Lompat ke isi

Rijsttafel: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 33: Baris 33:


Pada masa kolonial, sajian ''rijsttafel'' paling bergengsi di Hindia Belanda adalah ''luncheon'' (makan siang) tiap hari Minggu di [[Hotel des Indes]] di Batavia dan [[Hotel Savoy Homann]] di [[Bandung]], di mana nasi disajikan bersama lebih dari 60 macam hidangan.<ref name="kompasiana">{{cite web
Pada masa kolonial, sajian ''rijsttafel'' paling bergengsi di Hindia Belanda adalah ''luncheon'' (makan siang) tiap hari Minggu di [[Hotel des Indes]] di Batavia dan [[Hotel Savoy Homann]] di [[Bandung]], di mana nasi disajikan bersama lebih dari 60 macam hidangan.<ref name="kompasiana">{{cite web
|url = http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2010/12/17/rijsttafel-the-history-of-indonesian-foodways-326575.html
|url = http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2010/12/17/rijsttafel-the-history-of-indonesian-foodways-326575.html
|title = Rijsttafel: The History of Indonesian Foodways
|title = Rijsttafel: The History of Indonesian Foodways
|author = Fadly Rahman
|author = Fadly Rahman
|date = 16 December 2010
|date = 16 December 2010
|website = Kompasiana
|website = Kompasiana
|publisher = Kompasiana
|publisher = Kompasiana
|accessdate = 28 July 2013
|accessdate = 28 July 2013
|archive-date = 2013-09-21
|archive-url = https://web.archive.org/web/20130921053540/http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2010/12/17/rijsttafel-the-history-of-indonesian-foodways-326575.html
|dead-url = yes
}}</ref> Pada masa jayanya di era Hindia Belanda, versi jamuan resmi ''rijstaffel'' paling mewah terdiri atas iring-iringan para pelayan berbusana resmi (kain kebaya untuk pelayan wanita atau beskap, blangkon, bersarung kain batik untuk pelayan pria), secara khidmat dan resmi menyajikan belasan hingga puluhan piring berisi berbagai macam hidangan secara maraton ke meja makan di mana para tamu perjamuan duduk. Sajian pertama adalah nasi putih kadang berbentuk [[tumpeng]] kecil di sajikan di piring tamu, kemudian satu per satu pelayan datang membawa beraneka macam hidangan yang terdiri atas lauk-pauk, sayuran, gorengan, sambal dan kerupuk. Hidangan ini ditawarkan dan disajikan kepada para tamu perjamuan yang mengambil sendiri hidangan ini dari piring yang dibawa pelayan. Iring-iringan pelayan ini datang silih berganti membawa aneka hidangan yang bahkan dapat berjumlah hingga 40 macam. Versi penyajian yang lain hanya menyajikan nasi putih di tengah, dikelilingi piring-piring berisi aneka hidangan, mirip dengan sajian prasmanan kini.
}}</ref> Pada masa jayanya di era Hindia Belanda, versi jamuan resmi ''rijstaffel'' paling mewah terdiri atas iring-iringan para pelayan berbusana resmi (kain kebaya untuk pelayan wanita atau beskap, blangkon, bersarung kain batik untuk pelayan pria), secara khidmat dan resmi menyajikan belasan hingga puluhan piring berisi berbagai macam hidangan secara maraton ke meja makan di mana para tamu perjamuan duduk. Sajian pertama adalah nasi putih kadang berbentuk [[tumpeng]] kecil di sajikan di piring tamu, kemudian satu per satu pelayan datang membawa beraneka macam hidangan yang terdiri atas lauk-pauk, sayuran, gorengan, sambal dan kerupuk. Hidangan ini ditawarkan dan disajikan kepada para tamu perjamuan yang mengambil sendiri hidangan ini dari piring yang dibawa pelayan. Iring-iringan pelayan ini datang silih berganti membawa aneka hidangan yang bahkan dapat berjumlah hingga 40 macam. Versi penyajian yang lain hanya menyajikan nasi putih di tengah, dikelilingi piring-piring berisi aneka hidangan, mirip dengan sajian prasmanan kini.


Baris 83: Baris 86:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.thingsasian.com/stories-photos/2772 "Rijsttafel - The Crown Jewel Of The Indonesian Cuisine"]. Artikel pada ''ThingsAsian'' edisi14 Desember 2003. Diakses 13 Nov. 2008.
* [http://www.thingsasian.com/stories-photos/2772 "Rijsttafel - The Crown Jewel Of The Indonesian Cuisine"]. Artikel pada ''ThingsAsian'' edisi14 Desember 2003. Diakses 13 Nov. 2008.
* Hulupi, ME. [http://old.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20031029.R02 "Rijstafel: finding enough room for all those dishes"]. Arsip ''The Jakarta Post'' edisi 29 Okt 2003. Diakses 13 Nov. 2008.
* Hulupi, ME. [http://old.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20031029.R02 "Rijstafel: finding enough room for all those dishes"]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. Arsip ''The Jakarta Post'' edisi 29 Okt 2003. Diakses 13 Nov. 2008.


{{Masakan Indonesia}}
{{Masakan Indonesia}}

Revisi per 21 Mei 2021 12.52

Rijsttafel
Acara rijsttafel kecil di sebuah pesta di Belanda
Nama lain"Rice table"
SajianHidangan utama
Tempat asalHindia Belanda (Abad 19-awal abad 20 Indonesia)
DaerahJawa
Dibuat olehMasyarakat kolonial Indonesia
Suhu penyajianPanas atau suhu kamar
Bahan utamaNasi dengan aneka hidangan samping
VariasiNasi campur, Nasi Rames (Indo)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Foto bersama di kala menikmati rijsttafel
Rijsttafel pada tahun 1880-an
Rijsttafel sebuah keluarga Belanda di Bandung, Jawa Barat tahun 1936

Rijsttafel (dibaca "rèisttafel" secara harfiah dalam Bahasa Belanda berarti "meja nasi") merupakan cara penyajian makanan berurutan dengan pilihan hidangan dari berbagai daerah di Nusantara. Cara penyajian seperti ini berkembang pada masa kolonial Hindia Belanda yang memadukan etiket dan tata cara perjamuan resmi Eropa dengan kebiasaan makan penduduk setempat yang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan berbagai lauk-pauknya. Cara penyajian ini populer di kalangan masyarakat Eropa-Indonesia, namun tetap digemari di Belanda dan dihidupkan lagi di Indonesia pada masa kini.

Rijsttafel pada dasarnya adalah konsep penyajian makanan lengkap sesuai tata cara perjamuan resmi ala Eropa, yang diawali dengan makanan pembuka (appetizer), lalu makanan utama, dan diakhiri dengan makanan penutup. Ada pula pendapat lain yang menyatakan bahwa rijsttafel mengadopsi cara penyajian "hidang" (berbagai hidangan disajikan dalam piring-piring kecil) pada rumah makan Nasi Padang, dari Sumatra Barat.[1] Titik berat rijsttafel ditujukan pada cara penyajian dan kemeriahannya. Dalam rijsttafel, makanan yang disajikan bukanlah masakan Eropa melainkan masakan Nusantara, masakan "hibrida" barat, Asia, dan Nusantara, serta —sebagian kecil— makanan Barat. Yang terakhir ini biasanya yang berkaitan dengan minuman beralkohol, seperti bir, anggur atau gin.

Menu yang disajikan dengan cara ini bervariasi, tergantung selera. Menu standar biasanya melibatkan nasi goreng, rendang, opor ayam, sate (babi), dilengkapi dengan kerupuk dan sambal.

Meskipun masakan yang disajikan tanpa diragukan lagi adalah masakan Indonesia, asal-mula rijsttafel adalah sejarah kolonial. Pada masa kolonial Hindia Belanda, para penguasa dan orang kaya Belanda menciptakan perjamuan ini sebagai sarana untuk menikmati beraneka ragam makanan Nusantara dalam satu kesempatan, sekaligus untuk membuat para tamu terkesan dengan memamerkan kekayaan dan kemakmuran koloninya nan eksotik.[2]

Etimologi

Dalam bahasa Belanda: rijst berasal dari bahasa Prancis kuno ris; berarti beras atau nasi, sedangkan tafel dalam bahasa Belanda berasal dari Latin tabula; berarti meja [3] Maka rijsttafel secara harfiah berarti "meja nasi", atau tepatnya hidangan nasi beserta berbagai sayur-mayur dan lauk-pauk yang disajikan dalam satu meja.

Sejarah

Lebih bersifat sebagai jamuan pesta pada era Kolonial Belanda, rijsttafel diciptakan sebagai bentuk perjamuan resmi (makan siang atau makan malam) yang meriah yang dapat mewakili keanekaragaman suku-bangsa di Nusantara. Aneka macam hidangan dihimpun dari penjuru negeri; khazanah kuliner khas dari berbagai pulau di Indonesia — dari Jawa Tengah, makanan yang terkenal dan digemari antara lain sate, tempe, dan serundeng. Dari Batavia dan Priangan masakan sayuran favorit seperti gado-gado, lodeh dengan sambal dan lalab. Citarasa pedas kaya bumbu disajikan dalam hidangan rendang dan gulai dari Ranah Minang di Sumatra Barat. Hidangan populer Hindia Belanda lainnya juga disajikan seperti nasi goreng, soto ayam dan kerupuk. Juga sajian hidangan Indonesia "hibrida"; seperti masakan Tionghoa Indonesia babi kecap, lumpia, dan bakmi, serta hidangan yang dipengaruhi Eropa seperti semur daging. Masih banyak lagi pilihan hidangan dari ratusan pulau di Indonesia yang terdiri dari 300 suku bangsa.

Pada masa kolonial, sajian rijsttafel paling bergengsi di Hindia Belanda adalah luncheon (makan siang) tiap hari Minggu di Hotel des Indes di Batavia dan Hotel Savoy Homann di Bandung, di mana nasi disajikan bersama lebih dari 60 macam hidangan.[4] Pada masa jayanya di era Hindia Belanda, versi jamuan resmi rijstaffel paling mewah terdiri atas iring-iringan para pelayan berbusana resmi (kain kebaya untuk pelayan wanita atau beskap, blangkon, bersarung kain batik untuk pelayan pria), secara khidmat dan resmi menyajikan belasan hingga puluhan piring berisi berbagai macam hidangan secara maraton ke meja makan di mana para tamu perjamuan duduk. Sajian pertama adalah nasi putih kadang berbentuk tumpeng kecil di sajikan di piring tamu, kemudian satu per satu pelayan datang membawa beraneka macam hidangan yang terdiri atas lauk-pauk, sayuran, gorengan, sambal dan kerupuk. Hidangan ini ditawarkan dan disajikan kepada para tamu perjamuan yang mengambil sendiri hidangan ini dari piring yang dibawa pelayan. Iring-iringan pelayan ini datang silih berganti membawa aneka hidangan yang bahkan dapat berjumlah hingga 40 macam. Versi penyajian yang lain hanya menyajikan nasi putih di tengah, dikelilingi piring-piring berisi aneka hidangan, mirip dengan sajian prasmanan kini.

Pada masa pendudukan Jepang dan setelah perang kemerdekaan Indonesia 1945, rijsttaffel di bawa ke Belanda oleh orang Belanda kolonial dan orang Indo yang berangkat repatriasi ke Belanda. Sajian ini tetap populer pada keluarga Belanda yang memiliki akar keluarga kolonial Hindia Belanda. Akan tetapi di Indonesia setelah perang kemerdekaan 1945, berkembang gerakan nasionalisme yang menolak segala unsur budaya dan tradisi peninggalan kolonial Belanda yang dianggap mengeksploitasi bangsa Indonesia, termasuk rijsttafel dengan jajaran pelayan pribumi yang dianggap terlalu mewah dan flamboyan. Kini rijsttafel secara praktis hampir lenyap di Indonesia, dan hanya disajikan oleh sedikit rumah makan mewah di Indonesia.

Daftar hidangan yang disajikan dalam rijsttafel

Berikut ini adalah daftar singkat, meskipun kurang lengkap, atas berbagai hidangan yang lazim disajikan dalam perjamuan rijsttafel. Kombinasi jenis hidangan dapat berbeda-beda tergantung pada selera dan ketersediaan.

Rijsttafel kini

Meski populer di Belanda dan luar negeri, rijsttafel jarang ditemukan di Indonesia. Hal ini mungkin karena kebanyakan hidangan Indonesia terdiri dari satu atau dua macam lauk-pauk sebagai teman nasi (ikan, ayam, daging, telur ayam, atau sumber protein lainnya), sayur (baik disajikan mentah, tumisan, atau sup) serta hidangan pelengkap lain seperti sambal, acar, atau kerupuk. Mengkonsumsi makanan lebih dari jumlah yang lazim tersebut dapat dianggap berlebihan, terlalu mewah, mahal dan boros. Patut dicatat bahwa jumlah makanan yang dihidangkan dalam rijsttafel berkisar antara 7 hingga 40 jenis makanan. Versi paling dekat dengan hidangan jenis ini dapat ditemukan pada hidangan lokal nasi padang dan nasi campur. Salah satu restoran yang masih bertahan menyajikan rijsttafel otentik adalah Restoran Oasis di Jakarta. Rijsttafel Oasis disajikan oleh 15 pelayan. Akan tetapi di berbagai restoran Indonesia di luar negeri, khususnya Belanda dan Afrika Selatan, rijsttafel tetap populer.

Sejak Juli 2011, Garuda Indonesia menyajikan rijsttafel Indonesia untuk penumpang kelas eksekutif sebagai layanan khas dalam penerbangan.[5] Jamuan makan khas Indonesia ini dimaksudkan untuk memperkenalkan para penumpang dengan kekayaan masakan Indonesia dalam satu kesempatan, sebagai bagian dari pengalaman terbang bersama Garuda Indonesia. Hidangan rijsttafel dalam penerbangan ini termasuk aneka hidangan khas Indonesia yang terkenal; pilihan nasi kuning atau nasi putih, dengan aneka hidangan seperti sate, rendang, gado-gado, ayam rica-rica, kakap saus acar kuning, sambal goreng udang, perkedel kentang, tempe, dan pilihan kerupuk atau rempeyek.[6] [7]

Lihat pula

Rujukan

Pranala luar