Sunan Bonang: Perbedaan antara revisi
Silsilah Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada sumber. Semua versi silsilah tidak usah ditampilkan agar adil Tag: Pembatalan |
||
Baris 19: | Baris 19: | ||
|predecessor=Maulana Hasanuddin|successor=Raden Husamuddin ([[Sunan Lamongan]])|office1=Imam [[Masjid Demak]] Ke - 1|term_start1=1490|term_end1=1506/12 (?)|predecessor1=Jabatan Baru|successor1=[[Raden Sayid Maulana Makhdum Husein / Sayid Husein]] <br> ( 1506/12 (?) - 1515 )}} |
|predecessor=Maulana Hasanuddin|successor=Raden Husamuddin ([[Sunan Lamongan]])|office1=Imam [[Masjid Demak]] Ke - 1|term_start1=1490|term_end1=1506/12 (?)|predecessor1=Jabatan Baru|successor1=[[Raden Sayid Maulana Makhdum Husein / Sayid Husein]] <br> ( 1506/12 (?) - 1515 )}} |
||
'''Sunan Bonang''' dilahirkan pada tahun [[1465]] di [[Kabupaten Rembang|Rembang]] dengan nama '''Raden Maulana Makhdum Ibrahim'''. Beliau adalah putra [[Sunan Ampel]] dan Nyai Ageng Manila. |
'''Sunan Bonang''' dilahirkan pada tahun [[1465]] di [[Kabupaten Rembang|Rembang]] dengan nama '''Raden Maulana Makhdum Ibrahim'''. Beliau adalah putra [[Sunan Ampel]] dan Nyai Ageng Manila. |
||
silsilah Sayyid Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) yang sudah diisbat Naqobah Internasional. |
|||
'''Sayyidina Kanjeng Nabi Muhammad Saw.''' |
|||
'''1). Sayyidah syarifah Fathimatuz Zahro''' |
|||
'''2). Sayyid syarif asy-syahid Husain''' |
|||
'''3). Sayyid syarif Ali Zainal Abidin''' |
|||
'''4). Sayyid syarif Muhammad al-Baqir''' |
|||
'''5). Sayyid syarif Imam Ja’far ash-Shodiq''' |
|||
'''6). Sayyid syarif Musa Al-Kazhim''' |
|||
'''7). Sayyid syarif Ali Ar-Ridho''' |
|||
'''8). Sayyid syarif Muhammad At-Taqi''' |
|||
'''Sayyid syarif Muhammad al-Jawad''' |
|||
'''9). Sayyid syarif Ali An-Naqi an-Hadi''' |
|||
'''10) Sayyid syarif Ja’far az-Zaki''' |
|||
'''11). Sayyid syarif Ali al-Asyqori''' |
|||
'''12). Sayyid syarif Abdulloh''' |
|||
'''13). Sayyid syarif Ahmad''' |
|||
'''14). Sayyid syarif Mahmud''' |
|||
'''15). Sayyid syarif Muhammad''' |
|||
'''16). Sayyid syarif Ja’far''' |
|||
'''17). Sayyid syarif Ali''' |
|||
'''18). Sayyid syarif Makhdum Husein Jalaluddin al-Bukhori''' |
|||
'''19). Sayyid syarif Makhdum Ahmad Kabir''' |
|||
'''20).Sayyid syarif Makhdum Jalaluddin Husain''' |
|||
'''21). Sayyid Syarif Makhdum Mahmud Nasiruddin / Mahmudinil Kubro''' |
|||
'''22). Sayyid Syarif Makdhum Jamaluddin Akbar/ Jumadil Kubro''' |
|||
'''23). Sayyid Syarif Makhdum Ibrahim Assamarkandy''' |
|||
'''24). Makhdum Sunan Ampel / Sayyid Syarif Ali Ahmad Rahmatullah''' |
|||
'''25). Sunan Bonang Makhdum Ibrahim.''' |
|||
== Pendidikan == |
== Pendidikan == |
Revisi per 3 Juni 2024 08.11
Asy-Syaikh Sayyid Maulana Makhdum Ibrahim ( Sunan Bonang ) | |
---|---|
Imam Masjid Demak Ke - 1 | |
Masa jabatan 1490 – 1506/12 (?) | |
Pendahulu Jabatan Baru | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Maulana Makhdum Ibrahim 1465 |
Meninggal | 1525 |
Agama | Islam |
Anak | Sayyid Maulana Makhdum Husein (Makhdum Sampang) |
Orang tua |
|
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai | Wali Songo |
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Maulana Hasanuddin |
Penerus | Raden Husamuddin (Sunan Lamongan) |
Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 di Rembang dengan nama Raden Maulana Makhdum Ibrahim. Beliau adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila.
Pendidikan
Dalam hal pendidikan, Sunan Bonang belajar pengetahuan dan ilmu agama dari ayahandanya sendiri, yaitu Sunan Ampel. Ia belajar bersama santri-santri Sunan Ampel yang lain seperti Sunan Giri, Raden Patah dan Raden Kusen.
Selain dari Sunan Ampel, Sunan Bonang juga menuntut ilmu kepada Syaikh Maulana Ishak, yaitu sewaktu bersama-sama Raden Paku Sunan Giri ke Malaka dalam perjalanan haji ke tanah suci.
Sunan Bonang dikenal sebagai seorang penyebar Islam yang menguasai ilmu fikih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan ilmu silat dengan kesaktian dan kedigdayaan menakjubkan.
Bahkan, masyarakat mengenal Sunan Bonang sebagai seseorang yang sangat pandai mencari sumber air di tempat-tempat yang sulit air.
Babad Daha-Kediri menggambarkan bagaimana Sunan Bonang dengan pengetahuannya yang luar biasa bisa mengubah aliran Sungai Brantas, sehingga menjadikan daerah yang enggan menerima dakwah Islam di sepanjang aliran sungai menjadi kekurangan air, bahkan sebagian yang lain mengalami banjir.
Sepanjang perdebatan dengan tokoh Buto Locaya yang selalu mengecam tindakan dakwah Sunan Bonang, terlihat sekali bahwa tokoh Buto Locaya itu tidak kuasa menghadapi kesaktian yang dimiliki Sunan Bonang.
Demikian juga dengan tokoh Nyai Pluncing, yang kiranya seorang bhairawi penerus ajaran ilmu hitam Calon Arang, yang dapat dikalahkan oleh Sunan Bonang.[1]
Karya Sastra
Sunan Bonang banyak mengubah sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil. Antara lain Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr. Sunan Bonang juga mengubah tembang Tamba Ati (dari bahasa Jawa, berarti penyembuh jiwa) yang kini masih sering dinyanyikan orang.
Ada pula sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa yang dahulu diperkirakan merupakan karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwan Belanda seperti Schrieke disebut Het Boek van Bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh G.W.J. Drewes, seorang pakar Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan sebagai karyanya.
Dia juga menulis sebuah kitab yang berisikan tentang Ilmu Tasawwuf berjudul Tanbihul Ghofilin. Kitab setebal 234 halaman ini sudah sangat populer dikalangan para santri.
Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.
Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa
Keilmuan
Sunan Bonang juga terkenal dalam hal ilmu kebathinannya. Ia mengembangkan ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasullah SAW, kemudian dia kombinasi dengan kesimbangan pernapasan[butuh rujukan] yang disebut dengan rahasia Alif Lam Mim ( ا ل م ) yang artinya hanya Allah SWT yang tahu.
Sunan Bonang juga menciptakan gerakan-gerakan fisik atau jurus yang Dia ambil dari seni bentuk huruf Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri huruf Ya'. Ia menciptakan Gerakan fisik dari nama dan simbol huruf hijayyah adalah dengan tujuan yang sangat mendalam dan penuh dengan makna, secara awam penulis artikan yaitu mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-huruf hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami isi Al-Qur'an.
Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan Bonang adalah mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Salat dan dzikir. Hingga sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang masih dilestarikan di Indonesia oleh generasinya dan diorganisasikan dengan nama Padepokan Ilmu Sujud Tenaga Dalam Silat Tauhid Indonesia.
Dalam Budaya Populer
- Dalam film Sunan Kalijaga (1983), Sunan Bonang diperankan oleh Zainal Abidin.
- Dalam film Sunan Kalijaga dan Syaikh Siti Jenar(1985), Sunan Bonang diperankan oleh Zainal Abidin.
Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim. Beliau putra dari Sunan Ampel, yang berarti beliau adalah keturunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Silsilah :
1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
2. Husein Asy-Syahid
3. Ali Zainal Abidin
4. Muhammad Al-Baqir
6. Ja'far Ash-Shadiq
7. Musa Al-Kadzim
8. Ali Ar-Ridha
9. Muhammad Al-Jawad
10. Ali Al-Hadi
11. Ja'far Az-Zaki
12. Ali Al-Asykar
13. Abdullah At-Taqi
14. Ahmad
15. Mahmud
16. Muhammad
17. Ja'far
18. Ali Al-Mu'ayyid
19. Sayyid Hasan Jalaluddin Al-Bukhari
20. Ahmad Al-Kabir
21. Makhdum Husein Jalaluddin An-Naqwi
22. Mahmud Nasiruddin
23. Husein Jamaluddin Al-Akbar
24. Syaikh Ibrahim As-Samarqandi
25. Raden Ali Rahmatullah Sunan Ampel
26. Maulana Makhdum Ibrahim Sunan Bonang
Berikut Nasab lengkapnya menurut Kitab Tarikh Aulia dari KH Bisri Mustofa [2][3] dan Kitab Syamsu Dzahirah:
- Rasulullah SAW.
- Fatimah Az-Zahra
- Husain bin Ali
- Ali Zainal Abidin
- Muhammad al-Baqir
- Ja’far ash-Shadiq
- Ali Al Uraidhi
- Muhammad an-Naqib
- Isa ar-Rumi
- Ahmad al-Muhajir
- Sayyid Muhammad
- Sayyid Alwi
- Ali Khali’ Qasam
- Muhammad Shahib Mirbath
- Muhammad al-Faqih Muqaddam
- Abdul Malik bin Alwi
- Sayyid Abdullah Azmatkhan
- Husein Jalaluddin Al Bukhori
- Ahmad Al Kabir
- Jalaluddin Husein
- Mahmud Nasiruddin Mahmudinil Kubro
- Jamaluddin Akbar (Jumadil Kubro)
- Ibrahim Asmoroqondi (Samarkand & Tuban)
- Raden Ali Rahmatullah Sunan Ampel
- Sunan Bonang Makhdum Ibrahim
Kutipan
- ^ Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016, 229.
- ^ https://jurnalnu.com/index.php/as/article/download/267/128
- ^ https://www.scribd.com/document/412157659/Silsilah-Wali-Songo-Berdasar-Kitab-Tarikh-Al-Auliya-Karya-KH-Mustofa-Bisri