Lompat ke isi

Gombong, Ciawi, Tasikmalaya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Addbot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q11163425
Mario ivana (bicara | kontrib)
k sejarah desa gombong
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
Baris 17: Baris 17:
Pada masa kepemimpinan [[Kuwu]] Iyon Tanuwidjaja beserta adiknya Yusuf Tanuwidjaja, Gombong menjadi basis pertahanan rakyat dari serangan gerombolan DII/TII, beberapa kali Gombong diserang dan dibakar oleh gerombolan DII/TII, namun mampu bertahan dan memukul mundur gerombolan DII/TII. Oleh karena jasanya tersebut Kuwu Iyon Tanuwidjaja dianugrahi Bintang Emas oleh Presiden Soekarno, sehingga sejak saat itu Kuwu Iyon Tanuwidjaja lebih dikenal dengan sebutan Kuwu Bintang.
Pada masa kepemimpinan [[Kuwu]] Iyon Tanuwidjaja beserta adiknya Yusuf Tanuwidjaja, Gombong menjadi basis pertahanan rakyat dari serangan gerombolan DII/TII, beberapa kali Gombong diserang dan dibakar oleh gerombolan DII/TII, namun mampu bertahan dan memukul mundur gerombolan DII/TII. Oleh karena jasanya tersebut Kuwu Iyon Tanuwidjaja dianugrahi Bintang Emas oleh Presiden Soekarno, sehingga sejak saat itu Kuwu Iyon Tanuwidjaja lebih dikenal dengan sebutan Kuwu Bintang.


'''Sejarah'''

Menurut cerita dan beberapa catatan sejarah Desa, Penghuni Desa Gombong Berasal dari keturunan Mataran ( Jawa Tengah ). Mereka adalah Suku jawa, sebagaimana kita ketahui dalam buku sejarah Kerajaan mataram mengalami masa jayanya ketika pemerintahan Sultan Agung ( 1615-1645), pengaruh islam pada waktu itu sudah tertanam dengan baik di kalangan penduduk.

Kira-kira pada abad ke-18 seorang Bupati Mataram dengan beberapa orang pengiringnya pergi meloloskan diri keluar kerajaan, karena kekuasaan mataram makin terdesak akibat penjajahan Belanda. Beliau pergi dengan tujuan mencari tempat yang lebih aman dengan tanpa setahu ayah bundanya serta pembesar-pembesar setempat. Kemudian mereka sampailah di Cimenga yaitu daerah Kuningan sekarang, yang pada waktu itu yang memerintah Cimenga adalah seorang Bupati yang terkenal dengan nama istrinya yaitu EMBAH DALEM CIMENGA atau sebutan EMBAH BUNTIT. Keterangan mengatakan sesampainya di Cimenga rombongan Bupati Mataram itu menyamar sebagai orang biasa dengan membawa berbagai macam kesenian dari Jawa Tengah. Berita ramainya datang kesenian tersebut sampai keseluruh pelosok. Akhirnya diketahui oleh EMBAH DALEM kemudian dipanggil disuruh main di kedaleman. Pada waktu pertunjukan kesenian tersebut seorang putri kedaleman turut menonton lalu sang putri tertarik kepada Bupati Mataram itu dan akhirnya menikah.

Dari pernikahan ini memperoleh enam orang anak terdiri dari lima orang putra dan seorang putri. Kelima orang putra tersebut kecuali seorang sang putri turut membantu perang Pangeran Sumedang, ketika perang melawan Cirebon. Setelah perang selesai dan Sumedang menang, kelima putra tersebut tidak mau kembali ke Cimenga mereka terus mengembara ke Daerah Priangan.

Salah seorang dari kelima putra tersebut yaitu bernama EMBAH JIDUN sampailah ke Desa Gombong, nama beliau adalah panggilan anak cucunya, nama sebenarnya adalah SURADIWANGSA dan Beliau merupakan nenek moyang penduduk Gombong.

Perkataan Gombong menurut sejarah Desa Setempat, karena Desa tersebut asalnya merupakan sebuah hutan bambu yang besar dan benar-benar banyak di tempat itu. ''Kata Gombong artinya pohon bambu yang besar, ''begitu pula menurut pengakuan orang-orang Jawa. Memang perkataan Gombong tidak sedikit mengelirukan orang sudah pasti menyangka Gombong kota besar di Jawa Tengah, berlawanan sekali dengan Desa Gombong di Kecamatan Ciawi kabupaten Tasikmalaya.

Salah seorang putri EMBAH JIDUN bernama ASTRAYUDA pergi ke sebelah barat Desa Gombong dengan mendirikan kampung Pocol, EMBAH JIDUN meninggal di kampung tersebut, dimakamkan di sebuah tempat keramat yang bernama CIKUJANG di Kampung Nagaraherang Desa Sukahening sebelah timur laut Desa Gombong.

Sebelum datangnya EMBAH JIDUN Desa Gombong merupakan sebuah tegalan yang ditumbuhi rumpun-rumpun bambu dan diselingi beberapa selokan kecil, untuk memperingati kejadiannya diberi nama sesuai dengan penemuannya yaitu kampung Gombong . Sejak abad 19 kurang lebih pada tahun 1850 keadaan masyarakat Desa pada umumnya mengalami kerusakan akhlak yang mengakibatakan huru hara. Keributan-keributan dibidang pencurian, perampokan, pembunuhan, dan penganiayaan diantara penduduk. Yang menjadi Kepala desanya pada waktu itu ialah ASTRAPRAJA atau sebutan lain Pak Kuwu. Beliau hampir merasa kalah terhadap penjahat itu. Setelah belia diganti oleh ADIWANA lebih dikenal dengan nama PAK MANTEN, kedua pemimpin itu tidak diketahui tahunnya selama masih berkuasa. PAK MANTEN terus melanjutkan usaha-usahanya dibidang keamanan dan ketertiban terhadap penjahat-penjahat itu, namun tetap tidak berhasil.

Kemudian setelah ADIWANA atau PAK MANTEN berhenti diadakan pemilihan Kepala Desa, yang terpilih adalah RADEN KARTA beliau memegang jabatanya hanya satu hari karena banyak masyarakat yang tidak setuju sehingga beliau diprotes oleh masyarakat Gombong pada waktu itu.

Setelah itu diganti oleh HAJI ABDULRAHIM, mulai dari beliau inilah dapat diketahui tahunya yaitu mulai memerintah pada tahun 1882-1889, selama tujuh tahun beliau memegang tampuk pimpinan, namun kejahatan-kejahatan masih terus merjarela walaupun sudah diadakan berbagai usaha.

Bahkan bukan saja di Desa Gombong di daerah-daerah lain, oleh karena itu hampir setiap hari Desa Gombong digeladah oleh Polisi dari kecamatan dengan tujuan demi untuk ketertiban masyarakat desa dari kejahatan itu.

Maka setelah haji ABDUL RAHIM berhenti penggantinya adalah HAJI DAHLAN yang memerintah tahun 1889 sampai tahun 1919. Beliau mempunyai sifat sabar dan penuh kasih sayang terhadap masyarakat, juga sekalipun terhadap penjahat-penjahat itu, bahkan oleh beliau dipergunakannya. Diantaranya penjahat itu adalah yang bernama ASTRADIWANGSA dialah yang menjadi kepala penjahat dari kekempat bersaudara. HAJI DAHLAN disamping tugasnya sebagai pemimpin juga besar kepercayaannya terhadap keramat-keramat, diantaranya yang beliau puja ialah keramat EMBAH AGUNG TAPA. Segala petunjuk-petunjuknya oleh beliau dijalankan dengan penuh kepercayaan, maka beliau merupakan orang yang paling disegani dan kuat dalam memegang jabatannya bagi masyarakat Desa Gombong sehingga penjahat-penjahat tersebut tunduk kepadanya. Beliau mempunyai putra tunggal yang bernama TANUWIJAYA. Oleh beliau putranya itu di pesantrenkan di Cirebon, Sumedang, dan Banten, guna mengisi dan menambah ilmu dan kekuatan serta badan untuk mengimbangi lawan atau bahaya yang mungkin terjadi.

Setelah putranya dewasa HAJI DAHLAN berhenti pada tahun 1919 atas permintaan sendiri yang selanjutnya diadakan pemilihan Kepala Desa dengan calon tunggal TANUWIJAYA terpilih sebagai Kepala Desa, dengan memegang jabatan mulai tahun 1919. Kemudian beliau melanjutkan usaha ayahnya yaitu menumpas kejahatan-kejahatan tersebut, karena beliau telah memilki ilmu yang tinggi serta kekuatan jiwa, maka kejahatan itu dapat ditumpas dan semakin meurun keadaanya, yang akhirnya dapat dikikis habis. Hanya sayang beliau pada usia masih muda yaitu 39 tahun telah dipanggil Tuhan, jadi beliau memgang tampuk pimpinan selama 9 tahun. Dari Tahun 1919-1926. Kemudian diadakan lagi pemilihan Kepala Desa dengan calon sebanyak 5 orang yang terpilih ialah putra sulung Bapak TANUWIJAYA yaitu IYON TANUWIJAYA. Beliau mempunyai sifat hampir sama seperti ayahnya serta Desa Gombong mengalami masa jayanya.

Banyak kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada waktu menjabat beliau ini sehingga masyarakatnya kembali kedalam keadaan tentram dan damai. PAK IYON TANUWIJAYA ini memegang tampuk pimpinan selama 40 tahun dalam hal ini merupakan jabatan yang paling lama bila dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya yang akhirnya karena beliau ltelah lanjut usia tepatnya tanggal 20 april 1965 beliau berhenti.

Pada tanggal 19 mei 1966 di adakan pemilihan Kepala Desa dengan calon tunggal adiknya yaitu IYON TANUWIJAYA yang bernama YUSUP TANUWIJAYA yang sebelumnya menjabat sebagai juru tulis, beliau memegang jabatan sampai tahun 1977 selama kurang lebih 12 tahun. Selanjutnya dijabat oleh BAPAK IDI SUMAWIJAYA selama 3 tahun. Dan setelah itu Desa Gombong dimekarkan menjadi 2 Desa yaitu Desa Gombong dengan Kepala Desanya yaitu BAPAK IDI SUMAWIJAYA terdiri dari 5 Kedusunan yaitu Dusun Gombong, Sukamandi, Bugel , Karamasantana dan Dusun Pocol. Dan sekarang menjadi 6 Kedusunan yaitu Dusun Pananyung yang ke-6. Sedangkan Desa satu lagi diberi nama desa Kertamuktidengan Kepala Desanya yaitu BAPAK AHMAD, yang memiliki 4 Kedusunan yaitu Dusun Cibuyut, Mulyarasa, Jamilega, dan Dusun Sukamaju. Dan sekarang menjadi 5 Kedusunan.

Setelah itu diadakan Pemilihan Kepala Desa dengan calon 4 orang yaitu tahun 1978, dengan terpilihnya IDI SUMAWIJAYA sebagai Kepala Desa, beliau pun pernah menjabat sebelumnya sebagai juru tulis.

Dan Pada Tahun 1984 diadakan pemilihan kepala Desa dan terpilih adalah Bapak OKO SUKMAJA beliau memegang kelungguhan selama 9 tahun, dan dilanjutkan lagi oleh BAPAK WARKA DIPURA mulai tahun 1993, beliau dari kampung Pocol tengah memegang kelungguhan selama 8 tahun dan selanjutnya Pemerintahan dipegang oleh bapak JAMALI mulai tahun 2001, beliau dari kampung Pananyung memegang pemerintahan sampai sekarang penulisan sejarah ini.tahun 2006
{{Ciawi, Tasikmalaya}}
{{Ciawi, Tasikmalaya}}



Revisi per 2 Agustus 2014 16.01

Gombong
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenTasikmalaya
KecamatanCiawi
Kode Kemendagri32.06.36.2001 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 7°11′24″S 108°6′2″E / 7.19000°S 108.10056°E / -7.19000; 108.10056

Gombong adalah desa di kecamatan Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia. Desa Gombong terletak di lereng Gn. Talaga Bodas bagian timur, kira-kira berjarak 10 km ke arah selatan dari Kota Kecamatan Ciawi. Sejarah berdirinya Desa Gombong belum dapat dipastikan angka tahunnya, namun sepertinya erat kaitannya dengan ditetapkannya Gn. Talaga Bodas sebagai Kabuyutan dan Leuweung Tutupan pada masa kerajaan Galuh dan Sunda. Di sekitar Desa Gombong, di kampung Pocol bagian barat,atau pocol girang,yang sekarang lebih sudah berganti nama menjadi kampung pananyung terdapat Situs (kabuyutan), yang berupa punden berundak dan sebuah Menhir atau di kampung ini di sebut dengan nama 'BATU CONGGANG' di teras puncaknya. Pada masa kepemimpinan Kuwu Iyon Tanuwidjaja beserta adiknya Yusuf Tanuwidjaja, Gombong menjadi basis pertahanan rakyat dari serangan gerombolan DII/TII, beberapa kali Gombong diserang dan dibakar oleh gerombolan DII/TII, namun mampu bertahan dan memukul mundur gerombolan DII/TII. Oleh karena jasanya tersebut Kuwu Iyon Tanuwidjaja dianugrahi Bintang Emas oleh Presiden Soekarno, sehingga sejak saat itu Kuwu Iyon Tanuwidjaja lebih dikenal dengan sebutan Kuwu Bintang.

Sejarah

Menurut cerita dan beberapa catatan sejarah Desa, Penghuni Desa Gombong Berasal dari keturunan Mataran ( Jawa Tengah ). Mereka adalah Suku jawa, sebagaimana kita ketahui dalam buku sejarah Kerajaan mataram mengalami masa jayanya ketika pemerintahan Sultan Agung ( 1615-1645), pengaruh islam pada waktu itu sudah tertanam dengan baik di kalangan penduduk.

Kira-kira pada abad ke-18 seorang Bupati Mataram dengan beberapa orang pengiringnya pergi meloloskan diri keluar kerajaan, karena kekuasaan mataram makin terdesak akibat penjajahan Belanda. Beliau pergi dengan tujuan mencari tempat yang lebih aman dengan tanpa setahu ayah bundanya serta pembesar-pembesar setempat. Kemudian mereka sampailah di Cimenga yaitu daerah Kuningan sekarang, yang pada waktu itu yang memerintah Cimenga adalah seorang Bupati yang terkenal dengan nama istrinya yaitu EMBAH DALEM CIMENGA atau sebutan EMBAH BUNTIT. Keterangan mengatakan sesampainya di Cimenga rombongan Bupati Mataram itu menyamar sebagai orang biasa dengan membawa berbagai macam kesenian dari Jawa Tengah. Berita ramainya datang kesenian tersebut sampai keseluruh pelosok. Akhirnya diketahui oleh EMBAH DALEM kemudian dipanggil disuruh main di kedaleman. Pada waktu pertunjukan kesenian tersebut seorang putri kedaleman turut menonton lalu sang putri tertarik kepada Bupati Mataram itu dan akhirnya menikah.

Dari pernikahan ini memperoleh enam orang anak terdiri dari lima orang putra dan seorang putri. Kelima orang putra tersebut kecuali seorang sang putri turut membantu perang Pangeran Sumedang, ketika perang melawan Cirebon. Setelah perang selesai dan Sumedang menang, kelima putra tersebut tidak mau kembali ke Cimenga mereka terus mengembara ke Daerah Priangan.

Salah seorang dari kelima putra tersebut yaitu bernama EMBAH JIDUN sampailah ke Desa Gombong, nama beliau adalah panggilan anak cucunya, nama sebenarnya adalah SURADIWANGSA dan Beliau merupakan nenek moyang penduduk Gombong.

Perkataan Gombong menurut sejarah Desa Setempat, karena Desa tersebut asalnya merupakan sebuah hutan bambu yang besar dan benar-benar banyak di tempat itu. Kata Gombong artinya pohon bambu yang besar, begitu pula menurut pengakuan orang-orang Jawa. Memang perkataan Gombong tidak sedikit mengelirukan orang sudah pasti menyangka Gombong kota besar di Jawa Tengah, berlawanan sekali dengan Desa Gombong di Kecamatan Ciawi kabupaten Tasikmalaya.

Salah seorang putri EMBAH JIDUN bernama ASTRAYUDA pergi ke sebelah barat Desa Gombong dengan mendirikan kampung Pocol, EMBAH JIDUN meninggal di kampung tersebut, dimakamkan di sebuah tempat keramat yang bernama CIKUJANG di Kampung Nagaraherang Desa Sukahening sebelah timur laut Desa Gombong.

Sebelum datangnya EMBAH JIDUN Desa Gombong merupakan sebuah tegalan yang ditumbuhi rumpun-rumpun bambu dan diselingi beberapa selokan kecil, untuk memperingati kejadiannya diberi nama sesuai dengan penemuannya yaitu kampung Gombong . Sejak abad 19 kurang lebih pada tahun 1850 keadaan masyarakat Desa pada umumnya mengalami kerusakan akhlak yang mengakibatakan huru hara. Keributan-keributan dibidang pencurian, perampokan, pembunuhan, dan penganiayaan diantara penduduk. Yang menjadi Kepala desanya pada waktu itu ialah ASTRAPRAJA atau sebutan lain Pak Kuwu. Beliau hampir merasa kalah terhadap penjahat itu. Setelah belia diganti oleh ADIWANA lebih dikenal dengan nama PAK MANTEN, kedua pemimpin itu tidak diketahui tahunnya selama masih berkuasa. PAK MANTEN terus melanjutkan usaha-usahanya dibidang keamanan dan ketertiban terhadap penjahat-penjahat itu, namun tetap tidak berhasil.

Kemudian setelah ADIWANA atau PAK MANTEN berhenti diadakan pemilihan Kepala Desa, yang terpilih adalah RADEN KARTA beliau memegang jabatanya hanya satu hari karena banyak masyarakat yang tidak setuju sehingga beliau diprotes oleh masyarakat Gombong pada waktu itu.

Setelah itu diganti oleh HAJI ABDULRAHIM, mulai dari beliau inilah dapat diketahui tahunya yaitu mulai memerintah pada tahun 1882-1889, selama tujuh tahun beliau memegang tampuk pimpinan, namun kejahatan-kejahatan masih terus merjarela walaupun sudah diadakan berbagai usaha.

Bahkan bukan saja di Desa Gombong di daerah-daerah lain, oleh karena itu hampir setiap hari Desa Gombong digeladah oleh Polisi dari kecamatan dengan tujuan demi untuk ketertiban masyarakat desa dari kejahatan itu.

Maka setelah haji ABDUL RAHIM berhenti penggantinya adalah HAJI DAHLAN yang memerintah tahun 1889 sampai tahun 1919. Beliau mempunyai sifat sabar dan penuh kasih sayang terhadap masyarakat, juga sekalipun terhadap penjahat-penjahat itu, bahkan oleh beliau dipergunakannya. Diantaranya penjahat itu adalah yang bernama ASTRADIWANGSA dialah yang menjadi kepala penjahat dari kekempat bersaudara. HAJI DAHLAN disamping tugasnya sebagai pemimpin juga besar kepercayaannya terhadap keramat-keramat, diantaranya yang beliau puja ialah keramat EMBAH AGUNG TAPA. Segala petunjuk-petunjuknya oleh beliau dijalankan dengan penuh kepercayaan, maka beliau merupakan orang yang paling disegani dan kuat dalam memegang jabatannya bagi masyarakat Desa Gombong sehingga penjahat-penjahat tersebut tunduk kepadanya. Beliau mempunyai putra tunggal yang bernama TANUWIJAYA. Oleh beliau putranya itu di pesantrenkan di Cirebon, Sumedang, dan Banten, guna mengisi dan menambah ilmu dan kekuatan serta badan untuk mengimbangi lawan atau bahaya yang mungkin terjadi.

Setelah putranya dewasa HAJI DAHLAN berhenti pada tahun 1919 atas permintaan sendiri yang selanjutnya diadakan pemilihan Kepala Desa dengan calon tunggal TANUWIJAYA terpilih sebagai Kepala Desa, dengan memegang jabatan mulai tahun 1919. Kemudian beliau melanjutkan usaha ayahnya yaitu menumpas kejahatan-kejahatan tersebut, karena beliau telah memilki ilmu yang tinggi serta kekuatan jiwa, maka kejahatan itu dapat ditumpas dan semakin meurun keadaanya, yang akhirnya dapat dikikis habis. Hanya sayang beliau pada usia masih muda yaitu 39 tahun telah dipanggil Tuhan, jadi beliau memgang tampuk pimpinan selama 9 tahun. Dari Tahun 1919-1926. Kemudian diadakan lagi pemilihan Kepala Desa dengan calon sebanyak 5 orang yang terpilih ialah putra sulung Bapak TANUWIJAYA yaitu IYON TANUWIJAYA. Beliau mempunyai sifat hampir sama seperti ayahnya serta Desa Gombong mengalami masa jayanya.

Banyak kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada waktu menjabat beliau ini sehingga masyarakatnya kembali kedalam keadaan tentram dan damai. PAK IYON TANUWIJAYA ini memegang tampuk pimpinan selama 40 tahun dalam hal ini merupakan jabatan yang paling lama bila dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya yang akhirnya karena beliau ltelah lanjut usia tepatnya tanggal 20 april 1965 beliau berhenti.

Pada tanggal 19 mei 1966 di adakan pemilihan Kepala Desa dengan calon tunggal adiknya yaitu IYON TANUWIJAYA yang bernama YUSUP TANUWIJAYA yang sebelumnya menjabat sebagai juru tulis, beliau memegang jabatan sampai tahun 1977 selama kurang lebih 12 tahun. Selanjutnya dijabat oleh BAPAK IDI SUMAWIJAYA selama 3 tahun. Dan setelah itu Desa Gombong dimekarkan menjadi 2 Desa yaitu Desa Gombong dengan Kepala Desanya yaitu BAPAK IDI SUMAWIJAYA terdiri dari 5 Kedusunan yaitu Dusun Gombong, Sukamandi, Bugel , Karamasantana dan Dusun Pocol. Dan sekarang menjadi 6 Kedusunan yaitu Dusun Pananyung yang ke-6. Sedangkan Desa satu lagi diberi nama desa Kertamuktidengan Kepala Desanya yaitu BAPAK AHMAD, yang memiliki 4 Kedusunan yaitu Dusun Cibuyut, Mulyarasa, Jamilega, dan Dusun Sukamaju. Dan sekarang menjadi 5 Kedusunan.

Setelah itu diadakan Pemilihan Kepala Desa dengan calon 4 orang yaitu tahun 1978, dengan terpilihnya IDI SUMAWIJAYA sebagai Kepala Desa, beliau pun pernah menjabat sebelumnya sebagai juru tulis.

Dan Pada Tahun 1984 diadakan pemilihan kepala Desa dan terpilih adalah Bapak OKO SUKMAJA beliau memegang kelungguhan selama 9 tahun, dan dilanjutkan lagi oleh BAPAK WARKA DIPURA mulai tahun 1993, beliau dari kampung Pocol tengah memegang kelungguhan selama 8 tahun dan selanjutnya Pemerintahan dipegang oleh bapak JAMALI mulai tahun 2001, beliau dari kampung Pananyung memegang pemerintahan sampai sekarang penulisan sejarah ini.tahun 2006