Lompat ke isi

Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 27: Baris 27:
| metric-rwy =
| metric-rwy =
| r1-number = 18/36
| r1-number = 18/36
| r1-length-f = 7,053
| r1-length-f = 8,010
| r1-length-m = 2,600
| r1-length-m = 2,600
| r1-surface = [[Aspal]]
| r1-surface = [[Aspal]]

Revisi per 3 Oktober 2016 16.11

Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II
بنداراينتيرنسيونال سلطان سيرف قاسيم ٢
Berkas:Logo AngkasaPuraII 2014.png
  • IATA: PKU
  • ICAO: WIBB
    PKU di Topografi Sumatera
    PKU
    PKU
    Lokasi bandara di Sumatra
Informasi
JenisPublik/Militer
PengelolaPT Angkasa Pura II
MelayaniPekanbaru
LokasiPekanbaru, Riau
Zona waktuUTC+7
Koordinat{{{coordinates}}}
Situs webhttp://www.sultansyarifkasim2-airport.co.id
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
kaki m
18/36 8,010 2,600 Aspal

Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II (IATA: PKUICAO: WIBB) adalah sebuah bandar udara yang terletak di Kota Pekanbaru dan sebelumnya bernama Bandara Simpang Tiga. Bandara ini memiliki luas 321,21 ha. Dalam rangka menyambut PON XVII pada tahun 2012, bandara ini diperluas sehingga nantinya dapat menampung pesawat yang lebih besar. Bandara ini juga menjadi home-base bagi Skuadron Udara 12 TNI AU. Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Syarif Kasim II, seorang pahlawan Nasional Indonesia dari Riau.

Sejarah

Bandar udara Sultan Syarif Kasim II (SSK. II) Pekanbaru adalah bandara peninggalan Sejarah dari zaman kemerdekaan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Saat itu di sebut “Landasan Udara” di mana landasan tersebut masih terdiri dari tanah yang di keraskan dan di gunakan sebagai Pangkalan Militer. Awalnya Landasan pacunya adalah dari Timur menuju Barat dengan nomor runway 14 dan 32. Pada awal kemerdekaan di bangun landasan pacu baru yang terbentang dari arah utara menuju selatan dengan nomor runway 18 dan 36. Panjang landasan lebih kurang 800 meter dengan permukaan landasan berupa kerikil yang di padatkan. Pada tahun 1950 landasan pacu di perpanjang menjadi 1.500 meter, dan pada tahun 1967 landasan di mulai proses pengaspalan Runway, Taxi, dan Apron setebal 7 cm serta pertambahan panjang landasan sepanjang 500 meter.

Pada tahun 1960 Pemerintah mengoperasikan bandara ini menjadi bandara Perintis dan mengubah nama dari Landasan Udara menjadi “Pelabuhan Udara Simpang Tiga”. Nama Simpang Tiga diambil karena lokasinya berada tiga jalan persimpangan yaitu jalan menuju Kota Madya Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hulu. Berdasarkan Rapat Kepala Kantor Perwakilan Departemen Perhubungan tanggal 23 Agustus 1985 nama Pelabuhan Udara Simpang Tiga diganti menjadi Bandar Udara Simpang Tiga terhitung tanggal 1 September 1985.

Pada 1 April 1994 Bandar Udara Simpang Tiga bergabung dengan Manejemen yang di kelolah oleh PT. Angkasa Pura II (Persero). Dan di sebut dengan Kantor Cabang Bandar Udara Simpang Tiga Yang kelak berubah nama menjadi Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang di tetapkan melalui keputusan Presiden No.Kep.473/OM.00/1988-AP II tgl. 4 April 1998 dan di resmikan oleh Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid tgl 29 April 2000.[1]

Pada tahun 2009 lalu, Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II telah dimulai peluasan Bandara Sultan Syarif Kasim II oleh pihak Angkasa Pura II yang bekerja sama dengan pemerintah provinsi Riau. Peluasan ini direncanakan akan diselesaikan pada akhir 2011 dan dibangun sebagai persiapan menghadapi Pekan Olah Raga Nasional (PON) yang akan digelar pada 2012. Peluasan ini dilakukan karena dinilai tidak lagi dapat menampung jumlah penumpang melalui menggunakan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II yang setiap tahunnya semakin meningkat.

Maskapai Penerbangan dan penumpang

MaskapaiTujuanTerminal
AirAsia Kuala Lumpur Internasional
Batik Air Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta Domestik
Citilink Bandung, Batam, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Medan, Surabaya, Yogyakarta Domestik
EastIndo Charter: Dumai, Jakarta—Pondok Cabe, Medan, Pangkalan Kerinci, Rengat, Sungai Pakning Domestik
Express Air Melaka Internasional
Express Air Palembang, Tanjung Pinang Domestik
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta Domestik
Jetstar Asia Airways Singapura Internasional
Lion Air Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Medan Domestik
Malindo AirMelaka Internasional
Nam Air Medan Domestik
Pelita Air Service Charter: Dumai, Jakarta—Halim Perdanakusuma, Sungai Pakning Domestik
SilkAir Singapura International
Susi Air Dabo, Dumai, Simpang Ampek Tanjung Balai Karimun, Tembilahan Domestik
Wings Air Jambi Domestik

Statistik

Penerbangan tersibuk keluar dari Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II berdasarkan frekuensi [butuh rujukan] [2][3]
Peringkat Tujuan Frekuensi
(Mingguan)
Maskapai penerbangan
1 Jakarta 133 Garuda Indonesia, Lion Air, Citilink, Batik Air
2 Batam 35 Lion Air, Citilink
3 Medan 14 Lion Air
4 Kuala Lumpur-KLIA 10 AirAsia
5 Dumai 14 Pelita Air Service
6 Singapore 3 SilkAir
7 Bandung 7 Indonesia Air Asia
8 Kuala Lumpur-Subang 5 Firefly
9 Melaka 5 Malindo Air

Kecelakaan dan insiden

Pada tanggal 28 April 1981, Douglas C-47A PK-OBK milik Airfast Indonesia jatuh pada saat melakukan pendekatan merupakan penerbangan penumpang tidak berjadwal. Sembilan dari 17 orang dalam pesawat tewas.[4] Pada tanggal 14 Januari 2002, Lion Air Penerbangan 386 jatuh di hutan riau. Pada 14 Februari 2011, penerbangan Lion Air 392 keluar landasan di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Tidak ada korban jiwa atau cedera.[5][6] Pesawat itu mencoba mendarat tiga kali namun gagal.[7] Pada 15 Februari 2011 pesawat Lion Air yang lain keluar landasan.

Mengenai dua insiden diatas, kemhub telah melarang semua pesawat Boeing 737-900 ER mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II ketika landasan pacu yang basah. Lion air akan menaati larangan tersebut dan akan menggantinya dengan pesawat Boeing 737-400 yang lebih kecil.[8]

Pada tanggal 17 Juli 2012 pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 174, tergelincir keluar landasan.[9]

Galeri

Referensi

Lihat pula

Pranala luar