mengambil menggunakan tangan)

Ketika dilaksanakannya Idul Adha, dibagikannya daging ke masyarakat termasuk penduduk di dusun Maduran yang kemudian dicampurkanlah suwiran daging idul adha ke dalam menu Nasi Krawu yang menjadi kuliner khas Gresik tempo dulu.

Begitu populernya nasi Krawu di Gresik para pendatang dari Madura kemudian mencoba untuk berjualan di Gresik sama seperti yang dilakukan keturunan tawanan dari Madura. Dengan cita rasa yang khas, nasi krawu menjadi sangat dikenal di Gresik dan menjadi salah satu makanan khas Gresik. Banyak rumah makan yang menjual nasi krawu sebagai menu utamanya, yang banyak dikenal di antaranya adalah Nasi Krawu Buk Tiban, Nasi Krawu Bu Azza, Nasi Krawu Bu Timan dan Nasi Krawu Mbuk Su.

Bahkan terdapat rumah makan Nasi Krawu khas Gresik di Pulau mAdura yang menyebutkan sebagai kuliner asal Gresik, bukan Madura.


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 22 Desember 2022 08.43

Nasi Krawu Gresik

Nasi krawu (Hanacaraka: ꦱꦼꦒ​ꦏꦿꦮꦸ, bahasa Jawa: Sega krawu) merupakan makanan khas dari daerah Gresik, Jawa Timur. Cirinya adalah nasinya yang pulen dan disajikan dengan daun pisang. Lauknya dapat berupa sayatan daging sapi, semur daging, jeroan sapi, sambal petis dan serundeng. Sambal terasi yang disajikan bersama dengan nasi krawu memiliki rasa pedas yang khas.

Nasi krawu sebenarnya merupakan makanan yang berasal dari Madura, tetapi bila dilihat sangat jauh berbeda dengan nasi krawu yang ada di pualu Madura, hal itu karena Nasi Krawu di Gresik mengalami banyak perkembangan.

Hal itu bermula pada saat Gresik diserang oleh Cakraningrat Sampang ketika bupati Gresik dan Jawa hadir dalam pertemuan besar di Mataram, Yogyakarta, melihat Gresik yang kosong dan minim penjagaan maka Cakraningrat merebut Gresik, harta benda, beserta istri dan anak pejabat Gresik, hingga kabar direbutnya Gresik yang memiliki Bandar pelabuhan terbesar di Jawa dikuasai Madura sampai tiba di Yogyakarta, tetapi tidak ada bupati yang berani menghadapi Madura kecuali bupati Ponorogo, maka diutuslah Bupati Ponorogo oleh Raja Mataram untuk membantu Gresik menghadapi serangan Madura.

Alhasil, perang dimenangkan oleh pasukan Gresik dan Ponorogo, para istri, anak dan harta bupati dan pejabat Gresik dikembalikan, akan tetapi sisa pasukan Madura yang berada di Gresik tidak dapat kembali ke Madura karena perahu-perahu madura dibakar dan mereka dijadikan sebagai tawanan perang seumur hidup. Sisa-sisa pasukan Madura ini baik pria dan wanita ditempatkan di suatu kamp tahanan tawanan yang kini dikenal dengan dusun Maduran desa Roomo. Disana tawanan dari Madura disolasikan untuk tidak berhubungan langsung dengan tuannya di pulau Madura.

Dengan berjalannya waktu ketika dilaksanakannya kongres Sarekat Islam dipimpin oleh HOS Cokroaminoto tahun 1913 di Surabaya yang menjunjung persatuan umat Islam di Nusantara, maka atas saran Sarekat Islam Afdeling Grisse untuk membebaskan para tawanan kamp pasukan Madura ratusan tahun hingga beranak-pinak. Sejak saat itulah orang-orang dusun Maduran mulai bersosialisasi ke masyarakat Gresik yang kemudian berkerja di pesisir Gresik menjadi buruh dan penjual Nasi Madura. karena cara pengambilan nasi madura ini dilakukan dengan cara menggunakan tangan, maka oleh masyarakat Gresik disebut dengan Krawukan (dalam bahasa Jawa berarti mengambil menggunakan tangan)

Ketika dilaksanakannya Idul Adha, dibagikannya daging ke masyarakat termasuk penduduk di dusun Maduran yang kemudian dicampurkanlah suwiran daging idul adha ke dalam menu Nasi Krawu yang menjadi kuliner khas Gresik tempo dulu.

Begitu populernya nasi Krawu di Gresik para pendatang dari Madura kemudian mencoba untuk berjualan di Gresik sama seperti yang dilakukan keturunan tawanan dari Madura. Dengan cita rasa yang khas, nasi krawu menjadi sangat dikenal di Gresik dan menjadi salah satu makanan khas Gresik. Banyak rumah makan yang menjual nasi krawu sebagai menu utamanya, yang banyak dikenal di antaranya adalah Nasi Krawu Buk Tiban, Nasi Krawu Bu Azza, Nasi Krawu Bu Timan dan Nasi Krawu Mbuk Su.

Bahkan terdapat rumah makan Nasi Krawu khas Gresik di Pulau mAdura yang menyebutkan sebagai kuliner asal Gresik, bukan Madura.

Pranala luar