Lompat ke isi

Wayang golek: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Rafaelsantino (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 63: Baris 63:


== Wayang golek dalam dunia hiburan ==
== Wayang golek dalam dunia hiburan ==
[[Berkas:Wayang golek indra swara.jpg|ka|200px|jmpl|wayang golek grup [[Indra Swara]] México]]
Dalam dunia hiburan, wayang golek muncul dalam berbagai acara televisi. Salah satu acara yang populer menampilkan wayang golek, [[Bukan Sekedar Wayang]] di [[NET.]] yang ditayangkan sejak 2014 hingga sekarang. Pemerannya adalah [[Sule]] yang juga populer di acara [[Opera Van Java]] dan [[PAS Mantab]]. Dia juga sebagai pembawa acara [[Ini Talkshow]] di [[NET.]].
Dalam dunia hiburan, wayang golek muncul dalam berbagai acara televisi. Salah satu acara yang populer menampilkan wayang golek, [[Bukan Sekedar Wayang]] di [[NET.]] yang ditayangkan sejak 2014 hingga sekarang. Pemerannya adalah [[Sule]] yang juga populer di acara [[Opera Van Java]] dan [[PAS Mantab]]. Dia juga sebagai pembawa acara [[Ini Talkshow]] di [[NET.]].



Revisi per 25 Januari 2018 01.58

Wayang Golek Sunda

Wayang golek adalah suatu seni tradisional Sunda pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan, Daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering pula dipertunjukkan pergelaran wayang golek.

Cepot atau Astrajingga dalam Wayang sunda

Wayang

Pengrajin wayang golek

Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat populer, terutama di pulau Jawa dan Bali. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan “bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, di mana muncul bayang-bayang. Di Jawa Barat, selain dikenal wayang kulit, yang paling populer adalah Wayang golek . Istilah golek dapat merujuk kepada dua makna, sebagai kata kerja kata golek bermakna 'mencari', sebagai kata benda golek bermakna boneka kayu.[1] Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam di antaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang orang yang merupakan bentuk seni tari-drama yang ditarikan manusia, kebanyakan bentuk kesenian wayang dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawagu dan lain-lain.

Pola pagelaran

Tokoh wayang Walangsungsang dan Rara Santang yang menyebarkan agama Islam di Tanah Sunda

Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan. Alur cerita dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.

Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal di antaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi, dll. Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut;

  1. Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara;
  2. Babak unjal, paseban, dan bebegalan
  3. Nagara sejen
  4. Patepah
  5. Perang gagal
  6. Panakawan/goro-goro
  7. Perang kembang
  8. Perang raket
  9. Tutug

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat (ruwat), yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain:

  1. Wunggal (anak tunggal)
  2. Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia)
  3. Suramba (empat orang putra)
  4. Surambi (empat orang putri)
  5. Pandawa (lima putra)
  6. Pandawi (lima putri)
  7. Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri)
  8. Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.

Sejarah perkembangan

Wayang Golek si Cepot

Pada awal kemunculannya, kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara pulau Jawa pada awal abad ke-17 di mana kerajaan Islam tertua di Pulau Jawa yaitu Kesultanan Demak tumbuh disana, dengan menggunakan Bahasa Jawa dalam dialognya. Menurut legenda yang berkembang, Sunan Kudus menggunakan bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan Islam di masyarakat.

Kesenian wayang golek berbahasa Sunda yang saat ini lebih dominan sendiri diperkirakan mulai berkembang di Jawa Barat pada masa ekspansi Kesultanan Mataram pada abad ke-17, meskipun sebenarnya beberapa pengaruh warisan budaya Hindu masih bertahan di beberapa tempat di Jawa Barat sebagai bekas wilayah Kerajaan Sunda Pajajaran. Pakem dan jalan cerita wayang golek sesuai dengan versi wayang kulit Jawa, terutama kisah wayang purwa (Ramayana dan Mahabharata), meskipun terdapat beberapa perbedaan, misalmya dalam penamaan tokoh-tokoh punakawan yang dikenal dalam versi Sundanya. Adapun kesenian wayang kayu berbahasa Jawa saat ini dapat dijumpai bentuk kontemporernya sebagai Wayang Menak di wilayah Kudus dan Wayang Cepak di wilayah Cirebon, meski popularitasnya tidak sebesar wayang golek purwa di wilayah Priangan.

Pertunjukan seni wayang golek mulai mendapatkan bentuknya yang seperti sekarang sekitar abad ke-19. Saat itu kesenian wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang dipagelarkan di desa atau kota karesidenan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.

Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.

Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.

Kini selain sebagai bentuk teater seni pertunjukan wayang, kerajinan wayang golek juga kerap dijadikan sebagai cindera mata oleh para wisatawan. Tokoh wayang golek yang lazim dijadikan cindera mata benda kerajinan adalah tokoh pasangan Rama dan Shinta, tokoh wayang terkenal seperti Arjuna, Srikandi, dan Krishna, serta tokoh Punakawan seperti Semar dan Cepot. Kerajinan wayang golek ini dijadikan sebagai dekorasi, hiasan atau benda pajangan interior ruangan. Adapun di zaman modern ini Wayang golek purna kreasi sudah mulai di kembangkan oleh para pengrajin wayang muda,yang tetap tidak menghilangkan pakem dari Wayang golek purwa, di ataranya ada pengarajin Wayang Golek Evolution,Caraka Wayang Indonesia (CWI) dan lain-lain.

Pada tahun 2015 perkembangan wayang golek sudah semakin berkembang, salah satu pencetus perkembangan wayang golek di kota kembang adalah Yayasan Citra Dangiang Seni. Yayasan tersebut mempunyai fungsi sebagai lembaga pengembangan dan pelestarian seni budaya tradisional khususnya yang berada di tradisi seni sunda atau Jawa Barat. Yayasan Citra Dangiang Seni ini mengembangkan wayang golek sebagai media pembelajaran bagi anak-anak sekolah guna meningkatkan pemahaman tentang seni budaya tradisional serta salah satu bentuk untuk mengenali dan mencintai budaya sendiri. Wayang golek tersebut mengalami metamorfosis mengikuti perkembangan zaman, pengembangan dari wayang tersebut diberi nama oleh Yayasan Citra Dangiang Seni tersebut sebagai"Wayang Techno CDS".

Yayasan Citra Dangiang Seni ini akan melaunchingkan salah satu produk unggulan mereka mengenai pengembangan dari seni budaya tradisional tersebut. Produk unggulan tersebut adalah "Wayang Techno CDS". "Wayang Techno CDS" ini akan dicoba di tampilkan di RRI Bandung tepatnya di Gedung Auditorium "LOKANTARA BUDAYA" RRI Bandung yang beralamat di jl. Dipenogoro No.61 Bandung, untuk di pertunjukan kepada siswa-siswi SMP se-Kota Bandung untuk sesi perdana mereka sebagai model / media pembelajaran penumbuhkembangan karakter melalui mata pelajaran seni budaya dan bahasa sunda (mulok). Konser tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 25 Maret s/d 30 April 2015.

"Wayang Techno CDS" adalah sebuah seni pertunjukan wayang golek kontemporer yang mengedepankan teknologi di dalam pertunjukannya. Seni pertunjukan wayang golek techno ini adalah sebuah maha karya yang inovatif dan atraktif dari sebuah pengembangan seni budaya tradisional yang di kemas semenarik mungkin supaya dapat di terima oleh semua lapisan masyarakat.

Pagelaran "Wayang Techno CDS" ini pertama kali di pertunjukan di Kota Bandung untuk di konsumsi oleh siswa-siswi SMP dengan tujuan untuk memperkenalkan pentingnya pendidikan seni budaya tradisional yaitu dengan media wayang golek. "Wayang Techno CDS" ini akan di pertunjukan oleh Ki Dalang Asep Aceng Amung Sutarya sebagai salah satu seniman binaan Yayasan Citra Dangiang Seni yang dipelopori oleh Cecep Dadi Setiadi, S.Pd.

Dalam pertunjukan ,"Wayang Techno CDS" pengembangan dari unsur wayang golek, dan di iringi musik sepanjang pertunjukan.Yang membuat "Wayang Techno CDS" berbeda adalah pertunjukan dalam adegan per adegan wayang tersebut menggunakan multimedia dari pengemasan layar latar belakang dengan animasi latar tempat sesuai adegan, serta di imbangi oleh lighting dan sinar laser pada setiap adegan ceritanya, selain itu juga yang membedakan pertunjukan wayang ini adalah menggunakan sound sytem disertai sound effect yang mendukung adegan pertunjukan wayang golek tersebut.

Tokoh Wayang Golek

Perkembangan wayang golek pada dari abad 19 hingga abad ke 20 tidak lepas dari para Dalang yang terus mengembangkan seni tradisional ini, salah satunya Ki H. Asep Sunandar Sunarya yang telah memberikan inovasi terhadap wayang golek agar bisa mengikuti perkembangan zaman, salah satu kreativitasnya yaitu si Cepot di mana di tangan dia kini wayang golek tidak hanya seni yang dikatakan kuno. tetapi seni tradisional yang harus dikembangkan di era modern sekarang ini.

Wayang golek dalam dunia hiburan

wayang golek grup Indra Swara México

Dalam dunia hiburan, wayang golek muncul dalam berbagai acara televisi. Salah satu acara yang populer menampilkan wayang golek, Bukan Sekedar Wayang di NET. yang ditayangkan sejak 2014 hingga sekarang. Pemerannya adalah Sule yang juga populer di acara Opera Van Java dan PAS Mantab. Dia juga sebagai pembawa acara Ini Talkshow di NET..

Dalang

Dalang adalah sebutan untuk orang yang memainkan wayang, ada beberapa arti dari kata dalang itu sendiri diantaranya:

1. Dalang asal kata dari dalung/blencong (bahasa Jawa)/lampu = alat penerang. Dengan alasan demikian, maka fungsi dalang dalam masyarakat adalah sebagai juru penerangan, atau lebih tegasnya dalang adalah orang yang memberi penerangan dan bimbingan bagi masyarakat yang tingkatan sosialnya beraneka ragam.

2. Dalang berasal dari kata bahasa Jawa: Dhal adalah kependekan dari kata ngudhal = menggali; dan lang kependekan dari kata piwulang = piwuruk = petuah/nasihat. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang adalah orang yang menggali nasihat/petuah untuk disampaikan/disebarkan kepada para penonton wayang. Di sini fungsi dalang adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat.

3. Dalang berasal dari kata da = veda = pengetahuan dan lang = wulang. Dalang adalah pengetahuan mengajar, di sini dalang dapat diartikan sebagai guru masyarakat.

4. Dalang berasal dari kata talang = alat penghubung untuk mengalirkan air. Dalam hal ini dalang bertugas sebagai penghubung/penyambung lidah, baik pesan dari pemerintah kepada masyarakat, maupun sebaliknya.

5. Dalang adalah pemimpin, penyusun naskah, produser, juru cerita dan memainkan wayang. Pendapat ini dikemukakan oleh Claere Holt (seorang sarjana Barat) dalam bukunya : Art In Indonesia Continintees, and Change, 1960.

6. Dalang adalah seniman pengembara, sebab apabila mengadakan pementasan tidak hanya di satu tempat, tetapi berpindah-pindah. Menurut Drs. Sudarsono, pendapat ini dikemukakan oleh Hazou (seorang sarjana Barat juga).

7. Dalang berasal dari kata dal = dalil-dalil, dan lang = langgeng. Ini adalah pendapat seorang dalang kasepuhan dari Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon, yang bernama Dulah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang adalah seorang yang memberi dalil-dalil atau petuah-petuah/wejangan/wejangan selama hidupnya. Di sini fungsi dalang adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat.

8. Dalang adalah seorang aktor/aktris yang memainkan pagelaran wayangnya menurut ilmu dan tata cara yang telah ditentukan. Definisi ini dikemukakan oleh Juju Sain Martadinata, Alm. (eks Guru Kokar / SMKI Bandung).

9. Dalang berasal dari kata Dalilun lamnya ada dua yang satu lamnya dihilangkan dan ganti oleh tasjid menjadi dala. Menurut ahli sorop dala ya dulu dilalatan fa-hua daa-lun. Isimnya isim fa’il artinya petunjuk. Pendapat ini dikemukakan oleh Asep Sunandar Sunarya (dalang legendaris tanah Pasundan)

Referensi

  1. ^ CH Dwi Anugrah. "Tari Golek Ikon Perpaduan Dua Budaya". Kompas.com. Diakses tanggal 23 December 2013. 

Rujukan

  • Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.

Pranala luar

Lihat pula