Divisi Regional I Sumatra Utara dan Aceh: Perbedaan antara revisi
k Tidak ada referensi jelas. |
|||
Baris 112: | Baris 112: | ||
# ''[[Stasiun Bungkaih]] (BKH)'' |
# ''[[Stasiun Bungkaih]] (BKH)'' |
||
# ''[[Stasiun Krueng Mane]] (KRM)'' |
# ''[[Stasiun Krueng Mane]] (KRM)'' |
||
=== Rencana === |
|||
* [[Jalur Kereta Api Tanjung Balai-Kota Pinang]] |
|||
* [[Jalur Kereta Api Sibolga-Padang Sidempuan]] |
|||
* [[Jalur Kereta Api Padang Sidempuan-Kota Pinang]] |
|||
* [[Jalur Kereta Api Kota Pinang-Pasir Pengaraian]] |
|||
{{endDiv}} |
{{endDiv}} |
||
Revisi per 18 Februari 2018 06.44
Templat:Infobox DAOP Divisi Regional I Medan dan Aceh (Divre I) adalah Divre KAI dengan wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara yang dipimpin oleh seorang Kepala Divisi Regional (Kadivre) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT Kereta Api Indonesia.
Perkeretaapian di Tanah Deli awalnya dikelola oleh operator terkenal, Deli Spoorweg Maatschappij, sebelum digabung dengan Djawatan Kereta Api.
Sejarah[1]
Deli Spoorweg Maatschappij dan Atjeh Tram
J.T. Cremer, manajer Deli Maatschappij, adalah penginisiatif pengembangan jalur kereta api di Tanah Deli. Ia menyarankan agar pembangunan jalur kereta api dibuat sesegera mungkin untuk memperlancar perdagangan ekspor di lingkungan perkebunan Deli, serta mengembangkan jalan yang menghubungkan Medan-Berastagi. Selain itu, dilatarbelakangi pula dengan berlakunya Undang-Undang Agraria 1870 yang mengizinkan penguasa kolonial Belanda menyewa tanah dalam jangka waktu yang lama dan tidak hanya diprioritaskan pada sektor perkebunan. Adanya Belawan sebagai pelabuhan ekspor komoditas ke Eropa juga turut andil dalam percepatan pembangunan jaringan jalur kereta api di Sumatera Utara dan Timur. Kecuali itu, angkutan sungai dinilai cukup lambat dalam pengeksporan.
Pada tanggal 23 Januari 1983, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, direalisasikanlah permohonan konsesi izin dari Pemerintah Kolonial untuk membangun jalur kereta api Belawan-Medan-Delitua-Timbang Langkat (Binjai). Baru enam bulan kemudian, konsesi tersebut dipindahtangankan dari Deli Maatschappij, ke perusahaan yang baru dibentuk, bernama Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Jalur pertamanya adalah Medan-Labuhan yang selesai 25 Juli 1886.
Rupanya, ekspansi pengusaha perkebunan telah turut andil dalam pengembangan perkeretaapian di Tanah Deli. Pada tahun 1888, kawasan Deli, Belawan, dan Binjai telah terhubung dengan rel kereta api. Tercatat Tjong A Fie—miliarder Medan saat itu—sebagai donatur dalam pembangunan jalur Medan-Belawan. Tahun 1902-1904 jalur Lubukpakam-Bangunpurba telah dibangun. Berikutnya, 1916, dibangun jalur Medan-Siantar dalam rangka pengangkutan teh dari perkebunan teh Siantar. Sementara itu, jalur Kisaran-Rantauprapat dibangun tahun 1929-1937.
Maju dari kereta apinya, DSM berinisatif menghubungkan jalurnya itu ke jalur milik Atjeh Tram di Aceh, serta ke jalur milik Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust di Sumatera Barat yang keduanya dikuasai oleh negara. Selain itu ada ide untuk mengembangkan jalur Trans-Sumatera, namun tidak terealisasi seiring memanasnya hubungan Indonesia-Belanda pada tahun 1940.
Pasca-kemerdekaan
Pada tanggal 28 September 1945, Djawatan Kereta Api Republik Indonesia berhasil dibentuk. Padahal, di Sumatera Utara DSM masih mempergunakan namanya dan sempat pula ada istilah Kereta Api Soematra Oetara[2] yang merupakan operator terpisah. DSM dan Kereta Api Soematra Oetara kemudian dimerger dengan Djawatan Kereta Api dan dibentuklah Eksploitasi Sumatera Utara yang kini menjadi Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh.
Daftar stasiun
- Stasiun Medan (MDN)
- Stasiun Medan Pasar (MDP)
- Stasiun Bandar Khalipah (BAP)
- Stasiun Batang Kuis (BTK)
- Stasiun Araskabu (ARB) (percabangan ke Bandara Kualanamu)
- Stasiun Lubuk Pakam (LBP)
- Stasiun Perbaungan (PBA)
- Stasiun Lidah Tanah (LDT)
- Stasiun Teluk Mengkudu (TKD)
- Stasiun Rampah (RPH)
- Stasiun Bamban (BMB)
- Stasiun Tebingtinggi (TBI)
- Stasiun Araskabu (ARB)
- Stasiun Bandara Kuala Namu (KNM)
- Stasiun Tebingtinggi (TBI)
- Stasiun Lauttador (LTD)
- Stasiun Bandartinggi (BDT)
- Stasiun Bahlias (BA)
- Stasiun Perlanaan (PRA)
- Stasiun Limapuluh (LMP)
- Stasiun Dusun (DSU)
- Stasiun Seibejangkar (SBJ)
- Stasiun Bunut (BUU)
- Stasiun Kisaran (KIS)
- Stasiun Kisaran (KIS)
- Stasiun Hengelo (HL)
- Stasiun Telukdalam (TUK)
- Stasiun Puluraja (PUR)
- Stasiun Aekloba (AKB)
- Stasiun Membang Muda (MBM)
- Stasiun Situngir (SIU)
- Stasiun Pamingke (PME)
- Stasiun Padanghalaban (PHA)
- Stasiun Marbau (MBU)
- Stasiun Rantau Prapat (RAP)
- Stasiun Kisaran (KIS)
- Stasiun Tanjung Balai (TNB)
- Stasiun Tebing-Tinggi (TBI)
- Stasiun Bajalingge (BJL)
- Stasiun Dolok Merangir (DMR)
- Stasiun Siantar (SIR)
- Stasiun Medan (MDN)
- Stasiun Pulu Brayan (PUB)
- Stasiun Titi Papan (TTP)
- Stasiun Labuhan (LBU)
- Stasiun Belawan (BLW)
- Stasiun Medan (MDN)
- Stasiun Binjai (BIJ)
- Stasiun Binjai (BIJ)
- Stasiun Stabat
- Stasiun Tanjungselamat
- Stasiun Pangkalanbrandan
- Stasiun Besitang
- Stasiun Krueng Geukueh (KRG)
- Stasiun Bungkaih (BKH)
- Stasiun Krueng Mane (KRM)
Keterangan :
- Stasiun besar ialah stasiun yang tertulis tebal miring.
- Stasiun menengah ialah stasiun yang tertulis tebal.
- Stasiun kecil ialah stasiun yang tertulis normal.
- Stasiun dan jalur yang tak beroperasi ialah tulisan yang tertulis miring.
Kereta api
Kereta api penumpang
- KA Sribilah: ke Rantauprapat
- KA Putri Deli: ke Tanjung Balai
- KA Siantar Ekspres: ke Siantar
- KA ARS ke Stasiun Kualanamu
- KRDI Sri Lelawangsa Ke Binjai
- KRD Perintis Aceh
Kereta barang
- KA ketel minyak tujuan Labuhan-Siantar dan Labuhan-Kisaran.
- KA crude palm oil relasi Belawan-Siantar dan Belawan-Rantauprapat.
- KA kontainer tembakau Belawan-Dolokmerangir.[3]
- KA kontainer sei mangkei relasi Perlanaan-Belawan