Nusa Tenggara Timur: Perbedaan antara revisi
fix |
Asruni INA (bicara | kontrib) Penambahan jumlah provinsi dari 21 menjadi 22. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 42: | Baris 42: | ||
}} |
}} |
||
'''Nusa Tenggara Timur''' adalah sebuah provinsi di [[Indonesia]] yang berada dalam gugusan [[Sunda Kecil]] dan termasuk dalam [[Kepulauan Nusa Tenggara]]. Provinsi yang biasa disingkat NTT ini memiliki |
'''Nusa Tenggara Timur''' adalah sebuah provinsi di [[Indonesia]] yang berada dalam gugusan [[Sunda Kecil]] dan termasuk dalam [[Kepulauan Nusa Tenggara]]. Provinsi yang biasa disingkat NTT ini memiliki 22 Kabupaten/Kota. |
||
Di awal kemerdekaan Indonesia, kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi [[Sunda Kecil]]<ref>{{cite web|url=http://www.sundamedia.com/2015/07/badak-sunda-dan-harimau-sunda.html | title=Badak Sunda dan Harimau Sunda. | publisher="[...] Mr. Muhamad Yamin yang pada 1950-an ketika menjadi Menteri P.P. dan K. mengganti istilah Kepulauan Sunda Kecil menjadi Kepulauan Nusa Tenggara. Sebab, istilah Kepulauan Sunda Kecil diganti dengan Kepulauan Nusa Tenggara, maka istilah Kepulauan Sunda Besar juga tidak lagi digunakan dalam ilmu bumi dan perpetaan nasional Indonesia – meskipun dalam perpetaan Internasional istilah Greater Sunda Islands dan Lesser Sunda Islands masih tetap digunakan." - [[Ajip Rosidi]]: Penulis, budayawan. [[Pikiran Rakyat]], 21 Agustus 2010.|accessdate=Juli 7, 2015}}</ref><ref>[http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv/article/viewFile/2922/3683 JAN B. AVE; 'INDONESIA', 'INSULINDE' AND 'NUSANTARA': DOTTING THE I'S AND CROSSING THE T p. 14]</ref>. yang beribukota di kota Singaraja, kini terdiri atas 3 provinsi (berturut-turut dari barat): [[Bali]], [[Nusa Tenggara Barat]], dan Nusa Tenggara Timur. |
Di awal kemerdekaan Indonesia, kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi [[Sunda Kecil]]<ref>{{cite web|url=http://www.sundamedia.com/2015/07/badak-sunda-dan-harimau-sunda.html | title=Badak Sunda dan Harimau Sunda. | publisher="[...] Mr. Muhamad Yamin yang pada 1950-an ketika menjadi Menteri P.P. dan K. mengganti istilah Kepulauan Sunda Kecil menjadi Kepulauan Nusa Tenggara. Sebab, istilah Kepulauan Sunda Kecil diganti dengan Kepulauan Nusa Tenggara, maka istilah Kepulauan Sunda Besar juga tidak lagi digunakan dalam ilmu bumi dan perpetaan nasional Indonesia – meskipun dalam perpetaan Internasional istilah Greater Sunda Islands dan Lesser Sunda Islands masih tetap digunakan." - [[Ajip Rosidi]]: Penulis, budayawan. [[Pikiran Rakyat]], 21 Agustus 2010.|accessdate=Juli 7, 2015}}</ref><ref>[http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv/article/viewFile/2922/3683 JAN B. AVE; 'INDONESIA', 'INSULINDE' AND 'NUSANTARA': DOTTING THE I'S AND CROSSING THE T p. 14]</ref>. yang beribukota di kota Singaraja, kini terdiri atas 3 provinsi (berturut-turut dari barat): [[Bali]], [[Nusa Tenggara Barat]], dan Nusa Tenggara Timur. |
Revisi per 7 September 2018 16.20
Nusa Tenggara Timur | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU 64/1958 |
Ibu kota | Kupang |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Viktor Laiskodat |
• Wakil Gubernur | Josef Nae Soi |
• Sekretaris Daerah | Frans Salem |
• Ketua DPRD | Anwar Pua Geno |
Luas | |
• Total | 48,718,10 km2 (18,810,16 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 5,203,514 Jiwa (2.016)[1] |
Demografi | |
• Agama | Katolik (55,39%) Kristen Protestan (34.32%) Islam (9.05%) Marapu 1.05%[2] Hindu (0.18%) Buddha (0.01%)[3] |
• Bahasa | Bahasa Indonesia |
Kode Kemendagri | 53 |
Kode BPS | 53 |
DAU | Rp. 1.003.991.703.000.- |
Lagu daerah | Moree |
Situs web | www.nttprov.go.id |
Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi di Indonesia yang berada dalam gugusan Sunda Kecil dan termasuk dalam Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi yang biasa disingkat NTT ini memiliki 22 Kabupaten/Kota.
Di awal kemerdekaan Indonesia, kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil[4][5]. yang beribukota di kota Singaraja, kini terdiri atas 3 provinsi (berturut-turut dari barat): Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Setelah pemekaran, Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, di bagian barat pulau Timor.
Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat (biasadipanggil Timor).
Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.
Arti lambang
Arti lambang Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:
- Berbentuk perisai dengan sudut lima dengan maksud, selain melambangkan makna perlindungan rakyat juga melambangkan Pancasila.
- Dalam perisai terberkas: bintang, komodo, padi dan kapas, tombak dan pohon beringin.
- Bintang melambangkan keagungan Tuhan yang Maha Esa, komodo satu-satunya reptil prasejarah yang hingga kini masih lestari. Binatang purba ini merupakan reptil raksasa yang oleh dunia dinyatakan dilindungi karena jenis hewan ini hanya terdapat di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di pulau Komodo. Banyak wisatawan dari seluruh dunia datang ke pulau ini hanya untuk melihat komodo.
- Padi-kapas melambangkan kemakmuran.
- Tombak melambangkan keagungan dan kejayaan.
- Pohon beringin melambangkan persatuan dan kesatuan yang tetap terpelihara.
- Hari terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Timur dilukiskan melalui jumlah padi (14) dan tahun 1958 tertera langsung pada sudut bawah lambang.
Sejarah
Bentangan kepulauan yang terletak di antara 80-120 Lintang Selatan dan 1180 – 1250 Bujur Timur, mempunyai makna tersendiri terhadap kehidupan banyak orang. Gugusan pulau-pulau tersebut disapa dengan berbagai sebutan, antara lain, "Sunda Kecil, Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Timur", dan juga "Flobamora". Sebutan tersebut juga bisa bermakna terdapat banyak suku-suku di wilayah tersebut, namun mempunyai satu tanda kesamaan yaitu sama-sama menyatukan diri sebagai Masyarakat NTT.[6]
Jauh sebelum nama NTT tersebar, gugusan pulau-pulau di selatan Nusantara tersebut telah menjadi perhatian dunia. Harumnya aroma cendana dari Timor telah menerobos sampai Timur Tengah, Tiongkok, dan Eropa, dan berbagai penjuru bumi. Kekuatan aroma cendana tersebut menjadikan para pedagang dari Malaka, Gujarat, Jawa dan Makasar, Tiongkok melakukan pelayaran niaga untuk mencapai wilayah sumber cendana. Dan mereka melakukan kontak dagang secara langsung dengan raja-raja di Timor dan pulau-pulau sekitarnya, sang pemilik wilayah dan pemimpin rakyat.[6]
Catatan sejarah dari Tiongkok, "manuskrip Dao Zhi", sejak tahun 1350 dinasti Sung sudah mengenal Timor dan pulau-pulau sekitar, dan salah satu pelabuhan terkenal di Timor adalah "Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am", yang ramai dikunjungi kapal dari Makassar, Malaka, Jawa, Tiongkok dan kemudian Eropa seperti Spanyol, Britania, Portugis, Belanda.
Tahun 1510, Goa, India dikuasai Portugis, mereka melanjutkan eskpansinya dengan cara menguasai Malaka pada tahun 1511. Malaka dijadikan pusat perdagangan serta kekuasaan wilayah Nusantara. Setelah Portugis berhasil mencapai Maluku, Solor (Flores) pada tahun 1511, armada Ferdinand Magellan dengan dua kapal singgah di Alor dan Kupang, Pulau Timor. Dalam penyeberangan ke selat Pukuafu, kedua kapal ini diterjang badai, salah satu kapal hancur dan karam. Jangkar raksasa salah satu kapal ini masih bisa ditemui di pantai Rote. Satu lainnya berhasil lolos dari amukan ombak lalu melanjutkan perjalanan ke Sabu, kemudian ke Tanjung Harapan lalu kembali ke Spanyol.[6]
Ketika Belanda, dengan VOCnya, mencekram Nusantara, tahun 1614, mereka menempatkan Pdt. M van den Broeck di Kupang dan Rote, untuk melayani umat Kristen di sana. Ini juga bermakna, walau VOC masih berusia muda (berdiri 1602), kongsi dagang itu telah menempatkan kantor, benteng, pegawainya di Timor dan pulau-pulau sekitarnya; dan dengan itu perlu seorang pendeta sebagai pemelihara rohani. Pada era V0C, tahun 1600 – 1799, dan bahkan sampai tahun 1900, tidak banyak catatan sejarah yang bisa menjadi pengetahuan publik; dan sekaligus bisa menjadi tambahan pengetahuan terhadap Masyarakat NTT.
Belanda waktu itu masih dikuasai oleh pemerintah boneka dari kekaisaran Prancis di bawah Napoleon. Keadaan tersebut dimanfaatkan Britania untuk memperluas jajahannya dengan merebut jajahan Belanda. Armada Britania mengganggu daerah kekuasaan Belanda, sehingga pada tahun 1799 hampir seluruh wilayah Indonesia (kecuali Jawa, Palembang, Banjarmasin dan Timor) jatuh dalam kekuasaan Britania. Dua kapal Britania memasuki pelabuhan Kupang pada l0 Juni l797, namun berhasil dipukul mundur oleh Greving yang mengarahkannya pada Mardijkers. Saat VOC dibubarkan pada tahun 1799, segala hak dan kewajiban Indonesia diambil alih oleh pemerintah Belanda. Peralihan ini tidak membawa perubahan apapun, karena pada waktu itu Belanda menghadapi perang yang dilancarkan oleh negara tetangga.[6]
Di era kolonial sampai 1942, rakyat NTT, harus terbagi-bagi sesuai keinginan Belanda, dalam bentuk Raja – Swapraja, fetor – Kefetoran, dan seterusnya; dan kemudian menjadi daerah taklukan di bawah pemerintahan residen. Ketika Jepang berkuasa di Nusantara, wilayah NTT yang strategis, ditata ulang sebagai basis pertahanan. Penataan administrasi pemerintahan pun nyaris tidak mengalami perubahan, hanya ada perubahan istilah.[6]
Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, NTT sebagai bagian Nusantara yang dijajah Belanda, bebas dari cengkraman kolonial. Akan tetapi, karena keinginan Belanda untuk tetap berkuasa di Nusantara termasuk NTT, maka mereka melakukan berbagai upaya untuk tetap berada di bumi NTT. Keadaan tersebut, membangkitkan semangat “Nasionalisme – Kebebasan – Kemerdekaan NTT” pada dalam diri Rakyat NTT. Semangat yang tak pantang menyerah tersebut melahirkan Pemerintahan Negara Indonesia Timur dan Pemerintahan Otonom NTT. Bisa dikatakan, status NTT hampir sama dengan Yogyakarta pada waktu itu, yang menyatakan diri setia kepada Soekarno–Hatta. Perjuangan yang gigih Rakyat NTT tidak berhenti, dan juga tidak pernah terbit dalam pikiran untuk melepaskan diri dari RI, yang baru merdeka. Ada semangat kesatuan Indonesia pada jiwa dan darah A.H. Koroh, I.H. Doko, Th. Oematan, Pastor Gabriel Manek, Drs. A. Roti, Y.S. Amalo, agar NTT tidak berada dalam kekuasaan penjajah, tetapi menjadi bagian dari RI. Ketika Indonesia masih belum berdiri tegak, NTT menjadi bagian dari Provinsi Administratif dengan nama "Provinsi Sunda kecil". Nama "Sunda kecil" kemudian diganti dengan nama "Nusa Tenggara", berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1950. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1957 berlaku UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan dengan UU No. 64, tahun 1958, sehingga "Provinsi Nusa Tenggara" dibagi menjadi tiga Daerah Swatantra Tingkat 1, yaitu masing-masing Swatantra Tingkat 1 Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sejak 20 Desember 1958, pulau Flores, Sumba, Timor, dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu bagian dari provinsi.[6]
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
Daftar gubernur
Gubernur Nusa Tenggara Timur | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
# | Potret | Nama (masa hidup) |
Mulai menjabat | Selesai menjabat | Jabatan Sebelumnya | Wakil Gubernur | Periode | Ket. | ||
sebelum dilakukan pemilihan gubernur defenitif oleh DPRD Prov. NTT, William Johanes Lalamentik yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah Flores, ditunjuk menjadi Pejabat Sementara Gubernur NTT (20 Desember 1958–4 Februari 1960)[9] | ||||||||||
1 | William Johanes "Hein" Lalamentik[10] (1913–1985) |
4 Februari 1960 | 12 Juli 1966 | Pejabat Sementara Gubernur NTT | Tidak Ada | I | ||||
Elias Tari (sejak 18 Juli 1965) | ||||||||||
selama masa peralihan ini, Wakil Gubernur NTT, Elias Tari menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (12 Juli–Desember 1966) | ||||||||||
2 | Elias "El" Tari (1926–1978) |
Desember 1966 | Agustus 1972 | Penjabat Gubernur NTT | Tidak Ada | II | [ket. 1] | |||
selama masa peralihan ini, Gubernur NTT sebelumnya, Elias Tari menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (Agustus 1972–15 Februari 1973) | ||||||||||
(2) | Elias "El" Tari (1926–1978) |
15 Februari 1973 | 29 April 1978† | Penjabat Gubernur NTT | Tidak Ada | III | [ket. 2] | |||
selama masa peralihan ini, Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Depdagri, Wang Suwandi menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (5 Mei–1 Juli 1978) | ||||||||||
3 | Aloysius Benedictus "Ben" Mboi (1935–2015) |
1 Juli 1978 | 1 Juli 1983 | Kepala Ladokprev AD merangkap SPRI Waka BAKIN |
Tidak Ada | IV | ||||
1 Juli 1983 | 1 Juli 1988 | V | ||||||||
Godlief Boeky (sejak 1986) | ||||||||||
4 | Hendrikus "Endi" Fernandez (1932–2014) |
1 Juli 1988 | 1 Juli 1993 | Ketua DPRD Provinsi NTT | Godlief Boeky (sampai 1991) |
VI | ||||
Samuel Hermanus Michiel Lerrick (sejak 1991) | ||||||||||
5 | Herman Musakabe[11] (l.1940) |
1 Juli 1993 | 15 Juli 1998 | Komandan Seskoad | Samuel Hermanus Michiel Lerrick (sampai 1996) |
VII | ||||
Pieter Alexander Tallo (sejak 1996) | ||||||||||
6 | Pieter Alexander "Piet" Tallo (1942–2009) |
15 Juli 1998 | 16 Juli 2003 | Wakil Gubernur NTT | Lowong | VIII | ||||
Johanes Pake Pani (sejak 1999) | ||||||||||
16 Juli 2003 | 16 Juli 2008 | Frans Lebu Raya | IX | |||||||
7 | Frans Lebu Raya (1960–2021) |
16 Juli 2008 | 16 Juli 2013 | Wakil Gubernur NTT | Esthon Leyloh Foenay | X | [ket. 3] | |||
16 Juli 2013 | 16 Juli 2018 | Benny Alexander Litelnoni | XI | |||||||
selama masa peralihan ini, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri, Robert Simbolon menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (17 Juli–5 September 2018) | ||||||||||
8 | Viktor Bungtilu Laiskodat (l.1965) |
5 September 2018 | 5 September 2023 | Anggota DPR-RI | Josef Nae Soi | XII
(2018) |
||||
selama masa peralihan ini, Sekretaris Kemenkomarves, Ayodhia G. L. Kalake bertugas sebagai Penjabat Gubernur NTT (5 September 2023–5 September 2024) | ||||||||||
selama masa peralihan ini, Deputi III Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto bertugas sebagai Penjabat Gubernur NTT (6 September 2024–sekarang) |
Legenda
Populasi
Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.357.340 jiwa (2010). Kepadatan penduduk di Nusa Tenggara Timur sebesar 96 jiwa/km2, dengan presentasi penduduk yang tinggal di perkotaan kurang lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami kawasan pedesaan. Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan rincian persentase kurang lebih sebagai berikut Katolik 46,43% Protestan 45,34%, Islam 6,38% , Hindu 0,11% Buddha 0,01% dan sebanyak 1,73% menganut agama dan kepercayaan lainnya.
Nusa Tenggara Timur menjadi tempat perlindungan untuk kalangan Kristen di Indonesia yang menjauhkan diri dari konflik agama di Maluku dan Irian Jaya.
Tingkat pendaftaran sekolah menengah adalah 39% yang jauh di bawah rata-rata Indonesia, yaitu 80.49% tahun 2003/04 (menurut UNESCO). Minuman berupa air bersih, sanitasi dan kurangnya sarana kesehatan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi anak (32%) dan kematian bayi (71 per 1000) juga lebih besar dari kebanyakan provinsi Indonesia lainnya.
Ekonomi
Menurut berbagai standar ekonomi, ekonomi di provinsi ini lebih rendah daripada rata-rata Indonesia, dengan tingginya inflasi (15%), pengangguran (30%) dan tingkat suku bunga (22-24%).
Kepulauan
Seperti halnya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang didominasi oleh kepulauan, tiga pulau utama di wilayah ini adalah Pulau Flores, Pulau Sumba, dan Pulau Timor Barat.
Sedangkan pulau-pulau lain di antaranya adalah Pulau-pulau Adonara, Alor, Babi, Besar, Bidadari, Dana, Komodo, Rinca, Lomblen, Loren, Ndao, Palue, Pamana, Pamana Besar, Pantar, Rusa, Raijua, Rote (pulau terselatan di Indonesia), Sawu, Semau dan Solor.
Pariwisata
- Pulau Komodo dengan Komodo Naga
- Danau Kelimutu di Flores, 3 danau kawah dengan warna berbeda
- Gunung Mutis di Kupang timur, titik tertinggi di provinsi ini dan dikenal sebagai area pendakian & pengamatan burung
- Semana Santa di Larantuka
- Rumah adat dan pasola di Pulau Sumba
- Penyelaman di Pulau Alor
- Pantai Nemberalla di Rote Ndao
- Pantai Pink di Pulau Padar
- Taman 17 di Pulau Riung
Batas wilayah
Utara | Laut Flores |
Timur | Timor Leste, Provinsi Maluku, dan Laut Banda |
Selatan | Samudra Hindia |
Barat | Provinsi Nusa Tenggara Barat |
Lihat pula
- Sasando, instrumen musik petik dari daerah ini
- Pasola, permainan lempar lembing dari atas kuda
- Padoa
Referensi
- ^ "Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2017", diakses tanggal 23 Agustus 2017
- ^ [Marapu adalah aliran Kepercayaan masyarakat khususnya yang tinggal di pulau Sumba, NTT]
- ^ "Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2017", diakses tanggal 23 Agustus 2017
- ^ "Badak Sunda dan Harimau Sunda". "[...] Mr. Muhamad Yamin yang pada 1950-an ketika menjadi Menteri P.P. dan K. mengganti istilah Kepulauan Sunda Kecil menjadi Kepulauan Nusa Tenggara. Sebab, istilah Kepulauan Sunda Kecil diganti dengan Kepulauan Nusa Tenggara, maka istilah Kepulauan Sunda Besar juga tidak lagi digunakan dalam ilmu bumi dan perpetaan nasional Indonesia – meskipun dalam perpetaan Internasional istilah Greater Sunda Islands dan Lesser Sunda Islands masih tetap digunakan." - Ajip Rosidi: Penulis, budayawan. Pikiran Rakyat, 21 Agustus 2010. Diakses tanggal Juli 7, 2015.
- ^ JAN B. AVE; 'INDONESIA', 'INSULINDE' AND 'NUSANTARA': DOTTING THE I'S AND CROSSING THE T p. 14
- ^ a b c d e f Laporan dari Kupang, Sambutan Sederhana untuk Presiden Sederhana
- ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-10.
- ^ "Jumlah Penduduk Hasil SP menurut Wilayah dan Jenis Kelamin, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2020". Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-21. Diakses tanggal 27 Juni 2021.
- ^ Uly, Nicky (2023-02-02). "William Johanis Lalamentik". nicky write history. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-09.
- ^ Marho, Maxi (2018-10-28). "Begini Biografi Mantan Gubernur NTT, WJ Lalamentik Menurut Ketiga Putrinya". Teropong Nusa Tenggara Timur. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-17. Diakses tanggal 2023-02-17.
- ^ "Di Usia 78 Tahun, Herman Musakabe Menerbitkan buku Ziarah Kehidupan". ExpoNTT.com. 2019-04-15. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-17. Diakses tanggal 2023-02-17.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur
- (Indonesia) Waingapu.Com | Portal Berita Sumba
- (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Nusa Tenggara Timur
- (Indonesia) Profil Demografi NTB
- (Indonesia) Profil Ekonomi NTB
- (Indonesia) Profil Wisata NTB
- (Indonesia) Ekonomi Regional NTB
- (Indonesia) Statistik Regional NTB
- (Inggris) Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur
- (Inggris) Situs resmi Dinas Pariwisata NTT
- (Inggris) Resort di Sumba Timur
- (Inggris) Trilateral Relationship - Kupang, Darwin dan Dilli
- (Indonesia) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
- (Inggris) Kalender Budaya NTT
- (Indonesia) Objek Wisata Nusa Tenggara Timur
9°24′S 122°4′E / 9.400°S 122.067°E
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "ket.", tapi tidak ditemukan tag <references group="ket."/>
yang berkaitan