Garam dapur: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 20: | Baris 20: | ||
Garam digunakan untuk menambahkan rasa asin pada makanan. Pengaruh garam juga dirasakan pada dunia kuliner. Seperti kata salad yang berasal dari kata ''salt''. Kata ini bermula dari rakyat Roma yang memberi garam kepada sayur-sayuran mereka.<ref name=":0">{{Cite web|title=History of Salt|url=https://seasalt.com/salt-101/about-salt/history-of-salt|website=seasalt.com|access-date=24 Januari 2022}}</ref> Selain sebagai penambah rasa, garam juga digunakan sebagai pemberi tekstur kepada makanan, dan juga sebagai pengawet.<ref>{{Cite web|last=Butler|first=Stephanie|date=22 Agustus 2022|title=Off the Spice Rack: The Story of Salt|url=https://www.history.com/news/off-the-spice-rack-the-story-of-salt|website=history.com|access-date=24 Januari 2022}}</ref> |
Garam digunakan untuk menambahkan rasa asin pada makanan. Pengaruh garam juga dirasakan pada dunia kuliner. Seperti kata salad yang berasal dari kata ''salt''. Kata ini bermula dari rakyat Roma yang memberi garam kepada sayur-sayuran mereka.<ref name=":0">{{Cite web|title=History of Salt|url=https://seasalt.com/salt-101/about-salt/history-of-salt|website=seasalt.com|access-date=24 Januari 2022}}</ref> Selain sebagai penambah rasa, garam juga digunakan sebagai pemberi tekstur kepada makanan, dan juga sebagai pengawet.<ref>{{Cite web|last=Butler|first=Stephanie|date=22 Agustus 2022|title=Off the Spice Rack: The Story of Salt|url=https://www.history.com/news/off-the-spice-rack-the-story-of-salt|website=history.com|access-date=24 Januari 2022}}</ref> |
||
Dianjurkan untuk hanya mengkonsumsi sekitar 5 gram garam untuk orang dewasa setiap harinya.<ref>{{Cite web|date=29 April 2020|title=Salt reduction|url=https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/salt-reduction|website=who.int|access-date=24 Januari 2022}}</ref> Meskipun makhluk hidup memerlukan garam dalam tubuhnya, garam hendaknya digunakan dengan bijak. Mengkonsumsi garam terlalu banyak dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan kemungkinan |
Dianjurkan untuk hanya mengkonsumsi sekitar 5 gram garam untuk orang dewasa setiap harinya.<ref>{{Cite web|date=29 April 2020|title=Salt reduction|url=https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/salt-reduction|website=who.int|access-date=24 Januari 2022}}</ref> Meskipun makhluk hidup memerlukan garam dalam tubuhnya, garam hendaknya digunakan dengan bijak. Mengkonsumsi garam terlalu banyak dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan kemungkinan terkena serangan jantung. |
||
== Pengaruh Garam dalam Agama == |
== Pengaruh Garam dalam Agama == |
Revisi per 24 Januari 2022 11.16
Garam dapur adalah sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah Natrium klorida (NaCl) yang dihasilkan oleh air laut. Garam dalam bentuk alaminya adalah mineral kristal yang dikenal sebagai batu garam atau halite.
Garam sangat diperlukan tubuh, tetapi bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi).[1] Selain itu garam juga digunakan untuk mengawetkan makanan dan sebagai bumbu. Untuk mencegah penyakit gondok, garam dapur juga sering ditambahi yodium.[2]
Sejarah
Garam telah digunakan sejak zaman purba kala. Manusia pemburu pada zaman purba kala mengisi kembali garam yang mereka butuhkan dengan memakan daging hewan. Sebuah tulisan cina bernama Png-tzao-kan-mu, yang ditulis sekitar 4700 tahun yang lalu, membahas tentang penggunaan lebih dari 40 jenis garam. Tulisan itu juga membahas tentang dua metode untuk mendapatkan dan memproses garam yang masih manusia gunakan sampai sekarang.[3][4]
Beberapa bangsa yang sumber makanan utamanya hewan umumnya tidak menggunakan garam lagi dikarenakan kandungan garam pada daging yang sudah cukup. Tetapi bangsa yang bergantung pada agrikultur menggunakan garam dalam kehidupannya.
Garam memiliki pengaruh yang sangat besar pada sejarah; seperti menjadi sebuah alat tukar, sumber dari sebuah revolusi, dan lain-lain.
Beberapa pemerintahan, seperti pemerintahan Cina, menaruh pajak yang sangat besar pada penjualan garam. Garam juga digunakan oleh pedagang Yunani untuk membeli seorang budak. Para golongan pekerja juga dibayar menggunakan garam. Garam memilki dampak yang sangat tinggi, sehingga ketika garam dipaksa dipajak oleh Prancis, terjadi kehebohan. Kehebohan ini juga menjadi bara dalam api yang nantinya berubah menjadi Revolusi Prancis.[3][5][6]
Cara mendapatkan garam telah berubah seiring berkembangnya teknologi. Tetapi secara umum, terdapat dua cara mendapatkan garam yang masih dilakukan hingga zaman sekarang, yaitu dengan mengeringkan air yang mengandung garam atau menambangnya dari gua.[3][5]
Mengeringkan air adalah cara paling populer. Air yang mengandung garam dikeringkan dengan berbagai cara seperti dijemur atau direbus. Setelah semua air menguap, hanya akan ada kristal garam yang tersisa. Air garam dapat didapatkan dari air laut, danau, atau dari sebuah sumber mata air.
Penggunaan dalam makanan
Garam digunakan untuk menambahkan rasa asin pada makanan. Pengaruh garam juga dirasakan pada dunia kuliner. Seperti kata salad yang berasal dari kata salt. Kata ini bermula dari rakyat Roma yang memberi garam kepada sayur-sayuran mereka.[3] Selain sebagai penambah rasa, garam juga digunakan sebagai pemberi tekstur kepada makanan, dan juga sebagai pengawet.[7]
Dianjurkan untuk hanya mengkonsumsi sekitar 5 gram garam untuk orang dewasa setiap harinya.[8] Meskipun makhluk hidup memerlukan garam dalam tubuhnya, garam hendaknya digunakan dengan bijak. Mengkonsumsi garam terlalu banyak dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan kemungkinan terkena serangan jantung.
Pengaruh Garam dalam Agama
Garam memiliki pengaruh yang sangat besar, bahkan dalam agama.
Pada "The Last Supper", salah satu lukisan terkenal Leonardo Da Vinci, digambarkan bahwa Yudas telah menumpahkan semangkuk garam. Menumpahkan garam dikenal sebagai sebuah pertanda buruk. Hingga saat ini, masih terdapat tradisi dimana seseorang hendaknya melemparkan sejumput garam pada pundak kiri mereka untuk mengusir Iblis atau Setan yang mungkin sedang menempel.[3][5]
Pada Agama Buddha, garam digunakan sebagai penangkal roh jahat. Buddha juga memiliki tradisi untuk melempar garam ke pundak kiri untuk mengusir makhluk-makhluk jahat yang menempel. Agama Shinto juga melakukan praktek dimana garam digunakan untuk memurnikan sebuah area.[3]
Mesi, Yunani, dan Romawi kuno memanggil tuhan mereka menggunakan sesajen berupa air dan garam. Beberapa orang mengganggap ini adalah asal muasal frasa air suci.[9]
Referensi
- ^ Kurangi Asupan Garam, Cegah Hipertensi, Kompas.com, diakses 24 Agustus 2011.
- ^ Tiroid, Pengatur Metabolisme Tubuh, Kompas.com, diakses 24 Agustus 2011.
- ^ a b c d e f "History of Salt". seasalt.com. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
- ^ "Ancient Times". saltassociation.co.uk. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
- ^ a b c "A Brief History of Salt". time.com. 15 Maret 1982. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
- ^ Cowen, Richard (1 May 1999). "The Importance of Salt". Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 May 2016. Diakses tanggal 24 January 2022.
- ^ Butler, Stephanie (22 Agustus 2022). "Off the Spice Rack: The Story of Salt". history.com. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
- ^ "Salt reduction". who.int. 29 April 2020. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
- ^ "10+1 Things you may not know about Salt". Epikouria. Fall/Winter (3). 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Juli 2008. Diakses tanggal 24 Januari 2022.
- Buku
- Barber, Elizabeth Wayland (1999). The Mummies of Ürümchi. New York: W.W. Norton & Co. ISBN 0-393-32019-7. OCLC 48426519.
- Carusi, Cristina (2008). Il sale nel mondo greco, VI a.C.-III d.C.: luoghi di produzione, circolazione commerciale, regimi di sfruttamento nel contesto del Mediterraneo antico (dalam bahasa Spanish). Edipuglia. ISBN 9788872285428.
- Dalton, Dennis (1996). "Introduction to Civil Disobedience". Mahatma Gandhi: Selected Political Writings. Hackett Publishing Company. hlm. 71–73. ISBN 0-87220-330-1.
- Kurlansky, Mark (2002). Salt: A World History. New York: Walker & Co. ISBN 0-8027-1373-4. OCLC 48573453.
- Livingston, James V. (2005). Agriculture and soil pollution: new research. Nova Publishers. ISBN 1-59454-310-0.
- McGee, Harold (2004). On Food and Cooking (edisi ke-2nd). Scribner. ISBN 9781416556374.
- Multhauf, Robert (1996). Neptune's Gift. The Johns Hopkins University Press. ISBN 978-0801854699.
- Shahidi, Fereidoon; Shi, John; Ho, Chi-Tang (2005). Asian functional foods. Boca Raton: CRC Press. ISBN 0-8247-5855-2.
- Publikasi lainnya
- Caldwell, J. H.; Schaller, K. L.; Lasher, R. S.; Peles, E.; Levinson, S. R. (2000). "Sodium channel Nav1.6 is localized at nodes of Ranvier, dendrites, and synapses". Proceedings of the National Academy of Sciences. 97 (10): 5616–20. doi:10.1073/pnas.090034797. PMC 25877 . PMID 10779552.
- Dumler, F. (2009). "Dietary Sodium Intake and Arterial Blood Pressure". Journal of Renal Nutrition. 19 (1): 57–60. doi:10.1053/j.jrn.2008.10.006. PMID 19121772.
- Feldman, S. R. (2005). "Sodium Chloride". Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology. doi:10.1002/0471238961.1915040902051820.a01.pub2. ISBN 0471238961.
- Kostick, Dennis S. (1 November 2011). "Salt" (PDF). 2010 Minerals Yearbook. U.S. Geological Survey. Diakses tanggal 12 March 2013.
- Markel, H. (1987). ""When it rains it pours": Endemic goiter, iodized salt, and David Murray Cowie, MD". American Journal of Public Health. 77 (2): 219–229. doi:10.2105/AJPH.77.2.219. PMC 1646845 . PMID 3541654.
- McCarron, D. A.; Geerling, J. C.; Kazaks, A. G.; Stern, J. S. (2009). "Can Dietary Sodium Intake Be Modified by Public Policy?". Clinical Journal of the American Society of Nephrology. 4 (11): 1878–1882. doi:10.2215/CJN.04660709. PMID 19833911.
- Millero, F. J.; Feistel, R.; Wright, D. G.; McDougall, T. J. (2008). "The composition of Standard Seawater and the definition of the Reference-Composition Salinity Scale". Deep Sea Research Part I: Oceanographic Research Papers. 55: 50. doi:10.1016/j.dsr.2007.10.001.
- Potassium- and sodium ferrocyanides (PDF) (Laporan teknis). European Commission: Scientific Committee on Animal Nutrition. 3 December 2001.
- Schmeda-Hirschmann, G. (1994). "Tree ash as an Ayoreo salt source in the Paraguayan Chaco". Economic Botany. 48 (2): 159–162. doi:10.1007/BF02908207.
- Selwitz, R. H.; Ismail, A. I.; Pitts, N. B. (2007). "Dental caries". The Lancet. 369 (9555): 51–9. doi:10.1016/S0140-6736(07)60031-2. PMID 17208642.
- Strazzullo, P.; d'Elia, L.; Kandala, N. -B.; Cappuccio, F. P. (2009). "Salt intake, stroke, and cardiovascular disease: Meta-analysis of prospective studies". BMJ. 339: b4567. doi:10.1136/bmj.b4567. PMC 2782060 . PMID 19934192.
- Vaidya, B.; Chakera; Pearce (2011). "Treatment for primary hypothyroidism: Current approaches and future possibilities". Drug Design, Development and Therapy. 6: 1–11. doi:10.2147/DDDT.S12894. PMC 3267517 . PMID 22291465.
- Weller, Olivier; Dumitroaia, Gheorghe (December 2005). "The earliest salt production in the world: an early Neolithic exploitation in Poiana Slatinei-Lunca, Romania". Antiquity. 79 (306).
- Weller, Olivier; Brigand, Robin; Nuninger, Laure (2008). Spatial Analysis of Salt Springs Exploration in Moldavian Pre-Carpatic Prehistory (Romania) (PDF). Spatial dynamics of settlement and natural ressources: toward an integrated analysis over the long term from Prehistory to Middle Ages. University of Burgundy, Dijon, 23–25 June. ArchæDyn.
- Westphal, G.; Kristen, G.; Wegener, W.; Ambatiello, P.; Geyer, H.; Epron, B.; Bonal, C.; Steinhauser, G.; Götzfried, F. (2010). "Sodium Chloride". Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry. doi:10.1002/14356007.a24_317.pub4. ISBN 3527306730.
Pranala luar
Cari tahu mengenai Garam dapur pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Definisi dan terjemahan dari Wiktionary | |
Gambar dan media dari Commons | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
- (Inggris) The Carol Litchfield Collection on the History of Salt, Hagley Library
- (Indonesia) Macam-macam Garam Diarsipkan 2012-06-15 di Wayback Machine.