Lompat ke isi

Tionghoa Jakarta: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{ethnic group|group=Tionghoa Jakarta
{{ethnic group|group=Tionghoa Jakarta
|image=[[Berkas:Mangga Dua Jakarta's Chinatown.jpg|300px]]
|image_caption= Gerbang [[Pecinan]] di [[Mangga Dua]].
|poptime=[[DKI Jakarta]]: 632.372 ([[sensus 2010]]<ref>http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html?pageNumber=43</ref>)
|poptime=[[DKI Jakarta]]: 632.372 ([[sensus 2010]]<ref>http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html?pageNumber=43</ref>)



Revisi per 29 Agustus 2016 15.54

Tionghoa Jakarta
Gerbang Pecinan di Mangga Dua.

Tionghoa Jakarta (atau Cina Jakarta) adalah etnis Tionghoa yang tinggal di dalam kawasan DKI Jakarta, Indonesia. Kawasan pecinan yang bisa ditemui di Jakarta saat ini adalah kawasan Glodok, Jakarta Barat. Kawasan ini konon disebut-sebut sebagai kawasan pecinan (Chinatown) terbesar di Indonesia bahkan dunia.

Di daerah Pecinan umumnya terdiri dari ruko (singkatan dari rumah toko) dan terdapat kelenteng (dulunya disebut kuil) yang merupakan tempat bersembahyang atau tempat pemujaan Dewa-Dewi kepercayaan etnis Tionghoa. Ruko yang ada di sepanjang Pecinan digunakan untuk tempat berdagang atau berjualan, sekaligus sebagai tempat tinggal warga Tionghoa. Bangunan dan rumah yang ada di kawasan Pecinan dapat terlihat dari ciri-ciri fisiknya yang pada umumnya berupa bangunan berlantai dua. Lantai satu pada umumnya dipakai sebagai tempat usaha, sedangkan lantai dua digunakan sebagai tempat tinggal.

Saat ini warga Tionghoa Jakarta memiliki tingkatan gaya hidup yang lebih modern. Ini cukup wajar mengingat kota Jakarta adalah sebagai ibukota dan kiblat di Indonesia. Namun yang menarik adalah mereka ternyata cukup pedas dalam bertutur kata. Jangan heran juga apabila sikap cuek tanpa tegur sapa akan sering ditemui jika melihat mereka di kompleks perumahan atau di pusat perbelanjaan.

Sejarah

Jauh sebelum Belanda membangun Batavia (kini Jakarta) pada tahun 1619, orang-orang Tionghoa sudah tinggal di sebelah Timur Sungai Ciliwung yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan itu. Mereka menjual arak, beras dan kebutuhan lainnya termasuk air minum bagi para pendatang yang singgah di pelabuhan. Namun, ketika Belanda membangun loji (bangunan bersejarah peninggalan Belanda) di tempat itu, mereka pun kemudian diusir. Setelah muncul peristiwa Pembantaian Orang Tionghoa di Batavia (tanggal 9 Oktober 1740), orang-orang Tionghoa ditempatkan di kawasan Glodok yang tidak jauh dari Stadhuisa (kini Museum Fatahillah).

Referensi