Lompat ke isi

Linezolid: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 130: Baris 130:
=== Infeksi kulit dan jaringan lunak ===
=== Infeksi kulit dan jaringan lunak ===
Dari hasil [[metaanalisis]] berbagai uji acak terkendali menyatakan bahwa linezolid lebih efektif dibandingkan dengan antibiotik glikopeptida (seperti vankomisin dan [[teikoplanin]]) dan [[antibiotik beta-laktam]] dalam pengobatan infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan bakteri Gram-positif,<ref name=Falagas2008>{{cite journal |vauthors=Falagas ME, Siempos II, Vardakas KZ |title=Linezolid versus glycopeptide or beta-lactam for treatment of Gram-positive bacterial infections: meta-analysis of randomised controlled trials |journal=Lancet Infectious Diseases |volume=8 |issue=1 |pages=53–66 |date=Januari 2008 |pmid=18156089 |doi=10.1016/S1473-3099(07)70312-2 |issn=1473-3099}} Abstrak terstruktur dengan peninjauan mutu tersedia di [http://www.crd.york.ac.uk/CRDWeb/ShowRecord.asp?ID=12008005415 DARE] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111004094022/http://www.crd.york.ac.uk/CRDWeb/ShowRecord.asp?ID=12008005415 |date=4 Oktober 2011 }}.</ref> dan dalam studi skala kecil mengonfirmasi keunggulan linezolid dibanding teikoplanin dalam pengobatan seluruh infeksi bakteri Gram-positif yang berat.<ref name=Tascini>{{cite journal |vauthors=Tascini C, Gemignani G, Doria R, etal |title=Linezolid treatment for gram-positive infections: a retrospective comparison with teicoplanin |journal=Journal of Chemotherapy |volume=21 |issue=3 |pages=311–6 |date=Juni 2009 |pmid=19567352 |issn=1120-009X |doi=10.1179/joc.2009.21.3.311}}</ref>
Dari hasil [[metaanalisis]] berbagai uji acak terkendali menyatakan bahwa linezolid lebih efektif dibandingkan dengan antibiotik glikopeptida (seperti vankomisin dan [[teikoplanin]]) dan [[antibiotik beta-laktam]] dalam pengobatan infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan bakteri Gram-positif,<ref name=Falagas2008>{{cite journal |vauthors=Falagas ME, Siempos II, Vardakas KZ |title=Linezolid versus glycopeptide or beta-lactam for treatment of Gram-positive bacterial infections: meta-analysis of randomised controlled trials |journal=Lancet Infectious Diseases |volume=8 |issue=1 |pages=53–66 |date=Januari 2008 |pmid=18156089 |doi=10.1016/S1473-3099(07)70312-2 |issn=1473-3099}} Abstrak terstruktur dengan peninjauan mutu tersedia di [http://www.crd.york.ac.uk/CRDWeb/ShowRecord.asp?ID=12008005415 DARE] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111004094022/http://www.crd.york.ac.uk/CRDWeb/ShowRecord.asp?ID=12008005415 |date=4 Oktober 2011 }}.</ref> dan dalam studi skala kecil mengonfirmasi keunggulan linezolid dibanding teikoplanin dalam pengobatan seluruh infeksi bakteri Gram-positif yang berat.<ref name=Tascini>{{cite journal |vauthors=Tascini C, Gemignani G, Doria R, etal |title=Linezolid treatment for gram-positive infections: a retrospective comparison with teicoplanin |journal=Journal of Chemotherapy |volume=21 |issue=3 |pages=311–6 |date=Juni 2009 |pmid=19567352 |issn=1120-009X |doi=10.1179/joc.2009.21.3.311}}</ref>

Linezolid nampak lebih murah dan efektif dibandingkan dengan vankomisin dalam pengobatan infeksi kaki diabetik.<ref name=Chow>{{cite journal | vauthors = Chow I, Lemos EV, Einarson TR | title = Management and prevention of diabetic foot ulcers and infections: a health economic review | journal = PharmacoEconomics | volume = 26 | issue = 12 | pages = 1019–35 | year = 2008 | pmid = 19014203 | doi = 10.2165/0019053-200826120-00005 }}</ref> Dalam sebuah [[uji label terbuka]] pada tahun 2004, linezolid sama efektifnya dengan [[ampisilin/sulbaktam]] dan [[amoksisilin/asam klavulanat]] pada pasien tanpa riwayat penyakit lain. Sedangkan pada pasien dengan ulkus di kaki tanpa [[osteomielitis]], linezolid jauh lebih unggul. Hanya saja kejadian efek samping pasien dengan pengobatan linezolid jauh lebih tinggi.<ref name=Lipsky>{{cite journal | vauthors = Lipsky BA, Itani K, Norden C | title = Treating foot infections in diabetic patients: a randomized, multicenter, open-label trial of linezolid versus ampicillin-sulbactam/amoxicillin-clavulanate | journal = Clinical Infectious Diseases | volume = 38 | issue = 1 | pages = 17–24 | date = Januari 2004 | pmid = 14679443 | doi = 10.1086/380449 | doi-access = free }}</ref><ref name=Pigrau>{{cite journal | vauthors = Pigrau C, Almirante B | title = [Oxazolidinones, glycopeptides and cyclic lipopeptides] | language = Spanish | journal = Enfermedades Infecciosas y Microbiologia Clinica | volume = 27 | issue = 4 | pages = 236–46 | date = April 2009 | pmid = 19406516 | doi = 10.1016/j.eimc.2009.02.004 | url = http://www.elsevier.es/sites/default/files/elsevier/pdf/28/28v27n04a13136682pdf001.pdf | trans-title = Oxazolidinones, glycopeptides and cyclic lipopeptides | archive-url = https://web.archive.org/web/20110723082633/http://www.elsevier.es/sites/default/files/elsevier/pdf/28/28v27n04a13136682pdf001.pdf | url-status = dead | archive-date = 23 Juli 2011 }}</ref> Namun, pada hasil meta-analisis tahun 2008 dari 18 uji acak terkendali menyatakan pengobatan infeksi kaki diabetik dengan linezolid mengalami kegagalan terapi yang sama seringnya dengan antibiotik lainnya, terlepas pasien memiliki riwayat osteomielitis atau tidak.<ref name=Vardakas>{{cite journal | vauthors = Vardakas KZ, Horianopoulou M, Falagas ME | title = Factors associated with treatment failure in patients with diabetic foot infections: An analysis of data from randomized controlled trials | journal = Diabetes Research and Clinical Practice | volume = 80 | issue = 3 | pages = 344–51 | date = Juni 2008 | pmid = 18291550 | doi = 10.1016/j.diabres.2008.01.009 }}</ref>

Beberapa peneliti merekomendasikan penggunaan kombinasi obat yang lebih murah atau yang lebih efektif sebanding biaya (seperti [[kotrimoksazol]] dengan [[rifampisin]] atau [[klindamisin]]) sebelum mencoba mengggunakan linezolid dalam pengobatan infeksi kulit dan jaringan lunak ketika kerentanan dari bakteri penyebab diketahui.<ref name=Pigrau/><ref>{{cite journal |vauthors=Grammatikos A, Falagas ME |title=Linezolid for the treatment of skin and soft tissue infection |journal=[[Expert Review of Dermatology]] |volume=3 |issue=5 |pages=539–48 |year=2008 |doi=10.1586/17469872.3.5.539}}</ref>


==Interaksi==
==Interaksi==

Revisi per 11 Februari 2021 15.27

Linezolid
Rumus kerangka linezolid
Nama sistematis (IUPAC)
(S)-N-({3-[3-fluoro-4-(morfolin-4-il)fenil]-2-okso-1,3-oksazolidin-5-il}metil)asetamida
Data klinis
Nama dagang Zyvox, Zyvoxid, lainnya
AHFS/Drugs.com monograph
MedlinePlus a602004
Data lisensi US Daily Med:pranala
Kat. kehamilan B3(AU) C(US)
Status hukum Harus dengan resep dokter (S4) (AU) -only (CA) POM (UK) -only (US)
Rute Infus, per oral
Data farmakokinetik
Bioavailabilitas ~100% (oral)
Ikatan protein Rendah (31%)
Metabolisme Hepatik (50–70%, tidak melibatkan  CYP)
Waktu paruh 3–7 jam;[1] waktu paruh lebih panjang di cairan serebrospinal dibandingkan plasma[1]
Ekskresi non-ginjal, ginjal, dan feses[2]
Pengenal
Nomor CAS 165800-03-3 YaY
Kode ATC J01XX08
PubChem CID 441401
DrugBank DB00601
ChemSpider 390139 YaY
UNII ISQ9I6J12J YaY
KEGG D00947 YaY
ChEBI CHEBI:63607
ChEMBL CHEMBL126 YaY
NIAID ChemDB AIDSNO:070944
Data kimia
Rumus C16H20FN3O4 
  • InChI=1S/C16H20FN3O4/c1-11(21)18-9-13-10-20(16(22)24-13)12-2-3-15(14(17)8-12)19-4-6-23-7-5-19/h2-3,8,13H,4-7,9-10H2,1H3,(H,18,21)/t13-/m0/s1 YaY
    Key:TYZROVQLWOKYKF-ZDUSSCGKSA-N YaY

Linezolid merupakan antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif yang resisten terhadap antibiotik lainnya.[1][2] Linezolid aktif melawan sebagian besar bakteri Gram-positif yang menyebabkan penyakit seperti Streptokokus, Enterokokus resisten vankomisin (Vancomycin-resistant enterococcus, VRE), dan Staphylococcus aureus resisten metisilin (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus, MRSA).[1][3] Indikasi utama dari obat ini adalah untuk infeksi pada kulit dan pneumonia, walau obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati infeksi lainnya seperti tuberkulosis resisten multi-obat (Multi-drug-resistant tuberculosis, MDR-TB) .[2][4] Obat ini diberikan melalui infus atau berupa tablet.[2]

Ketika diberikan dalam jangka pendek, linezolid merupakan antibiotik yang relatif aman.[5] Obat ini dapat digunakan oleh pasien segala umur dan pasien dengan penyakit hati atau gagal ginjal.[2] Efek samping yang umum terjadi pada penggunaan jangka pendek antara lain sakit kepala, diare, ruam, dan mual.[2] Efek samping berat yang mungkin terjadi antara lain sindrom serotonin, mielosupresi, dan peningkatan kadar laktat dalam darah. Efek samping berat tersebut terjadi terutama setelah penggunaan lebih dari dua pekan.[2][6] Jika diberikan lebih lama, maka dapat menyebabkan kerusakan saraf seperti kerusakan saraf optik permanen.[6]

Sebagai inhibitor sintesis protein, linezolid bekerja dengan menghambat proses translasi pada bakteri.[7] Hal tersebut menjadikan obat ini dapat menghentikan pertumbuhan atau membunuh bakteri.[2] Walau banyak antibiotik lain yang bekerja dengan cara serupa, mekanisme aksi pasti dari linezolid nampak berbeda karena dia menghambat proses inisiasi sintesis protein daripada menghambat di tahapan-tahapan berikutnya.[7] Hingga 2014, resistensi terhadap linezolid masih rendah.[8] Linezolid termasuk dalam antibiotik kelas oksazolidinon.[2]

Linezolid ditemukan pada pertengahan 1990-an. Obat ini mendapat persetujuan untuk dipasarkan pada tahun 2000.[9][10] Obat ini masuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia.[11] Organisasi Kesehatan Dunia mengklasifikasikan linezolid sebagai obat yang sangat penting.[12] Linezolid tersedia dalam bentuk obat generik di beberapa negara.[2]

Indikasi

Indikasi utama dari linezolid adalah untuk pengobatan infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif aerobik yang resisten terhadap antibiotik lainnya. Linezolid sebaiknya tidak digunakan untuk infeksi bakteri yang masih sensitif terhadap antibiotik dengan spektrum aktivitas yang lebih sempit, seperti penisilin dan sefalosporin. Linezolid dikategorikan sebagai antibiotik lini terakhir yang hanya digunakan seperlunya untuk mencegah bakteri resisten terhadap obat ini.[13][14][15]

Di Amerika Serikat, indikasi linezolid yang didaftarkan ke Food and Drug Administration (FDA) adalah untuk pengobatan infeksi Enterococcus faecium yang resisten terhadap vankomisin baik dengan atau tanpa bakteremia; pneumonia nosokomial (dapatan rumah sakit) dan pneumonia dapatan masyarakat yang disebabkan S. aureus atau S. pneumoniae; infeksi kulit dan jaringan lunak dengan komplikasi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif, seperti kaki diabetik, kecuali jika komplikasi dengan osteomielitis (infeksi tulang dan sumsum tulang); dan infeksi kulit dan jaringan lunak tanpa komplikasi yang disebabkan S. pyogenes atau S. aureus.[3] Obat ini tidak disarankan untuk digunakan pada pneumonia dapatan masyarakat atau infeksi kulit dan jaringan lunak tanpa komplikasi yang disebabkan oleh MRSA.[3] Di Britania Raya, indikasi yang didaftarkan hanya pengobatan pneumonia dan infeksi kulit dan jaringan lunak dengan kompllkasi.[16]

Linezolid relatif aman dan efektif digunakan pada pasien anak-anak dan bayi yang baru lahir serta pada pasien dewasa.[17]

Infeksi kulit dan jaringan lunak

Dari hasil metaanalisis berbagai uji acak terkendali menyatakan bahwa linezolid lebih efektif dibandingkan dengan antibiotik glikopeptida (seperti vankomisin dan teikoplanin) dan antibiotik beta-laktam dalam pengobatan infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan bakteri Gram-positif,[18] dan dalam studi skala kecil mengonfirmasi keunggulan linezolid dibanding teikoplanin dalam pengobatan seluruh infeksi bakteri Gram-positif yang berat.[19]

Linezolid nampak lebih murah dan efektif dibandingkan dengan vankomisin dalam pengobatan infeksi kaki diabetik.[20] Dalam sebuah uji label terbuka pada tahun 2004, linezolid sama efektifnya dengan ampisilin/sulbaktam dan amoksisilin/asam klavulanat pada pasien tanpa riwayat penyakit lain. Sedangkan pada pasien dengan ulkus di kaki tanpa osteomielitis, linezolid jauh lebih unggul. Hanya saja kejadian efek samping pasien dengan pengobatan linezolid jauh lebih tinggi.[21][22] Namun, pada hasil meta-analisis tahun 2008 dari 18 uji acak terkendali menyatakan pengobatan infeksi kaki diabetik dengan linezolid mengalami kegagalan terapi yang sama seringnya dengan antibiotik lainnya, terlepas pasien memiliki riwayat osteomielitis atau tidak.[23]

Beberapa peneliti merekomendasikan penggunaan kombinasi obat yang lebih murah atau yang lebih efektif sebanding biaya (seperti kotrimoksazol dengan rifampisin atau klindamisin) sebelum mencoba mengggunakan linezolid dalam pengobatan infeksi kulit dan jaringan lunak ketika kerentanan dari bakteri penyebab diketahui.[22][24]

Interaksi

Linezolid merupakan inhibitor monoamin oksidase (MAOI) yang lemah, non-selektif, dan reversibel. Pasien yang menggunaka linezolid sebaiknya tidak digunakan bersamaan dengan obat MAOI lainnya, menghindari makanan yang kaya akan tiramin (seperti babi, keju, minuman beralkohol, acar, atau makanan yang diasapi), dan menghindari penggunaan obat serotonergik. Dari hasil laporan pengawasan obat, terdapat kejadian sindrom serotonin pada pasien yang diberikan linezolid bersamaan atau segera setelah diberikan obat serotonergik, terutama obat golongan inhibitor ambilan kembali serotonin selektif (Selective serotonin reuptake inhibitor, SSRI) seperti paroksetin dan sertralin.[25][26][27][28] Linezolid juga dapat merangsang efek peningkatan tekanan darah dari obat simpatomimetik seperti pseudoefedrin atau fenilpropanolamin.[29][30] Linezolid sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan petidin (meperidin) dalam kondisi apapun karena risiko terjadinya sindrom serotonin.

Linezolid tidak menghambat atau merangsang sitokrom P450 (CYP) yang berperan dalam metabolisme berbagai obat lainnya. Maka dari itu, obat ini tidak memiliki interaksi yang berkaitan dengan CYP.[3]

Cara kerja

Struktur kimiawi linelozid

Linezolid bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteria. Dengan menghambat pembentukan protein yang dibutuhkan bakteri, maka produksi protein bakteri terganggu. Akibatnya bakteri kesulitan tumbuh bahkan mati. Meskipun kebanyakan antibiotik bekerja dengan cara mirip, namun linelozid punya keunikan sendiri, yaitu sedari awal sudah memblokade pembentukan protein, sebelum prosesnya dimulai. Karena itu, itu digolongkan kepada pengobatan kelas oxazolidinone.[31]

Sejarah

Obat jenis oxazolidinones yang dikenal sebagai monoamine oxidase inhibitors sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 1950n. Namun manfaat antimicrobialnya ditemukan peneliti di EI duPony de Nemours pada tahun 1970an. Paten ozazolidinone didaftarkan duPont pada tahun 1978, setelah terbukti effektif membasmi penyakit yang disebabkan bakteri dan jamur di tanaman. Tahun 1984, patentnya didaftarkan lagi karena terbukti efektif membasmi infeksi bakteri di hewan mamalia. Tahun 1987, ilmuwan duPont menemukan bahwa oxazolidinones adalah antibiotik yang efektif membasmi bakteri dengan cara kerja yang baru. Tapi karena menyebabkan keracunan hati, maka pengembangannya dihentikan.

Pharmacia & Upjohn (sekarang Pfizer) melanjutkan penelitian ini pada tahun 1990an. Dan akhirnya berakhir dengan penemuan linezolid.

Nama merk

Selain ketersediaan linelozid secara generik, antibiotik ini tersedia juga dalam bentuk obat bermerk, yang paling dikenal adalah Zyvox di Georgia, Chile, Argentina, Australia, China, Ecuador, Mesir, United Kingdom, Hong Kong, Indonesia, Irlandia, Korea Selatan, Malta, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, Taiwan, Jepang, dan Amerika Serikat.

Keterjangkauan

Linezolid adalah antibiotik yang mahal dan sulit terjangkau oleh masyarakat kelas bawah, yang ironinya sering menderita infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik lain. Namun hal ini bisa diatasi dengan rawat jalan yang didampingi pemberian linezolid secara oral, sehingga bisa diaplikasikan sendiri oleh pasien. Sehingga secara keseluruhan, biasanya linezolid lebih efektif dari sisi harga.

Efek negatif

Linezolid bisa menyebabkan alergi yang diperlihatkan oleh tanda-tanda ruam, kesulitan bernapas, pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. Penggunaan bersama obat antidepresan atau obat-obatan gangguan mental harus dihindari dan atas sepengetahuan dokter. Interaksi linezoid dengan obat-obat tersebut bisa menyebabkan kebingungan, masalah ingatan, hiperaktif (mental atau fisik), kehilangan koordinasi, kejang otot, menggigil, berkeringat, diare, dan atau demam.[32]

Beberapa orang mengalami lakto asidosis saat menggunakan Linezolid. Tanda-tandanya antara lain nyerti otot atau kelemahan, mati rasa atau perasaan dingin pada lengan dan kaki, kesulitan bernapas, sakit perut, mual dengan muntah, denyut jantung yang lambat atau tidak beraturan, pusing, merasa sangat lemah atau lelah.[32]

Obat ini digolongkan sebagai monoamine oxidase (MAO) inhibitors[33] Beberapa efek samping dari obat ini disebabkan oleh terpicunya produksi dopamine, norepinephrine, dan serotonin.[33]

Resistensi

Penelitian menyebutkan bahwa resistensi terhadap linezolid sudah mulai muncul akibat mutasi pada 23S rRNA. Namun belum terlalu banyak kasus yang bisa menguatkan teori ini.[34]

Referensi

  1. ^ a b c d Roger C, Roberts JA, Muller L (Mei 2018). "Clinical Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Oxazolidinones". Clinical Pharmacokinetics. 57 (5): 559–575. doi:10.1007/s40262-017-0601-x. PMID 29063519. 
  2. ^ a b c d e f g h i j "Linezolid". The American Society of Health-System Pharmacists. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Desember 2016. Diakses tanggal 8 Desember 2016. 
  3. ^ a b c d "Zyvox- linezolid injection, solution Zyvox- linezolid tablet, film coated Zyvox- linezolid suspension". DailyMed. 21 Februari 2020. Diakses tanggal 17 Maret 2020. 
  4. ^ World Health Organization (2015). The selection and use of essential medicines. Twentieth report of the WHO Expert Committee 2015 (including 19th WHO Model List of Essential Medicines and 5th WHO Model List of Essential Medicines for Children). Geneva: World Health Organization. hlm. 26–33. hdl:10665/189763alt=Dapat diakses gratis. ISBN 9789241209946. ISSN 0512-3054. WHO technical report series;994. 
  5. ^ Marino PL, Sutin KM (2007). "Antimicrobial therapy". The ICU book. Hagerstown, MD: Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 817. ISBN 978-0-7817-4802-5. 
  6. ^ a b "Linezolid Side Effects in Detail". drugs.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Desember 2016. Diakses tanggal 11 Desember 2016. 
  7. ^ a b Swaney SM, Aoki H, Ganoza MC, Shinabarger DL (Desember 1998). "The oxazolidinone linezolid inhibits initiation of protein synthesis in bacteria" (PDF). Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 42 (12): 3251–5. doi:10.1128/AAC.42.12.3251. PMC 106030alt=Dapat diakses gratis. PMID 9835522. 
  8. ^ Mendes RE, Deshpande LM, Jones RN (April 2014). "Linezolid update: stable in vitro activity following more than a decade of clinical use and summary of associated resistance mechanisms". Drug Resistance Updates. 17 (1–2): 1–12. doi:10.1016/j.drup.2014.04.002. PMID 24880801. Emergence of resistance has been limited ... It is still uncertain whether the occurrences of such isolates are becoming more prevalent. 
  9. ^ Li JJ, Corey EJ (2013). Drug Discovery: Practices, Processes, and Perspectives (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. 6. ISBN 978-1-118-35446-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2017. 
  10. ^ Torok E, Moran E, Cooke F (2009). "Chapter 2 Antimicrobials". Oxford Handbook of Infectious Diseases and Microbiology (dalam bahasa Inggris). OUP Oxford. ISBN 978-0-19-103962-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 September 2017. 
  11. ^ World Health Organization (2019). World Health Organization model list of essential medicines: 21st list 2019. Geneva: World Health Organization. hdl:10665/325771alt=Dapat diakses gratis. WHO/MVP/EMP/IAU/2019.06. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO. 
  12. ^ World Health Organization (2019). Critically important antimicrobials for human medicine (edisi ke-6th revision). Geneva: World Health Organization. hdl:10665/312266alt=Dapat diakses gratis. ISBN 9789241515528. 
  13. ^ Wroe D (28 Februari 2002). "An antibiotic to fight immune bugs". The Age. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Januari 2010. Diakses tanggal 16 Mei 2009. 
  14. ^ Wilson AP, Cepeda JA, Hayman S, Whitehouse T, Singer M, Bellingan G (Agustus 2006). "In vitro susceptibility of Gram-positive pathogens to linezolid and teicoplanin and effect on outcome in critically ill patients". The Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 58 (2): 470–3. doi:10.1093/jac/dkl233alt=Dapat diakses gratis. PMID 16735420. 
  15. ^ Bozdogan B, Appelbaum PC (Februari 2004). "Oxazolidinones: activity, mode of action, and mechanism of resistance". International Journal of Antimicrobial Agents. 23 (2): 113–9. doi:10.1016/j.ijantimicag.2003.11.003. PMID 15013035. 
  16. ^ [No authors listed] (24 Juni 2009). "Zyvox 600 mg Film-Coated Tablets, 100 mg/5 ml Granules for Oral Suspension, 2 mg/ml Solution for Infusion – Summary of Product Characteristics (SPC)". electronic Medicines Compendium. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 June 2012. Diakses tanggal 3 Juli 2009. 
  17. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Herrmann
  18. ^ Falagas ME, Siempos II, Vardakas KZ (Januari 2008). "Linezolid versus glycopeptide or beta-lactam for treatment of Gram-positive bacterial infections: meta-analysis of randomised controlled trials". Lancet Infectious Diseases. 8 (1): 53–66. doi:10.1016/S1473-3099(07)70312-2. ISSN 1473-3099. PMID 18156089.  Abstrak terstruktur dengan peninjauan mutu tersedia di DARE Diarsipkan 4 Oktober 2011 di Wayback Machine..
  19. ^ Tascini C, Gemignani G, Doria R, et al. (Juni 2009). "Linezolid treatment for gram-positive infections: a retrospective comparison with teicoplanin". Journal of Chemotherapy. 21 (3): 311–6. doi:10.1179/joc.2009.21.3.311. ISSN 1120-009X. PMID 19567352. 
  20. ^ Chow I, Lemos EV, Einarson TR (2008). "Management and prevention of diabetic foot ulcers and infections: a health economic review". PharmacoEconomics. 26 (12): 1019–35. doi:10.2165/0019053-200826120-00005. PMID 19014203. 
  21. ^ Lipsky BA, Itani K, Norden C (Januari 2004). "Treating foot infections in diabetic patients: a randomized, multicenter, open-label trial of linezolid versus ampicillin-sulbactam/amoxicillin-clavulanate". Clinical Infectious Diseases. 38 (1): 17–24. doi:10.1086/380449alt=Dapat diakses gratis. PMID 14679443. 
  22. ^ a b Pigrau C, Almirante B (April 2009). "[Oxazolidinones, glycopeptides and cyclic lipopeptides]" [Oxazolidinones, glycopeptides and cyclic lipopeptides] (PDF). Enfermedades Infecciosas y Microbiologia Clinica (dalam bahasa Spanish). 27 (4): 236–46. doi:10.1016/j.eimc.2009.02.004. PMID 19406516. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 23 Juli 2011. 
  23. ^ Vardakas KZ, Horianopoulou M, Falagas ME (Juni 2008). "Factors associated with treatment failure in patients with diabetic foot infections: An analysis of data from randomized controlled trials". Diabetes Research and Clinical Practice. 80 (3): 344–51. doi:10.1016/j.diabres.2008.01.009. PMID 18291550. 
  24. ^ Grammatikos A, Falagas ME (2008). "Linezolid for the treatment of skin and soft tissue infection". Expert Review of Dermatology. 3 (5): 539–48. doi:10.1586/17469872.3.5.539. 
  25. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama French
  26. ^ Lawrence KR, Adra M, Gillman PK (Juni 2006). "Serotonin toxicity associated with the use of linezolid: a review of postmarketing data". Clinical Infectious Diseases. 42 (11): 1578–83. doi:10.1086/503839alt=Dapat diakses gratis. PMID 16652315. 
  27. ^ Huang V, Gortney JS (Desember 2006). "Risk of serotonin syndrome with concomitant administration of linezolid and serotonin agonists". Pharmacotherapy. 26 (12): 1784–93. doi:10.1592/phco.26.12.1784. PMID 17125439. 
  28. ^ Waknine Y (5 September 2008). "FDA Safety Changes: Mirena, Zyvox, Orencia". Medscape. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Desember 2008. Diakses tanggal 6 September 2008.  Dapat diakses bebas dengan registrasi.
  29. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Moellering
  30. ^ Stalker DJ, Jungbluth GL (2003). "Clinical pharmacokinetics of linezolid, a novel oxazolidinone antibacterial". Clinical Pharmacokinetics. 42 (13): 1129–40. doi:10.2165/00003088-200342130-00004. PMID 14531724. 
  31. ^ The Oxazolidinone Linezolid Inhibits Initiation of Protein Synthesis in Bacteria. dari situs asm.org
  32. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama hallosehat
  33. ^ a b Linezolid. dari situs rxlist
  34. ^ Resistance to Linezolid Caused by Modifications at Its Binding Site on the Ribosome. dari situs ASM Journals