Lompat ke isi

Lokomotif C18: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
OktaRama2010 (bicara | kontrib)
Sejak kapan Depok punya dipo lokomotif?
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
{{Infobox Lokomotif
{{Infobox Lokomotif
|image=Lokomotif-C18.jpg
|image=Lokomotif-C18.jpg
Baris 34: Baris 35:


Pada tahun [[1969]], lokomotif ini disimpan di dipo lokomotif [[Stasiun Gundih|Gundih]].
Pada tahun [[1969]], lokomotif ini disimpan di dipo lokomotif [[Stasiun Gundih|Gundih]].
Pada tahun [[1982]], saat [[Depok]] setelah menjadi [[kota administratif]], lokomotif ini disimpan di dipo lokomotif [[Stasiun Depok|Depok]] dan hanya lokomotif C1803 yang disimpan di dipo lokomotif milik [[Tjitajam-Tjiandjoer Stoomtram Maatschappij|TTSM]] yang melayani rute [[Stasiun Citayam|Citayam]]-[[Cianjur]] di [[Cileungsi, Bogor|Stasiun Cileungsi]], [[Bogor]].
Pada tahun [[1982]], saat [[Depok]] setelah menjadi [[kota administratif]], lokomotif ini disimpan di dipo lokomotif [[Stasiun Depok|Depok]] dan hanya lokomotif C1803 yang disimpan di dipo lokomotif milik [[Tjitajam-Tjiandjoer Stoomtram Maatschappij|TTSM]] yang melayani rute [[Stasiun Citayam|Citayam]]-[[Cianjur]] di [[Cileungsi, Bogor|Stasiun Cileungsi]], [[Bogor]].{{cn}}


Saat itu, daerah [[Cileungsi, Bogor|Cileungsi]] masih sedikit ramai karena ada kantor pos, kantor desa dan [[stasiun kereta api]]. Pada masa [[Kerusuhan Mei 1998|kerusuhan tahun 1998]], dipo lokomotif di [[Stasiun Depok]] dan [[Stasiun Cileungsi]] ini ditutup.
Saat itu, daerah [[Cileungsi, Bogor|Cileungsi]] masih sedikit ramai karena ada kantor pos, kantor desa dan [[stasiun kereta api]]. Pada masa [[Kerusuhan Mei 1998|kerusuhan tahun 1998]], dipo lokomotif di [[Stasiun Depok]] dan [[Stasiun Cileungsi]] ini ditutup.{{cn}}


Kemungkinan pada saat itu lokomotif ini digunakan untuk menarik kereta api lokal [[Stasiun Serpong|Serpong]]-[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta]], [[Surabaya]]-[[Lamongan]], [[Bogor]]-[[Depok]]-[[Jakarta]], [[Cirebon]]-[[Stasiun Jatibarang|Jatibarang]], [[Jakarta]]-[[Stasiun Bekasi|Bekasi]]-[[Stasiun Cikampek|Cikampek]], [[Semarang]]-[[Surakarta]], [[Semarang]]-[[Surabaya]] dan [[Stasiun Citayam|Citayam]]-[[Stasiun Nambo|Nambo]]-[[Jatimekar, Jati Asih, Bekasi|Jabung]].
Kemungkinan pada saat itu lokomotif ini digunakan untuk menarik kereta api lokal [[Stasiun Serpong|Serpong]]-[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta]], [[Surabaya]]-[[Lamongan]], [[Bogor]]-[[Depok]]-[[Jakarta]], [[Cirebon]]-[[Stasiun Jatibarang|Jatibarang]], [[Jakarta]]-[[Stasiun Bekasi|Bekasi]]-[[Stasiun Cikampek|Cikampek]], [[Semarang]]-[[Surakarta]], [[Semarang]]-[[Surabaya]] dan [[Stasiun Citayam|Citayam]]-[[Stasiun Nambo|Nambo]]-[[Jatimekar, Jati Asih, Bekasi|Jabung]].
Baris 42: Baris 43:
Pada tahun [[1970-an]], saat populasi lokomotif uap di Indonesia semakin menyusut, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) memutuskan untuk mengkonservasi berberapa lokomotif uap supaya tidak semua lokomotif uap punah.
Pada tahun [[1970-an]], saat populasi lokomotif uap di Indonesia semakin menyusut, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) memutuskan untuk mengkonservasi berberapa lokomotif uap supaya tidak semua lokomotif uap punah.


Lokomotif C1801, lokomotif satu-satunya yang berjenis C18, dipindahkan ke [[Museum Kereta Api Ambarawa]] dan dijadikan sebagai pajangan statis. Sedangkan, Lokomotif C1802, C1803 dan C1805, salah satu lokomotif yang berdinas di lintas [[Stasiun Citayam|Citayam]]-[[Stasiun Nambo|Nambo]]-[[Jatimekar, Jati Asih, Bekasi|Jabung]], telah dibawa ke [[Museum Transportasi]] [[Taman Mini Indonesia Indah|TMII]] untuk dipajang pada tanggal [[2 Januari]] [[2000]] setelah 9 bulan [[Depok]] berubah status menjadi [[kota]].
Lokomotif C1801, lokomotif satu-satunya yang berjenis C18, dipindahkan ke [[Museum Kereta Api Ambarawa]] dan dijadikan sebagai pajangan statis. Sedangkan, Lokomotif C1802, C1803 dan C1805, salah satu lokomotif yang berdinas di lintas [[Stasiun Citayam|Citayam]]-[[Stasiun Nambo|Nambo]]-[[Jatimekar, Jati Asih, Bekasi|Jabung]], telah dibawa ke [[Museum Transportasi]] [[Taman Mini Indonesia Indah|TMII]] untuk dipajang pada tanggal [[2 Januari]] [[2000]] setelah 9 bulan {{when}} [[Depok]] berubah status menjadi [[kota]].
Hingga saat ini lokomotif ini masih berada disana.
Hingga saat ini lokomotif ini masih berada disana.



Revisi per 26 April 2020 23.44

Lokomotif C18
Lokomotif C18
Lokomotif C1801 di Museum Kereta Api Ambarawa
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenHartmann Jerman
Nomor seriC18
ModelC18
Tanggal dibuat1908
Jumlah dibuat1
Spesifikasi roda
Notasi Whyte0-6-0T
Susunan roda AARC
Klasifikasi UICC
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Panjang7940 mm
Berat
Berat kosong26.2 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarKayu / batu bara
Sistem mesin
Kinerja
Kecepatan maksimum55 km/h
Lain-lain


Lokomotif C18 adalah salah satu jenis lokomotif uap yang pernah dioperasikan di Indonesia. Lokomotif ini dahulu dioperasikan oleh sebuah perusahaan kereta api Hindia Belanda bernama Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM). Lokomotif yang dibuat oleh pabrik kereta api Jerman Hartmann ini mulai digunakan pada tanggal 1 Mei 1908. Hanya ada satu lokomotif jenis C18 yang pernah diproduksi. Karena SoTM bangkrut tidak lama setelah lokomotif ini dioperasikan, lokomotif ini pun diambil alih oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Selama masa beroperasinya, lokomotif ini kebanyakan beroperasi di Jalur kereta api Purwosari-Boyolali untuk mengangkut penumpang serta barang.[1]

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pemerintah membentuk perusahaan kereta api bernama Djawatan Kereta Api (DKA). Mulai tahun 1950, DKA memesan lokomotif diesel baru yang lebih canggih untuk mengganti lokomotif uap yang sudah usur. Peran lokomotif C18 sebagai penarik kereta api di Jalur kereta api Purwosari-Boyolali mulai terganti oleh lokomotif diesel seperti D300 dan D301.

Peran lokomotif C18 sebagai penarik kereta api di Jalur kereta api Nambo-Jabung (sekarang Jatimekar), Jalur kereta api Citayam-Nambo, Jalur kereta api Nambo-Jonggol, Jalur kereta api Jonggol-Cibarusah, Jalur kereta api Jonggol-Sukamakmur dan Jalur kereta api Jonggol-Cianjur mulai terganti oleh lokomotif diesel seperti D301, BB301, BB303, BB304, dan BB306.[butuh rujukan]

Pada tahun 1969, lokomotif ini disimpan di dipo lokomotif Gundih. Pada tahun 1982, saat Depok setelah menjadi kota administratif, lokomotif ini disimpan di dipo lokomotif Depok dan hanya lokomotif C1803 yang disimpan di dipo lokomotif milik TTSM yang melayani rute Citayam-Cianjur di Stasiun Cileungsi, Bogor.[butuh rujukan]

Saat itu, daerah Cileungsi masih sedikit ramai karena ada kantor pos, kantor desa dan stasiun kereta api. Pada masa kerusuhan tahun 1998, dipo lokomotif di Stasiun Depok dan Stasiun Cileungsi ini ditutup.[butuh rujukan]

Kemungkinan pada saat itu lokomotif ini digunakan untuk menarik kereta api lokal Serpong-Jakarta, Surabaya-Lamongan, Bogor-Depok-Jakarta, Cirebon-Jatibarang, Jakarta-Bekasi-Cikampek, Semarang-Surakarta, Semarang-Surabaya dan Citayam-Nambo-Jabung.

Pada tahun 1970-an, saat populasi lokomotif uap di Indonesia semakin menyusut, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) memutuskan untuk mengkonservasi berberapa lokomotif uap supaya tidak semua lokomotif uap punah.

Lokomotif C1801, lokomotif satu-satunya yang berjenis C18, dipindahkan ke Museum Kereta Api Ambarawa dan dijadikan sebagai pajangan statis. Sedangkan, Lokomotif C1802, C1803 dan C1805, salah satu lokomotif yang berdinas di lintas Citayam-Nambo-Jabung, telah dibawa ke Museum Transportasi TMII untuk dipajang pada tanggal 2 Januari 2000 setelah 9 bulan [per kapan?] Depok berubah status menjadi kota. Hingga saat ini lokomotif ini masih berada disana.

Lokomotif C18 memiliki panjang 7940 mm, berat 26,2 ton dan dapat melaju hingga kecepatan 55 km/jam. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar batubara atau kayu jati. Lokomotif uap C18 memiliki susunan roda 0-6-0T. 0-6-0T berarti mempunyai 3 roda penggerak. Pada tahun 1915, lokomotif C18 dikonservasi dan dilengkapi dengan teknologi superheater dan silinder dengan katup piston.

Lihat pula

Daftar Referensi

  1. ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 67. ISBN 978-602-0818-55-9.