Lompat ke isi

Manonjaya, Tasikmalaya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HMRaya 4 (bicara | kontrib)
AxllBld (bicara | kontrib)
→‎Sejarah: Penambahan bagian sejarah
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 17: Baris 17:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met de regent van Manondjaja met jachtgeweer en hazewindhonden TMnr 60027313.jpg|jmpl|300px|[[Daftar_Bupati_Sukapura|Bupati]] Manonjaya menyandang busana berburu (1870-1900)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met de regent van Manondjaja met jachtgeweer en hazewindhonden TMnr 60027313.jpg|jmpl|300px|[[Daftar_Bupati_Sukapura|Bupati]] Manonjaya menyandang busana berburu (1870-1900)]]
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_een_dochter_van_de_regent_van_Manondjaja_TMnr_60027315.jpg|jmpl|300px|Salah satu puteri bupati Manonjaya (1870-1900)]]
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_een_dochter_van_de_regent_van_Manondjaja_TMnr_60027315.jpg|jmpl|300px|Salah satu puteri bupati Manonjaya (1870-1900)]]

Kurang lebih tahun [[1832]] ibu kota [[Kabupaten Sukapura]] pindah ke daerah Manonjaya dengan Bupatinya [[Dalem Adipati Wiradadaha VIII]], Manonjaya dulunya disebut '''Hutan Tembong Gunung''' termasuk Distrik Pasirpanjang, satu bagian Distrik [[Kabupaten Galuh]] yaitu [[Nagara Tengah]], [[Cineam, Tasikmalaya|Cineam]] dan [[Imbanagara]] yang diberi nama '''Nagara Harja Winangun''', dan pada tahun [[1832]] namanya diubah jadi Manonjaya. Nama Harja Winangun sampai sekarang masih di kenang yaitu nama dusun Harja Winangun di Desa [[Manonjaya, Manonjaya, Tasikmalaya|Manonjaya]].

Ciri-ciri peninggalan sejarah Bupati Manonjaya diantaranya :

*[[Masjid Agung Manonjaya]] yang didirikan pada tahun 1891.
*Makam leluhur Sukapura di Tanjung Malaya, Desa [[Manonjaya, Manonjaya, Tasikmalaya|Manonjaya]].
*Alun-alun dan Babancong di depan [[Masjid Agung Manonjaya]].
*Empang yang masih sekarang dikelola oleh [[Yayasan Sukapura]].
Yang pernah menjabat sebagai Bupati Manonjaya dari tahun [[1832]] sampai tahun [[1908]] adalah :

*Raden Demang Anggadipa, Bupati Wiradadaha VIII;
*Raden Tanuangsa, Bupati ke IX;
*Raden Tumenggung Wiratanubrata, Bupati ke X;
*Raden Tanumangsa (Dalem Bogor), Bupati ke XI;
*Raden Tumenggung Wirahadiningrat, Bupati ke XII;
*Raden Tumenggung Prawira Adiningrat, Bupati ke XIII;
*Raden Saleh Wiratanuningrat, Bupati ke XIV.
Setelah Pemerintahan [[Raden Saleh Wiratanuningrat]] ibu kota [[Kabupaten Sukapura]] pindah ke [[Kota Tasikmalaya|Tasikmalaya]] pada tahun [[1908]], sampai sekarang Manonjaya jadi salah satu [[kecamatan]] di [[Kabupaten Tasikmalaya]].


== Geografi ==
== Geografi ==

Revisi per 23 Juli 2018 07.32

Manonjaya
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenTasikmalaya
Pemerintahan
 • CamatDrs. Yayat Suryatna
Populasi
 • Total62,419 (2.017) jiwa
Kode Kemendagri32.06.22 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3206160 Edit nilai pada Wikidata
Luas39,41 km²
Desa/kelurahan12

Manonjaya adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Etimologi

Nama "Manonjaya" berasal dari kata bahasa Sunda yaitu cai panon (air mata), yang dalam arti keseluruhannya adalah air mata yang membawa kejayaan. Nama ini diambil ketika masa kebupatian yang kedelapan.

Sejarah

Bupati Manonjaya menyandang busana berburu (1870-1900)
Salah satu puteri bupati Manonjaya (1870-1900)

Kurang lebih tahun 1832 ibu kota Kabupaten Sukapura pindah ke daerah Manonjaya dengan Bupatinya Dalem Adipati Wiradadaha VIII, Manonjaya dulunya disebut Hutan Tembong Gunung termasuk Distrik Pasirpanjang, satu bagian Distrik Kabupaten Galuh yaitu Nagara Tengah, Cineam dan Imbanagara yang diberi nama Nagara Harja Winangun, dan pada tahun 1832 namanya diubah jadi Manonjaya. Nama Harja Winangun sampai sekarang masih di kenang yaitu nama dusun Harja Winangun di Desa Manonjaya.

Ciri-ciri peninggalan sejarah Bupati Manonjaya diantaranya :

Yang pernah menjabat sebagai Bupati Manonjaya dari tahun 1832 sampai tahun 1908 adalah :

  • Raden Demang Anggadipa, Bupati Wiradadaha VIII;
  • Raden Tanuangsa, Bupati ke IX;
  • Raden Tumenggung Wiratanubrata, Bupati ke X;
  • Raden Tanumangsa (Dalem Bogor), Bupati ke XI;
  • Raden Tumenggung Wirahadiningrat, Bupati ke XII;
  • Raden Tumenggung Prawira Adiningrat, Bupati ke XIII;
  • Raden Saleh Wiratanuningrat, Bupati ke XIV.

Setelah Pemerintahan Raden Saleh Wiratanuningrat ibu kota Kabupaten Sukapura pindah ke Tasikmalaya pada tahun 1908, sampai sekarang Manonjaya jadi salah satu kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya.

Geografi

Keadaan alam Manonjaya datar dan berbukit dengan ketinggian rata-rata 292-297 m. Koordinat 7,20 LS serta 108,15 BT dan memiliki suhu rata-rata antara 20 °C dan 30 °C. Tanah Darat 3.215.21 Ha. Tanah Sawah 999.79 Ha.

Manonjaya terletak di sebelah timur Tasikmalaya berjarak kurang lebih 12 km. Dulunya pernah merupakan ibukota kabupaten Tasikmalaya yang waktu itu masih bernama Kabupaten Sukapura dilihat dari bukti-bukti peninggalan sejarahnya seperti Masjid Agung Manonjaya dan daerah kompleks makam Tanjungmalaya.

Pembagian administratif

Kecamatan Manonjaya dibagi menjadi 12 desa, yakni :

1.Desa Batusumur

2.Desa Cibeber

3.Desa Cihaur

4.Desa Cilangkap

5.Desa Gunajaya

6.Desa Kalimanggis

7.Desa Kamulyan

8.Desa Manonjaya

9.Desa Margahayu

10.Desa Margaluyu

11.Desa Pasirbatang

12.Desa Pasirpanjang

13.Desa Bandung

Batas administrasi

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Kabupaten Ciamis
Timur Kecamatan Cineam
Selatan Kecamatan Gunungtanjung
Barat Kota Tasikmalaya

Ekonomi

Jembatan kereta api Cirahong (1925-1933)

Daerah ini merupakan daerah agraris pertanian yang subur dimana komoditi pertaniannya antara lain beras/padi, palawija, sayur-sayuran, salak dan mendong yang merupakan bahan tikar tradisional.

Selain usaha pertanian, juga terdapat usaha perikanan secara swadaya dan industri kecil diantaranya usaha bordir dan pakaian, pembuatan golok serta pembuatan tikar mendong.

Daerah Manonjaya sejak dahulu dikenal sebagai penghasil buah salak yang tumbuh secara alami baik di kebun dan di pekarangan rumah penduduk. Namun saat ini, usaha dari budidaya salak manonjaya memiliki prospek yang tidak menguntungkan terlebih karena harganya di pasaran kurang begitu baik juga karena para penduduk terbiasa dengan pola tradisional yakni membiarkan tanaman salak tumbuh secara alami.

Referensi

Pranala luar