Lompat ke isi

Lokomotif C30: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Membalikkan revisi 14178344 oleh Bala Arizalu (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 4: Baris 4:
|caption=Lokomotif C 30 (SS 1769) di [[stasiun Prabumulih]]
|caption=Lokomotif C 30 (SS 1769) di [[stasiun Prabumulih]]
|powertype=[[Uap]]
|powertype=[[Uap]]
|builder=[[Pabrik Lokomotif Hohenzollern|Hohenzollern]], [[Jerman]]<br/>[[Borsig]], [[Jerman]]<br/>[[Hanomag]], [[Jerman]]<br/>[[Werkspoor]], [[Belanda]]
|builder=[[Esslingen ]], [[Jerman]]
|totalproduction=23 unit
|totalproduction=93 unit
|builddate=1891-1904
|builddate=1929-1930
|whytetype=2-6-0T
|whytetype=2-6-2T
|aarwheels=
|aarwheels=1-C-1
|gauge=1.067 mm
|gauge=1.067 mm
|length=
|length=10.796 mm
|weight=
|weight=31,6 ton
|poweroutput=390 hp
|poweroutput=660 hp
|topspeed=45 km/jam
|topspeed=75 km/jam
|railroad=[[Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust]]
|railroad=[[Staatsspoorwegen]]
|locale=[[Sumatera]]
|locale=[[Jawa]] dan [[Sumatera]]
|currentowner=[[PT Kereta Api Indonesia]]
|currentowner=[[PT Kereta Api Indonesia]]
|firstrundate=
|firstrundate=1929
}}
}}
'''Lokomotif''' '''C 30''' adalah [[lokomotif uap]] buatan empat pabrik, yakni [[Pabrik lokomotif Hohenzollern|Hohenzollern]], [[Borsig]], dan [[Hanomag]] di [[Jerman]], serta [[Werkspoor]] di [[Belanda]]. C 30 memiliki panjang 10.796 mm, berat 31,6 ton, daya mesin 660 hp, dan dapat melaju hingga 75 km/jam.<ref name="ihr">[http://heritage.kereta-api.co.id/?p=1478 Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur, PT KAI: Lokomotif C30]</ref> Lokomotif ini bersusunan roda 2-6-2T, artinya memiliki satu gandar depan (dua roda), tiga gandar penggerak (enam roda), dan satu gandar belakang (dua roda). C 30 merupakan kelas yang nyaris hilang, karena telah banyak dipindahtangankan.
'''Lokomotif''' '''C 33''' adalah [[lokomotif uap]] buatan pabrik Esslingen di [[Jerman]]. C 33 adalah lokomotif yang diperuntukkan untuk menarik gerbong batu bara seberat 600 Ton pada jalur datar di lintas [[Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust]]. Setelah sebelumnya gerbong ditarik oleh [[Lokomotif D18]] maupun [[Lokomotif E10]] dari pertambangan.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Karena semakin besarnya volume angkutan [[kereta api penumpang|penumpang]] dan [[kereta api barang|barang]], terutama di [[jalur kereta api Padalarang-Kasugihan|lintas]] [[Stasiun Bandung|Bandung]]-[[stasiun Banjar|Banjar]] maka perusahaan kereta api [[Staatsspoorwegen]] mengimpor lokomotif-lokomotif uap yang dapat melaju menembus [[pegunungan]] di [[Tatar Sunda]], [[Jawa Barat]]. Lokomotif C 30 diimpor dari pabriknya pada tahun 1929-1930.<ref name="ihr"/> Lokomotif C 30 ini semula merupakan seri SS 1700 (mulai dari SS 1701-1793).<ref>[http://keretapi.tripod.com/steamroster.html Steam Locomotive Roster]</ref>
<ref>https://heritage.kai.id/page/Lokomotif%20C33 Lokomotif C33<ref/>
Pemerintah Hindia Belanda membangun jalan rel di Sumatra Barat karena terdapat tambang batubara di daerah Ombilin (Sawahlunto). Dengan jumlah kandungan batubara yang cukup besar, maka diperlukaan transportasi kereta api untuk membawa batubara dari Ombilin (Sawahlunto) ke pelabuhan Telukbayur. Transportasi kereta api di Sumatra Barat dikelola oleh perusahaan kereta api Staatsspoorweg ter Sumatra’s Westkust (SSS).


[[Depresi Besar]] yang melanda [[Eropa]] pada tahun 1929 memaksa SS untuk menunda membeli lokomotif baru untuk [[Sumatera]]. Untuk memenuhi kebutuhan angkutan di [[Sumatera]], SS kemudian memindahkan 23 unit C 30 ke [[Sumatera Selatan]] dan 3 unit ke [[Sumatera Barat]]. Lokomotif ini merupakan lokomotif tipe universal dan dapat dioperasikan di lintas utama maupun cabang dan cocok untuk menarik kereta penumpang dan barang.
Jalan rel yang dibangun untuk menghubungkan pelabuhan Telukbayur dan Ombilin yaitu rute Puluayer – Padang – Lubukalung – Padangpanjang (71 km) selesai dibangun tahun 1891, rute Telukbayur – Padang (7 km) selesai dibangun pada tahun 1892, rute Padangpanjang – Solok – Muarakalaban (76 km) selesai dibangun tahun 1892 dan rute Muarakalaban – Sawahlunto (4 km) selesai dibangun pada tahun 1894. Sementara rute Muarakalaban – Muaro (25 km) selesai dibangun pada tahun 1924.


Pada masa [[pendudukan Jepang]], 3 unit lokomotif C 30 dibawa ke [[Sumatera]] untuk [[jalur kereta api Muaro-Pekanbaru]] (beroperasi 1943-1945), untuk angkutan [[batu bara]]. Selain itu, empat unit lokomotif C 30 dibawa ke [[Kamboja]] dan tujuh unit C 30 dijual ke [[Indocina]] (''tetapi tidak tahu tepatnya di negara mana'').<ref>[http://erstaykurniawan.blogspot.com/2008/12/lok-hilang-pada-penjajahan-jepang-dan.html Lok Hilang pada Penjajahan Jepang dan Setelahnya]</ref>
Untuk melayani rute tersebut maka SSS mendatangkan 23 lokomotif uap C33 dari pabrik Esslingen (Jerman). Lokomotif C33 didatangkan pada tahun 1891 – 1904. Lokomotif ini mampu menarik gerbong batubara seberat 600 ton pada jalan rel yang datar seperti pada rute Kayutanam – Lubukalung – Padang – Telukbayur.


Saat ini tersisa yaitu, C 30 65 dan C 30 82. C 30 65 buatan [[Werkspoor]] dipajang di Museum Transportasi, [[Taman Mini Indonesia Indah]], sedangkan C 30 82 dipajang di [[Kota Lubuklinggau|Lubuklinggau]], [[Sumatera Selatan]].
Lokomotif C33 memiliki susunan roda 2-6-0T. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 45 km/jam dan memiliki daya 390 HP (horse power). Berat keseluruhan 37 ton. Lokomotif C33 menggunakan bahan bakar batubara.

Pada masa pemerintah Jepang, beberapa lokomotif C33 digunakan untuk melayani jalur kereta api rute Muaro (Sumatra Barat) – Pekanbaru (Riau). Jalur Muaro – Pekanbaru memiliki panjang 220 km yang dibangun pada tahun 1943-1945. Lokomotif ini digunakan untuk menarik kereta barang batubara. Namun buruknya konstruksi jembatan kayu dan jalan rel di rute ini menyebabkan beberapa lokomotif dan gerbong terjebak di hutan belantara Sumatra Barat dan Riau. Konstruksi jembatan kayu ini cukup lemah karena balok yang digunakan pendek, bentang jembatan hanya bisa mencapai maksimum enam meter sehingga perlu banyak pilar untuk menopangnya. Dengan banyaknya kayu yang mengapung di sungai pada musim hujan maka pilar-pilar jembatan ini menjadi cepat rusak. Juga tanggul-tanggul yang dibangun terlalu curam sehingga cepat rusak oleh air hujan.

Jalur Muaro – Pekanbaru ditutup pada bulan September 1945. Nasib baik berpihak kepada lokomotif C33 22 yang ditemukan dalam keadaan utuh dan saat ini dipajang di kota Pekanbaru. Selain di kota Pekanbaru, di Muaro Sijunjung juga terdapat lokomotif uap yang tidak teridentifikasi serinya namun dalam kondisi tidak lengkap lagi. Lokomotif ini ditemukan dan diselamatkan oleh warga saat membuka jalan raya dari Silokek ke Durian Gadang kemudian dilanjutkan ke Tapus pada tahun 1980.

Dari 23 lokomotif C33, saat ini masih tersisa 3 lokomotif C33, yaitu C33 18, C33 22 dan C33 25. C33 18 (mulai operasional tahun 1891) dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. C33 22 (mulai operasional tahun 1892) dipajang di kota Pekanbaru (Riau). C33 25 (mulai operasional tahun 1892) dipajang di kota Padang (Sumatra Barat).


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 11 September 2018 10.30

C30
C30
Lokomotif C 30 (SS 1769) di stasiun Prabumulih
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenHohenzollern, Jerman
Borsig, Jerman
Hanomag, Jerman
Werkspoor, Belanda
Tanggal dibuat1929-1930
Jumlah dibuat93 unit
Spesifikasi roda
Notasi Whyte2-6-2T
Susunan roda AAR1-C-1
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Panjang10.796 mm
Berat
Berat kosong31,6 ton
Bahan bakar
Sistem mesin
Kinerja
Kecepatan maksimum75 km/jam
Daya mesin660 hp
Lain-lain
Karier
Perusahaan pemilikStaatsspoorwegen
Daerah operasiJawa dan Sumatera
Mulai dinas1929
Pemilik sekarangPT Kereta Api Indonesia

Lokomotif C 30 adalah lokomotif uap buatan empat pabrik, yakni Hohenzollern, Borsig, dan Hanomag di Jerman, serta Werkspoor di Belanda. C 30 memiliki panjang 10.796 mm, berat 31,6 ton, daya mesin 660 hp, dan dapat melaju hingga 75 km/jam.[1] Lokomotif ini bersusunan roda 2-6-2T, artinya memiliki satu gandar depan (dua roda), tiga gandar penggerak (enam roda), dan satu gandar belakang (dua roda). C 30 merupakan kelas yang nyaris hilang, karena telah banyak dipindahtangankan.

Sejarah

Karena semakin besarnya volume angkutan penumpang dan barang, terutama di lintas Bandung-Banjar maka perusahaan kereta api Staatsspoorwegen mengimpor lokomotif-lokomotif uap yang dapat melaju menembus pegunungan di Tatar Sunda, Jawa Barat. Lokomotif C 30 diimpor dari pabriknya pada tahun 1929-1930.[1] Lokomotif C 30 ini semula merupakan seri SS 1700 (mulai dari SS 1701-1793).[2]

Depresi Besar yang melanda Eropa pada tahun 1929 memaksa SS untuk menunda membeli lokomotif baru untuk Sumatera. Untuk memenuhi kebutuhan angkutan di Sumatera, SS kemudian memindahkan 23 unit C 30 ke Sumatera Selatan dan 3 unit ke Sumatera Barat. Lokomotif ini merupakan lokomotif tipe universal dan dapat dioperasikan di lintas utama maupun cabang dan cocok untuk menarik kereta penumpang dan barang.

Pada masa pendudukan Jepang, 3 unit lokomotif C 30 dibawa ke Sumatera untuk jalur kereta api Muaro-Pekanbaru (beroperasi 1943-1945), untuk angkutan batu bara. Selain itu, empat unit lokomotif C 30 dibawa ke Kamboja dan tujuh unit C 30 dijual ke Indocina (tetapi tidak tahu tepatnya di negara mana).[3]

Saat ini tersisa yaitu, C 30 65 dan C 30 82. C 30 65 buatan Werkspoor dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah, sedangkan C 30 82 dipajang di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Referensi