Lompat ke isi

Aji Muhammad Parikesit: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aji Ziat Magda (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Aji Ziat Magda (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 73: Baris 73:
# H. Adji Pangeran Ario Jaya Winata
# H. Adji Pangeran Ario Jaya Winata
# Adji Syailan
# Adji Syailan
# Adji Pangeran Rudi Praboe


== Pendidikan ==
== Pendidikan ==

Revisi per 12 April 2019 12.04

Sultan Adji Muhammad Parikesit adalah Raja terakhir yang memerintah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dan Kalimantan Timur. Adalah Putra ke 4 Sri Paduka Sultan Adji Muhammad Alimuddin Marhum Adil Bin Sultan Adji Muhammad Sulaiman dan Adji Limah. Diberi gelar Adji Endje Renik.

Aji Muhammad Parikesit
Sultan Aji Muhammad Parikesit bersama Aji Pangeran Ratoe IV.
Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
Berkuasa14 November 1920 - 21 Juni 1960
Penobatan14 November 1920
PendahuluAji Muhammad Alimuddin
PenerusAji Muhammad Salehuddin II
Kelahiran(1890-01-27)27 Januari 1890
Tenggarong
Kematian22 November 1981 Makam Kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
Tenggarong
AgamaIslam

Aji Muhammad Parikesit (dilahirkan dengan nama Aji Kaget/Aji Geger/Aji Enje ) adalah Sultan Kutai Kartanegara ke-19, memerintah dari tahun 1920 sampai 1960 yang juga merupakan sultan terakhir yang memimpin kesultanan sebelum wilayah Kesultanan Kutai resmi masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia dan menjadi "Daerah Istimewa Kutai".

Biografi

Dilahirkan pada tanggal 27 Januari 1890 di Kedaton Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, terlahir dengan nama Aji Kaget/Aji Geger/Aji Enje, dari kecil ia dididik oleh Kakek beliau Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Kutai. Ia masuk sekolah Belanda di Samarinda tahun 1905. Tahun 1909 ia mendapat gelar Adji Endje Renik. Anak Dari Sultan Aji Muhammad Alimuddin Dan YM Adji Limah . Tahun itu jugalah ia masuk sekolah Instituut Bos di Betawi. Tahun 1910 ayahnya wafat, tetapi karena umur ia ketika itu belum dewasa, maka Pemerintahan Kutai dipegang oleh Dewan Perwalian yang dipimpin oleh Aji Pangeran Mangku Negoro.

Istri

  1. YM Adji Ratu Bahariah gelar Adji Ratu Prabuningrat Putri dari Adji Amiddin gelar Adji Pangeran Mangku Negara
  2. YM Adji Ratu Natung gelar Adji Ratu Purwoningrat / Adji Ratu Purboningrat Putri dari Adji Raden Musa Hakim gelar Adji Raden Noto Wijoyo I
  3. YM Raden Ayu Hasanah dari Kesultanan Banten dan Bangsawan dari Kesultanan Madura
  4. Raden Cubong
  5. Raden Djoewito sebutan harian Nek Don
  6. Raden Hariah
  7. Raden Kencoro sebutan harian Nek Encas
  8. Dayang Tjasima dari Singaparna
  9. Raden Suwito sebutan harian Nek Mok
  10. Dayang Djahari sebutan harian Nek Jahri
  11. Dayang Masdjah sebutan harian Nek Masdja
  12. Raden Marry ( Bangsa Belanda ) sebutan harian Nek Nong
  13. Dayang Hadi

Keturunan

Memiliki anak 17 orang yaitu 10 anak laki-laki dan 7 anak perempuan

  1. Adji Putri Ainun Zariah gelar Adji Putri Anggorisari sebutan harian Adji Putri Ainun
  2. Adji Putri Sapiah / Adji Putri Piong
  3. Adji Muhammad Idris
  4. Adji Pangeran Muhammad Muslihuddin gelar Adji Pangeran Adipati Prabu Anum Surya Adiningrat Sultan Adji Muhammad Salehuddin II sebutan harian Adji Pangeran Prabu
  5. Adji Putri Mathilda gelar Adji Putri Indrasari sebutan harian Putri Ul
  6. Adji Putri Magdalena gelar Adji Putri Indrawati sebutan harian Putri Len
  7. Adji Pangeran Syarifuddin gelar Adji Pangeran Hario Kusumo Yudo sebutan harian Adji Pangeran Yudo
  8. Adji Putri Jamilah gelar Adji Putri Maha Dewi sebutan harian Adji Putri Milot
  9. Adji Pangeran Anwar gelar Adji Pangeran Hario Kusumo Puger sebutan harian Adji Pangeran Puger
  10. Adji Muhammad Salehuddin
  11. Adji Putri Sarah gelar Adji Putri Parti Wati sebutan harian Adji Putri Sarah
  12. Adji Pangeran Abdul Hamid gelar Adji Pangeran Hamid sebutan harian Adji Pangeran Hamid
  13. Adji Achmad gelar Adji Kiti Pati Hanum sebutan harian Adji Amad
  14. Adji Mardiah sebutan harian Adji Imal
  15. Adji Imaluddin
  16. Adji Arpah / Adji Ipok
  17. Adji Mbam


Memiliki cucu diantara nya :

  1. Adji Magda Donorodjoputro
  2. Adji Pangeran Muhammad Arffin Sultan Adji Muhammad Ariffin
  3. Adji Pangeran Hario Atmo Kesumo
  4. Adji Belly / Adji Pangeran Yudho Putro
  5. Adji Raden Maya Soraya
  6. Adji Pangeran Harry Gondo Prawiro
  7. Adji Pangeran Rudi
  8. Adji Nanut Kusumo Yudo
  9. Adji Bambang Zaman Donorodjoputro
  10. H. Adji Pangeran Ario Jaya Winata
  11. Adji Syailan
  12. Adji Pangeran Rudi Praboe

Pendidikan

Tahun 1911 ia menempuh ujian P.H.S. Dua Tahun sesudah itu ia pindah ke sekolah Osvia di Serang. Pada tahun 1917 ia kembali ke Kutai, sebab Aji Pangeran Mangkunegoro ingin mendidik ia untuk memegang pemerintahan dan untuk mengenali adat lembaga negeri. Tahun 1918 ia diberi gelar Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soeria Adi Ningrat. Tanggal 14 November 1920 ia dinobatkan menjadi sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Parikesit. Untuk melanjutkan sekolah dan menambah luas pengetahuannya, pada tahun 1928 beliau dengan permaisuri pergi ke negeri Belanda. Dan ketika itulah Aji Muhammad Parikesit dihadiahi gelar Officier der Orde van Oranje Nassau dari Kerajaan Belanda.

Pemerintahan Kutai

Sultan Adji Muhammad Parikesit dibantu oleh tiga orang menteri yang memegang Pemerintahan kesultanan. Adapun seluruh daerah kesultanan Kutai itu terbagi atas tiga onderafdeling, yaitu Kutai Barat, Kutai Timur dan Balikpapan. Ibu negeri yang pertama ialah Tenggarong, yang kedua Samarinda dan yang ketiga Balikpapan. Lalu ketiga onderafdeling itu terbagi lagi atas 17 buah district. Menurut cacah jiwa tahun 1934, banyaknya penduduk kesultanan Kutai sekitar 106.559 jiwa, kecuali orang yang bekerja pada Maatschappij.

Selama Sultan Aji Muhammad Parikesit memerintah, banyak sekali perubahan susunan Pemerintahan, sehingga pemerintahan pada zamannya hampir tidak ada bedanya lagi dengan susunan Pemerintahan Daerah Goebernemen. Pada tahun 1931 telah diadakan sebuah persidangan yang bernama Hoofdenvergadering. Sekalian para kepala onderafdeling, district dan onderdistrict yang diundang untuk menghadiri rapat itu akan membicarakan soal-soal yang penting. Yang memimpin rapat itu adalah Sultan Kutai dengan Asisten-Residen. Rapat itu diadakan setiap 4 bulan sekali. Untuk mengadakan rapat itu telah didirikan sebuah gedung yang besar dengan perabotan yang modern dan disana jugalah tempat Sultan bekerja. Lalu, mulai pada tahun 1926 diadakan dua macam pengadilan, yaitu: Kerapatan Besar dan Kerapatan Kecil. Kerapatan Besar terdapat di Tenggarong dan Kerapatan Kecil terdapat di tiap-tiap district dan onderdistrict.[1]

Turun Takhta

Gambar Sultan Aji Muhammad Parikesit dalam perangko yang diterbitkan tahun 2006.

Dua tahun setelah Indonesia merdeka tepatnya pada tahun 1947, Kesultanan Kutai beralih status menjadi Daerah Swapraja Kutai dan masuk ke dalam Federasi Kalimantan Timur/Daerah Siak Besar bersama-sama daerah Kesultanan lainnya seperti Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur dan Pasir dengan membentuk Dewan Kalimantan Timur yang diketuai oleh Sultan Aji Muhammad Parikesit. Sampai pada tanggal 27 desember 1949, Federasi Kalimantan Timur bergabung dengan Republik Indonesia Serikat.

Pada 21 Januari 1960 pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara yang dipimpin Sultan Aji Muhammad Parikesit, diserahkan kepada pemerintah daerah melalui Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai, yang diselenggarakan di Balairung Keraton Sultan Kutai, Tenggarong. Sejak itu Sultan Aji Muhammad Parikesit dan keluarganya hidup sebagai rakyat biasa[2].

Sultan Aji Muhammad Parikesit wafat dalam kesederhanaan pada tanggal 22 November 1981 . Sultan mangkat pada usia 91 tahun di makamkan Pemakaman Kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura di kompleks Istana Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang sekarang digunakan sebagai Museum Mulawarman. Beliau meninggalkan 17 orang anak dan sejumlah cucu . Untuk menghormati Sultan AM Parikesit pemerintah kabupaten kutai kartanegara mengabadikan nama sultan sebagai nama rumah sakit terbesar di kutai kartanegara. Sultan Aji Muhammad Parikesit merupakan Raja Terakhir Yang Memerintah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Dan Kalimantan Timur .

Referensi

Pranala luar

Didahului oleh:
Sultan Aji Muhammad Alimuddin
Sultan Kutai Kartanegara
1920-1960
Diteruskan oleh:
Sultan Aji Muhammad Salehuddin II