Lompat ke isi

Garam dapur: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
TheSelfish69 (bicara | kontrib)
Menambahkan sejarah, penggunaan, dan dampak dalam agama
TheSelfish69 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{inuse}}

[[Berkas:Table salt with salt shaker V1.jpg|jmpl|Garam dapur]]
[[Berkas:Table salt with salt shaker V1.jpg|jmpl|Garam dapur]]
'''Garam dapur''' adalah sejenis [[mineral]] yang dapat membuat rasa asin. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah [[Natrium klorida]] (NaCl) yang dihasilkan oleh air laut. Garam dalam bentuk alaminya adalah mineral kristal yang dikenal sebagai batu garam atau halite.
'''Garam dapur''' adalah sejenis [[mineral]] yang dapat membuat rasa asin. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah [[Natrium klorida]] (NaCl) yang dihasilkan oleh air laut. Garam dalam bentuk alaminya adalah mineral kristal yang dikenal sebagai batu garam atau halite.

Revisi per 24 Januari 2022 09.02

Garam dapur

Garam dapur adalah sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah Natrium klorida (NaCl) yang dihasilkan oleh air laut. Garam dalam bentuk alaminya adalah mineral kristal yang dikenal sebagai batu garam atau halite.

Garam sangat diperlukan tubuh, tetapi bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi).[1] Selain itu garam juga digunakan untuk mengawetkan makanan dan sebagai bumbu. Untuk mencegah penyakit gondok, garam dapur juga sering ditambahi yodium.[2]

Sejarah

Garam telah digunakan sejak zaman purba kala. Manusia pemburu pada zaman purba kala mengisi kembali garam yang mereka butuhkan dengan memakan daging hewan. Sebuah tulisan cina bernama Png-tzao-kan-mu, yang ditulis sekitar 4700 tahun yang lalu, membahas tentang penggunaan lebih dari 40 jenis garam. Tulisan itu juga membahas tentang dua metode untuk mendapatkan dan memproses garam yang masih manusia gunakan sampai sekarang.[3][4]

Beberapa bangsa yang sumber makanan utamanya hewan umumnya tidak menggunakan garam lagi dikarenakan kandungan garam pada daging yang sudah cukup. Tetapi bangsa yang bergantung pada agrikultur menggunakan garam dalam kehidupannya.

Garam memiliki pengaruh yang sangat besar pada sejarah; seperti menjadi sebuah alat tukar, sumber dari sebuah revolusi, dan lain-lain.

Beberapa pemerintahan, seperti pemerintahan Cina, menaruh pajak yang sangat besar pada penjualan garam. Garam juga digunakan oleh pedagang Yunani untuk membeli seorang budak. Para golongan pekerja juga dibayar menggunakan garam. Garam memilki dampak yang sangat tinggi, sehingga ketika garam dipaksa dipajak oleh Prancis, terjadi kehebohan. Kehebohan ini juga menjadi bara dalam api yang nantinya berubah menjadi Revolusi Prancis.[3][5][6]

Cara mendapatkan garam telah berubah seiring berkembangnya teknologi. Tetapi secara umum, terdapat dua cara mendapatkan garam yang masih dilakukan hingga zaman sekarang, yaitu dengan mengeringkan air yang mengandung garam atau menambangnya dari gua.[3][5]

Mengeringkan air adalah cara paling populer. Air yang mengandung garam dikeringkan dengan berbagai cara seperti dijemur atau direbus. Setelah semua air menguap, hanya akan ada kristal garam yang tersisa. Air garam dapat didapatkan dari air laut, danau, atau dari sebuah sumber mata air.

Pengunaan dalam makanan

Garam digunakan untuk menambahkan rasa asin pada makanan. Pengaruh garam juga dirasakan pada dunia kuliner. Seperti kata salad yang berasal dari kata salt. Kata ini bermula dari rakyat Roma yang memberi garam kepada sayur-sayuran mereka.[3] Selain sebagai penambah rasa, garam juga digunakan sebagai pemberi tekstur kepada makanan, dan juga sebagai pengawet.[7]

Garam sangatlah dibutuhkan oleh manusia. Setiap harinya, manusia memerlukan <amount of garam>. Meskipun dibutuhkan, garam hendaknya digunakan dengan bijak. Mengkonsumsi garam terlalu banyak dapat mengakibatkan <something here>

<might put kandungan here>

Pengaruh Garam dalam Agama

Garam memiliki pengaruh yang sangat besar, bahkan dalam agama. Pada Alkitab, garam disebutkan berkali kali <add details as to `why>.

<verse here about garam>

Pada "The Last Supper", salah satu lukisan terkenal Leonardo Da Vinci, digambarkan bahwa Yudas telah menumpahkan semangkuk garam. Menumpahkan garam dikenal sebagai sebuah pertanda buruk. Hingga saat ini, masih terdapat tradisi dimana seseorang hendaknya melemparkan sejumput garam pada pundak kiri mereka untuk mengusir Iblis atau Setan yang mungkin sedang menempel.[3][5]

Pada Agama Buddha, garam digunakan sebagai penangkal roh jahat. Buddha juga memiliki tradisi untuk melempar garam ke pundak kiri untuk mengusir makhluk-makhluk jahat yang menempel. Agama Shinto juga melakukan praktek dimana garam digunakan untuk memurnikan sebuah area.[3]

Mesi, Yunani, dan Romawi kuno memanggil tuhan mereka menggunakan sesajen berupa air dan garam. Beberapa orang mengganggap ini adalah asal muasal frasa air suci.[8]

Referensi

  1. ^ Kurangi Asupan Garam, Cegah Hipertensi, Kompas.com, diakses 24 Agustus 2011.
  2. ^ Tiroid, Pengatur Metabolisme Tubuh, Kompas.com, diakses 24 Agustus 2011.
  3. ^ a b c d e f "History of Salt". seasalt.com. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 
  4. ^ "Ancient Times". saltassociation.co.uk. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 
  5. ^ a b c "A Brief History of Salt". time.com. 15 Maret 1982. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 
  6. ^ Cowen, Richard (1 May 1999). "The Importance of Salt". Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 May 2016. Diakses tanggal 24 January 2022. 
  7. ^ Butler, Stephanie (22 Agustus 2022). "Off the Spice Rack: The Story of Salt". history.com. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 
  8. ^ "10+1 Things you may not know about Salt". Epikouria. Fall/Winter (3). 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Juli 2008. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 
Buku
Publikasi lainnya

Pranala luar