Wikipedia:Artikel Pilihan/1 2014: Perbedaan antara revisi
tidak boleh ada gambar tak bebas di HU |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{HU/Tepigambar|ImgSoedjatmoko.jpg|150|Soedjatmoko|{{{seluler|}}}}} |
|||
'''[[Soedjatmoko]]''', atau juga dikenal dengan nama panggilan '''Bung Koko''', adalah seorang intelektual, diplomat, dan politikus Indonesia. Soedjatmoko dilahirkan dalam keluarga bangsawan dan belajar kedokteran di Batavia (sekarang [[Jakarta]]). Setelah dikeluarkan dari sekolah kedokteran oleh [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|Jepang]] pada tahun 1943, ia pindah ke [[Surakarta]] dan membuka praktik pengobatan bersama ayahnya. Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Indonesia]], Soedjatmoko bersama dua pemuda lain dikirimkan ke [[Lake Success, New York]], [[Amerika Serikat]] untuk mewakili Indonesia di [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]]. Pada tahun 1952 ia kembali ke Indonesia dan bergabung dengan [[Partai Sosialis Indonesia]], lalu terpilih sebagai anggota [[Konstituante]]. Namun, ketika [[Orde Lama]] semakin otoriter, Soedjatmoko mulai mengkritik pemerintah. Ia pergi ke luar negeri dan bekerja sebagai dosen di [[Universitas Cornell]] di [[Ithaca]], [[New York]] selama dua tahun. Setelah jatuhnya Orde Lama, ia dikirim sebagai salah satu wakil Indonesia di PBB, dan pada tahun 1968 ia menjadi [[Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat]]; ia juga menjadi penasihat untuk menteri luar negeri [[Adam Malik]]. Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1971, ia dicekal pemerintah setelah [[peristiwa Malari]] pada Januari 1974, karena diduga terlibat dalam merencanakan aksi tersebut. Pada tahun 1978, Soedjatmoko menerima [[Ramon Magsaysay Award|Penghargaan Ramon Masaysay]] untuk Hubungan Internasional, dan pada tahun 1980, ia diangkat sebagai rektor [[Universitas Perserikatan Bangsa Bangsa]] di [[Tokyo]], [[Jepang]]. '''([[Soedjatmoko|Selengkapnya...]])''' |
'''[[Soedjatmoko]]''', atau juga dikenal dengan nama panggilan '''Bung Koko''', adalah seorang intelektual, diplomat, dan politikus Indonesia. Soedjatmoko dilahirkan dalam keluarga bangsawan dan belajar kedokteran di Batavia (sekarang [[Jakarta]]). Setelah dikeluarkan dari sekolah kedokteran oleh [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|Jepang]] pada tahun 1943, ia pindah ke [[Surakarta]] dan membuka praktik pengobatan bersama ayahnya. Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Indonesia]], Soedjatmoko bersama dua pemuda lain dikirimkan ke [[Lake Success, New York]], [[Amerika Serikat]] untuk mewakili Indonesia di [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]]. Pada tahun 1952 ia kembali ke Indonesia dan bergabung dengan [[Partai Sosialis Indonesia]], lalu terpilih sebagai anggota [[Konstituante]]. Namun, ketika [[Orde Lama]] semakin otoriter, Soedjatmoko mulai mengkritik pemerintah. Ia pergi ke luar negeri dan bekerja sebagai dosen di [[Universitas Cornell]] di [[Ithaca]], [[New York]] selama dua tahun. Setelah jatuhnya Orde Lama, ia dikirim sebagai salah satu wakil Indonesia di PBB, dan pada tahun 1968 ia menjadi [[Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat]]; ia juga menjadi penasihat untuk menteri luar negeri [[Adam Malik]]. Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1971, ia dicekal pemerintah setelah [[peristiwa Malari]] pada Januari 1974, karena diduga terlibat dalam merencanakan aksi tersebut. Pada tahun 1978, Soedjatmoko menerima [[Ramon Magsaysay Award|Penghargaan Ramon Masaysay]] untuk Hubungan Internasional, dan pada tahun 1980, ia diangkat sebagai rektor [[Universitas Perserikatan Bangsa Bangsa]] di [[Tokyo]], [[Jepang]]. '''([[Soedjatmoko|Selengkapnya...]])''' |
||
Revisi per 4 September 2014 02.08
Soedjatmoko, atau juga dikenal dengan nama panggilan Bung Koko, adalah seorang intelektual, diplomat, dan politikus Indonesia. Soedjatmoko dilahirkan dalam keluarga bangsawan dan belajar kedokteran di Batavia (sekarang Jakarta). Setelah dikeluarkan dari sekolah kedokteran oleh Jepang pada tahun 1943, ia pindah ke Surakarta dan membuka praktik pengobatan bersama ayahnya. Setelah kemerdekaan Indonesia, Soedjatmoko bersama dua pemuda lain dikirimkan ke Lake Success, New York, Amerika Serikat untuk mewakili Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 1952 ia kembali ke Indonesia dan bergabung dengan Partai Sosialis Indonesia, lalu terpilih sebagai anggota Konstituante. Namun, ketika Orde Lama semakin otoriter, Soedjatmoko mulai mengkritik pemerintah. Ia pergi ke luar negeri dan bekerja sebagai dosen di Universitas Cornell di Ithaca, New York selama dua tahun. Setelah jatuhnya Orde Lama, ia dikirim sebagai salah satu wakil Indonesia di PBB, dan pada tahun 1968 ia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat; ia juga menjadi penasihat untuk menteri luar negeri Adam Malik. Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1971, ia dicekal pemerintah setelah peristiwa Malari pada Januari 1974, karena diduga terlibat dalam merencanakan aksi tersebut. Pada tahun 1978, Soedjatmoko menerima Penghargaan Ramon Masaysay untuk Hubungan Internasional, dan pada tahun 1980, ia diangkat sebagai rektor Universitas Perserikatan Bangsa Bangsa di Tokyo, Jepang. (Selengkapnya...)