Lompat ke isi

Karma dalam Buddhisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Faredoka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Seealso|0=Puñña}}
{{noref}}
{{noref}}
{{rapikan}}
{{rapikan}}

Revisi per 6 Agustus 2024 14.51

Terjemahan dari
karma
Inggriskarma
Palikamma
Sanskertaकर्मन्
(IAST: karman)
Tionghoa業 or 业
(Pinyin)
Jepang業 or ごう
(rōmaji: gou)
Korea업 or 業
(RR: uhb)
Tibetanལས།
(Wylie: las;
THL: lé;
)
Bengaliকর্ম
Myanmarကံ
(MLCTS: kàɰ̃)
Thaiกรรม
(RTGS: gam)
VietnamNghiệp
Khmerកម្ម
(UNGEGN: kâmm; ALA-LC: kamm; IPA: [kam])
Sinhalaකර්ම
(karma)
Daftar Istilah Buddhis

Kamma (Bahasa Pali) atau Karma (Bahasa Sansekerta) artinya perbuatan, entah itu perbuatan baik atau buruk yang dilakukan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan badan jasmani yang disertai dengan niat/kemauan/ kehendak (cetana). Suatu perbuatan baru dapat disebut kamma/karma bila dilakukan dengan niat (cetana), apabila suatu perbuatan yang dilakukan tidak disertai dengan niat maka tidak disebut dengan kamma/karma. Berkenaan dengan Karma, Sang Buddha bersabda dalam Kitab Anguttara Nikaya III:415 : "O, bhikkhu, kehendak untuk berbuat (bahasa Pali: Cetana) itulah yang kami namakan Kamma. Sesudah berkendak orang lantas berbuat dengan badan jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano)“.[1]


Kamma sebagai ajaran

Kamma bukanlah satu ajaran yang membuat manusia menjadi orang yang lekas berputus-asa, juga bukan ajaran tentang adanya satu nasib yang sudah ditakdirkan. Memang segala sesuatu yang lampau memengaruhi keadaan sekarang atau pada saat ini, akan tetapi tidak menentukan seluruhnya, oleh karena kamma itu meliputi apa yang telah lampau dan keadaan pada saat ini, dan apa yang telah lampau bersama-sama dengan apa yang terjadi pada saat sekarang memengaruhi pula hal-hal yang akan datang. Apa yang telah lampau sebenarnya merupakan dasar di mana hidup yang sekarang ini berlangsung dari satu saat ke lain saat dan apa yang akan datang masih akan dijalankan. Oleh karena itu, saat sekarang inilah yang nyata dan ada "di tangan kita" sendiri untuk digunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu kita harus hati-hati sekali dengan perbuatan kita, supaya akibatnya senantiasa akan bersifat baik.

Kita hendaknya selalu berbuat baik, yang bermaksud menolong mahluk-mahluk lain, membuat mahluk-mahluk lain bahagia, sehingga perbuatan ini akan membawa satu kamma-vipaka (akibat) yang baik dan memberi kekuatan kepada kita untuk melakukan kamma yang lebih baik lagi. Satu contoh yang klasik adalah sbb.:

Lemparkanlah batu ke dalam sebuah kolam yang tenang. Pertama-tama akan terdengar percikan air dan kemudian akan terlihat lingkaran-lingkaran gelombang. Perhatikanlah bagaimana lingkaran ini makin lama makin melebar, sehingga menjadi begitu lebar dan halus yang tidak dapat lagi dilihat oleh mata kita. Ini bukan berarti bahwa gerak tadi telah selesai, sebab bilamana gerak gelombang yang halus itu mencapai tepi kolam, ia akan dipantulkan kembali sampai mencapai tempat bekas di mana batu tadi dijatuhkan.

Begitulah semua akibat dari perbuatan kita akan kembali kepada kita seperti halnya dengan gelombang di kolam yang kembali ke tempat dimana batu itu dijatuhkan.

Sang Buddha pernah bersabda (Samyutta Nikaya I, hal. 227) sbb:

"Sesuai dengan benih yang telah ditaburkan begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari padanya".

Segala sesuatu yang datang pada kita, yang menimpa diri kita, sesungguhnya benar adanya. Bilamana kita mengalami sesuatu yang membahagiakan, yakinlah bahwa kamma yang telah kita perbuat adalah benar. Sebaliknya bila ada sesuatu yang menimpa kita dan membuat kita tidak senang, kamma-vipaka itu menunjukkan bahwa kita telah berbuat suatu kesalahan. Janganlah sekali-kali dilupakan hendaknya bahwa kamma-vipaka itu senantiasa benar. Ia tidak mencintai maupun membenci, pun tidak marah dan juga tidak memihak. Ia adalah hukum alam, yang dipercaya atau tidak dipercaya akan berlangsung terus.

Terdapat dua belas jenis bentuk-bentuk kamma . Bentuk kamma yang lebih berat (bermutu) dapat menekan -- bahkan menggugurkan -- bentuk-bentuk kamma yang lain. Ada orang yang menderita hebat karena perbuatan kecil, tetapi ada juga yang hampir tidak merasakan akibat apapun juga untuk perbuatan yang sama. Mengapa? Orang yang telah menimbun banyak kamma baik, tidak akan banyak menderita karena perbuatan itu, sebaliknya orang yang tidak banyak melakukan kamma-kamma baik akan menderita hebat.

Singkatnya: Kamma Vipaka dapat diperlunak, dibelokkan, ditekan, bahkan digugurkan.

12 macam kamma tersebut dibagi berdasarkan 3 kelompok yakni berdasarkan waktu berbuahnya, berdasarkan kekuatan karma dan berdasarkan fungsinya.

Kamma berdasarkan jangka waktu berbuahnya:

  1. Ditthadhamma Vedaniya Kamma adalah Kamma yang berbuahnya juga dalam kehidupan sekarang.
  2. Upajja Vedaniya Kamma adalah Perbuatan yang kita lakukan sekarang, hasilnya tepat di kehidupan yang akan datang.
  3. Aparapara Vedaniya Kamma adalah Perbuatannya itu hasilnya berturut-turut selama kehidupannya berlansung.
  4. Ahosi Kamma adalah Kamma yang tidak bisa berbuah lagi, karena jangka waktu berbuah dan kondisi pendukungya sudah habis.

Kamma berdasarkan kekuatannya:

  1. Garuka Kamma adalah Perbuatan yang akibatnya paling besar atau kuat. Yang termasuk Akusala Garuka Kamma.
  2. Asañña Kamma adalah Perbuatan yang dilakukan menjelang kematian yang kekuatnnya paling kuat. Jadi misalnya saat kita berada pada menjelang kematian maka setelah itu kita akan dilahirkan di alam sesuai dengan pkiran pada saat menjelang kematian itu, misalnya saja marah maka setelah itu akan terlahir di alam Neraka. Namun itu sesuai dengan karma baik kita juga. Jika karma baik kita menopang maka terlahir di alam Neraka hanya sebentar. Begitu pula sebaliknya.
  3. Aciñña Kamma adalah Perbuatan yang dilakukan terus menerus yang akhirnya akan menjadi watak atau kebiasaan ( karena kebiasaan yang dilakukan ).
  4. Katatta Kamma adalah Kekuatan yang paling ringan atau cetananya ringan.

Kamma berdasarkan Fungsinya:

  1. Janaka Kamma adalah Kamma yang berfungsi untuk mendorong kelahiran suatu makhuk (potensi).
  2. Upatahmbaka Kamma adalah Kamma yang fungsinya untuk memperkuat, menambah Janaka Kamma jadi hasilnya bisa menjadi besar (kamma yang searah).
  3. Upapilaka Kamma adalah Kamma yang mengurangi kekuatan Janaka Kamma yang arahnya berlawanan.
  4. Upaghataka Kamma adalah Kamma yang berfungsi untuk menghancurkan kekuatan dari Janaka Kamma.

Kamma dapat dibagi dalam tiga golongan

  1. Kamma Pikiran (mano-kamma).
  2. Kamma Ucapan (vaci-kamma).
  3. Kamma Perbuatan (kaya-kamma).


10 (sepuluh) jenis kamma baik

  1. Gemar beramal dan bermurah hati akan berakibat dengan diperolehnya kekayaan dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang.
  2. Hidup bersusila mengakibatkan terlahir kembali dalam keluarga luhur yang keadaannya berbahagia.
  3. Bermeditasi berakibat dengan terlahir kembali di alam-alam sorga.
  4. Berendah hati dan hormat menyebabkan terlahir kembali dalam keluarga luhur.
  5. Berbakti berbuah dengan diperolehnya penghargaan dari masyarakat.
  6. Cenderung untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain berbuah dengan terlahir kembali dalam keadaan berlebih-lebihan dalam banyak hal.
  7. Bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain menyebabkan terlahir dalam lingkungan yang menggembirakan.
  8. Sering mendengarkan Dhamma berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan.
  9. Menyebarkan Dhamma berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan (sama dengan No. 8).
  10. Meluruskan pandangan orang lain berbuah dengan diperkuatnya keyakinan.

10 (sepuluh) jenis kamma buruk

  1. Pembunuhan akibatnya pendek umur, berpenyakitan, senantiasa dalam kesedihan karena terpisah dari keadaan atau orang yang dicintai, dalam hidupnya senantiasa berada dalam ketakutan,dijauhi orang
  2. Pencurian akibatnya kemiskinan, dinista dan dihina, dirangsang oleh keinginan yang senantiasa tak tercapai, penghidupannya senantiasa tergantung pada orang lain.
  3. Perbuatan asusila akibatnya mempunyai banyak musuh, beristeri atau bersuami yang tidak disenangi, terlahir sebagai pria atau wanita yang tidak normal perasaan seksnya.
  4. Berdusta akibatnya menjadi sasaran penghinaan, tidak dipercaya khalayak ramai.
  5. Bergunjing akibatnya kehilangan sahabat-sahabat tanpa alasan yang jelas.
  6. Kata-kata kasar dan kotor akibatnya sering didakwa yang bukan-bukan oleh orang lain.
  7. Omong kosong akibatnya bertubuh cacat, berbicara tidak tegas, tidak dipercaya oleh khalayak ramai.
  8. Keserakahan akibatnya tidak tercapai keinginan yang sangat diharap-harapkan.
  9. Dendam, kemauan jahat / niat untuk mencelakakan mahluk lain akibatnya buruk rupa, macam-macam penyakit, watak tercela.
  10. Pandangan salah akibatnya tidak melihat keadaan yang sewajarnya, kurang bijaksana, kurang cerdas, penyakit yang lama sembuhnya, pendapat yang tercela.

Lima bentuk kamma celaka ( Akusala Garuka Kamma )

Lima perbuatan durhaka di bawah ini mempunyai akibat yang sangat berat ialah kelahiran di alam neraka:

  1. Membunuh ibu.
  2. Membunuh ayah.
  3. Membunuh seorang Arahat.
  4. Melukai seorang Buddha.
  5. Menyebabkan perpecahan dalam Sangha.

Lihat pula


Referensi

  1. ^ Rustriana Rusli, Ayu (juni 2020). "Karma dan etos kerja ajaran budha" (PDF). jurnal Al-Adyan. 1 (1): 2–5.