Lompat ke isi

Soemitro Djojohadikoesoemo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dirgayuza (bicara | kontrib)
k →‎Karier: - penambahan peran Sumitro untuk membangkrutkan Belanda, yang berujung ke KMB
Baris 66: Baris 66:
Soemitro meraih gelar doktor ekonomi dari ''Nederlandsche Economische Hogeschool'' (Sekolah Tinggi Ekonomi) di [[Rotterdam]], [[Belanda]] pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul ''Het Volkscredietwezen in de Depressie (''Kredit Rakyat di Masa Depresi'')''.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://tirto.id/kisah-sumitro-djojohadikusumo-dalam-menghadapi-para-penguasa-eCPh|title=Kisah Sumitro Djojohadikusumo dalam Menghadapi Para Penguasa|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-03-22}}</ref> Ia termasuk beruntung karena tidak semua pemuda keturunan priyayi bisa kuliah ekonomi disana, pada zaman sulit pasca [[Depresi Besar|depresi ekonomi dunia]].<ref name=":0" /> Selepas kuliah, ia tidak langsung kembali ke Indonesia karena kondisi perang saat itu dan bekerja di lembaga riset almamaternya.<ref name=":0" />
Soemitro meraih gelar doktor ekonomi dari ''Nederlandsche Economische Hogeschool'' (Sekolah Tinggi Ekonomi) di [[Rotterdam]], [[Belanda]] pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul ''Het Volkscredietwezen in de Depressie (''Kredit Rakyat di Masa Depresi'')''.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://tirto.id/kisah-sumitro-djojohadikusumo-dalam-menghadapi-para-penguasa-eCPh|title=Kisah Sumitro Djojohadikusumo dalam Menghadapi Para Penguasa|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-03-22}}</ref> Ia termasuk beruntung karena tidak semua pemuda keturunan priyayi bisa kuliah ekonomi disana, pada zaman sulit pasca [[Depresi Besar|depresi ekonomi dunia]].<ref name=":0" /> Selepas kuliah, ia tidak langsung kembali ke Indonesia karena kondisi perang saat itu dan bekerja di lembaga riset almamaternya.<ref name=":0" />


Soemitro pulang ke Indonesia pada tahun 1946 dan diangkat menjadi staf oleh Perdana Menteri [[Sutan Syahrir|Sutan Sjahrir]]. Ia bergabung ke [[Partai Sosialis Indonesia|Partai Sosialis]] yang dipimpin Sjahrir bersama [[Amir Sjarifoeddin|Amir Sjarifuddin]].<ref name=":0" /> Ia pernah menjadi Direktur Utama Banking Trading Center (BTC) yang berdagang di luar negeri dan sempat menjadi kuasa usaha Republik Indonesia di [[Washington, D.C.|Washington D.C.]], Amerika Serikat. Soemitro juga menjadi dosen ekonomi di [[Universitas Indonesia]]. Ia adalah pendiri sekaligus dekan pertama [[Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia|Fakultas Ekonomi UI]].<ref>{{Cite book|title=Apa & siapa sejumlah orang Indonesia 1981-1982|last=|first=Tim Redaksi Majalah TEMPO|date=1981|publisher=Graffiti Pers|isbn=|location=Jakarta|pages=134|url-status=live}}</ref>
Soemitro pulang ke Indonesia pada tahun 1946 dan diangkat menjadi staf oleh Perdana Menteri [[Sutan Syahrir|Sutan Sjahrir]]. Ia bergabung ke [[Partai Sosialis Indonesia|Partai Sosialis]] yang dipimpin Sjahrir bersama [[Amir Sjarifoeddin|Amir Sjarifuddin]].<ref name=":0" /> Ia pernah menjadi Direktur Utama Banking Trading Center (BTC) yang berdagang di luar negeri dan sempat menjadi kuasa usaha Republik Indonesia di [[Washington, D.C.|Washington D.C.]] dan [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|Perserikatan Bangsa Bangsa]], Amerika Serikat. Soemitro juga menjadi dosen ekonomi di [[Universitas Indonesia]]. Ia adalah pendiri sekaligus dekan pertama [[Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia|Fakultas Ekonomi UI]].<ref>{{Cite book|title=Apa & siapa sejumlah orang Indonesia 1981-1982|last=|first=Tim Redaksi Majalah TEMPO|date=1981|publisher=Graffiti Pers|isbn=|location=Jakarta|pages=134|url-status=live}}</ref>


Sumitro dikenal aktif menulis, dengan cakupan khusus masalah ekonomi. Buku terakhir ia tulis adalah Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Selama 1942-1994, Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris.
Sumitro dikenal aktif menulis, dengan cakupan khusus masalah ekonomi. Buku terakhir ia tulis adalah Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Selama 1942-1994, Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris.


Sumitro memperoleh banyak penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya, Bintang Mahaputra Adipradana (II), Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia, ''Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant'', ''First Class'' dari Kerajaan Thailand, ''Grand Cross of the Crown'' dari Kerajaan Belgia, serta yang lainnya dari Republik Tunisia dan Prancis.(RSB)
Sumitro memperoleh banyak penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya, Bintang Mahaputra Adipradana (II), Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia, ''Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant'', ''First Class'' dari Kerajaan Thailand, ''Grand Cross of the Crown'' dari Kerajaan Belgia, serta yang lainnya dari Republik Tunisia dan Prancis.

=== Era Perang Kemerdekaan Indonesia ===
Saat menjadi kuasa usaha Republik Indonesia di Perserikatan Bangsa Bangsa, Sumitro mendorong [[Menteri Luar Negeri Amerika Serikat]] Robert A. Lovett untuk menghentikan bantuan pembangunan [[Rencana Marshall]] yang diberikan oleh Amerika ke Belanda. Sebab, bantuan pembangunan ini diselewengkan oleh Belanda untuk membiayai [[Agresi Militer Belanda II|Agresi Militer Belanda]] di Indonesia.

Memorandum Sumitro ke Robert A. Lovett yang diterbitkan harian [[The New York Times|New York Times]] pada 21 Desember 1948 berhasil mencapai tujuannya. Karena kehabisan uang, Belanda terpaksa mengadakan [[Konferensi Meja Bundar]] dan mengakui kedaulatan Indonesia.


=== Era Orde Lama ===
=== Era Orde Lama ===
Baris 81: Baris 86:
Soemitro menikah dengan Dora Marie Sigar ketika belajar di Belanda. Dora adalah mahasiswa ilmu keperawatan pasca bedah di Utrecht berdarah Minahasa yang ditemuinya dalam sebuah acara yang diadakan oleh ''Indonesia Christen Jongeren'' (Mahasiswa Kristen Indonesia). Orangtua Dora saat itu adalah pejabat kelas tinggi sehingga berstatus layaknya warga negara Belanda.<ref name=":0" />
Soemitro menikah dengan Dora Marie Sigar ketika belajar di Belanda. Dora adalah mahasiswa ilmu keperawatan pasca bedah di Utrecht berdarah Minahasa yang ditemuinya dalam sebuah acara yang diadakan oleh ''Indonesia Christen Jongeren'' (Mahasiswa Kristen Indonesia). Orangtua Dora saat itu adalah pejabat kelas tinggi sehingga berstatus layaknya warga negara Belanda.<ref name=":0" />


Mereka menikah pada 7 Januari 1947 meski berbeda agama, kemudian tinggal di daerah Matraman, Jakarta.<ref name=":0" /> Anak pertamanya bernama Biantiningsih Miderawati, merupakan sarjana pendidikan dari Harvard. Anak keduanya bernama Mariani Ekowati, seorang ahli mikrobiologi. Anak ketiganya Prabowo Subianto yang saat ini menjadi politikus Partai Gerindra. Anak bungsunya Hashim Sujono saat ini menjadi pebisnis grup Arsari.<ref name=":0" />
Mereka menikah pada 7 Januari 1947 meski berbeda agama, kemudian tinggal di daerah Matraman, Jakarta.<ref name=":0" /> Anak pertamanya bernama Biantiningsih Miderawati, merupakan sarjana pendidikan dari Harvard. Anak keduanya bernama Mariani Ekowati, seorang ahli mikrobiologi. Anak ketiganya [[Prabowo Subianto]] yang saat ini menjadi Ketua Umum [[Partai Gerakan Indonesia Raya|Partai Gerindra]] dan [[Daftar Menteri Pertahanan Indonesia|Menteri Pertahanan]]. Anak bungsunya [[Hashim Djojohadikusumo|Hashim Sujono]] saat ini menjadi pebisnis grup Arsari.<ref name=":0" />


== Wafat ==
== Wafat ==

Revisi per 7 Mei 2022 08.15

Soemitro Djojohadikoesoemo
Menteri Negara Riset Indonesia ke-3
Masa jabatan
28 Maret 1973 – 28 Maret 1978
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Suhadi Reksowardojo
(Kabinet Dwikora III, 1966)
Pengganti
B. J. Habibie
Sebelum
Menteri Keuangan Indonesia ke-8
Masa jabatan
3 April 1952 – 30 Juli 1953
PresidenSoekarno
Perdana MenteriWilopo
Sebelum
Pengganti
Ong Eng Die
Sebelum
Masa jabatan
12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956
PresidenSoekarno
Perdana MenteriBurhanuddin Harahap
Sebelum
Pendahulu
Ong Eng Die
Sebelum
Menteri Perdagangan Indonesia 7
Masa jabatan
6 Juni 1968 – 28 Maret 1973
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
M. Jusuf
Sebelum
Menteri Perdagangan dan Perindustrian Indonesia
Masa jabatan
6 September 1950 – 27 April 1951
PresidenSoekarno
Perdana MenteriMohammad Natsir
Informasi pribadi
Lahir(1917-05-29)29 Mei 1917
Kebumen, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal9 Maret 2001(2001-03-09) (umur 83)
Jakarta, Indonesia
Partai politikPartai Sosialis Indonesia
Suami/istriDora Marie Sigar
AnakBiantiningsih Miderawati Djiwandono
Marjani Ekowati le Maistre
Prabowo Subianto
Hashim Djojohadikusumo
Alma materUniversitas Sorbonne
PekerjaanEkonom, politikus
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo (29 Mei 1917 – 9 Maret 2001) adalah salah seorang ekonom Indonesia yang terkenal. Murid-muridnya banyak yang berhasil menjadi menteri pada era Suharto seperti J.B. Sumarlin, Ali Wardhana, dan Widjojo Nitisastro. Selain itu, Soemitro juga merupakan ayah dari mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) ke-15 dan Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ayah mertua dari mantan Gubernur Bank Indonesia, Soedradjad Djiwandono, dan juga besan dari Presiden Indonesia Ke-2, Soeharto.

Soemitro adalah anak dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua DPAS pertama dan anggota BPUPKI.

Dalam pemerintahan, posisi yang pernah diembannya adalah sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Riset atau Menristek saat ini.

Karier

Delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar. Tampak Sumitro duduk di tepi kiri.

Soemitro meraih gelar doktor ekonomi dari Nederlandsche Economische Hogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, Belanda pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie (Kredit Rakyat di Masa Depresi).[1] Ia termasuk beruntung karena tidak semua pemuda keturunan priyayi bisa kuliah ekonomi disana, pada zaman sulit pasca depresi ekonomi dunia.[1] Selepas kuliah, ia tidak langsung kembali ke Indonesia karena kondisi perang saat itu dan bekerja di lembaga riset almamaternya.[1]

Soemitro pulang ke Indonesia pada tahun 1946 dan diangkat menjadi staf oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Ia bergabung ke Partai Sosialis yang dipimpin Sjahrir bersama Amir Sjarifuddin.[1] Ia pernah menjadi Direktur Utama Banking Trading Center (BTC) yang berdagang di luar negeri dan sempat menjadi kuasa usaha Republik Indonesia di Washington D.C. dan Perserikatan Bangsa Bangsa, Amerika Serikat. Soemitro juga menjadi dosen ekonomi di Universitas Indonesia. Ia adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ekonomi UI.[2]

Sumitro dikenal aktif menulis, dengan cakupan khusus masalah ekonomi. Buku terakhir ia tulis adalah Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Selama 1942-1994, Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris.

Sumitro memperoleh banyak penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya, Bintang Mahaputra Adipradana (II), Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia, Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant, First Class dari Kerajaan Thailand, Grand Cross of the Crown dari Kerajaan Belgia, serta yang lainnya dari Republik Tunisia dan Prancis.

Era Perang Kemerdekaan Indonesia

Saat menjadi kuasa usaha Republik Indonesia di Perserikatan Bangsa Bangsa, Sumitro mendorong Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Robert A. Lovett untuk menghentikan bantuan pembangunan Rencana Marshall yang diberikan oleh Amerika ke Belanda. Sebab, bantuan pembangunan ini diselewengkan oleh Belanda untuk membiayai Agresi Militer Belanda di Indonesia.

Memorandum Sumitro ke Robert A. Lovett yang diterbitkan harian New York Times pada 21 Desember 1948 berhasil mencapai tujuannya. Karena kehabisan uang, Belanda terpaksa mengadakan Konferensi Meja Bundar dan mengakui kedaulatan Indonesia.

Era Orde Lama

Sumitro pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian (1950-1951) dan Menteri Keuangan (1952-1953).[1] Namun, keterlibatannya dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra berpengaruh pada kariernya. Ketika bergabung dengan PRRI, pemerintahan Sukarno menuduhnya terlibat tindak korupsi. Keterlibatan Sumitro dalam PRRI berdampak bagi PSI yang kemudian dibubarkan tahun 1960.[1] Akhirnya, ia menumpang tinggal dari satu negara ke negara lainnya bersama istri dan anak-anaknya dan baru kembali ke Indonesia pada era Orde Baru.[1]

Era Orde Baru

Di era Soeharto, Soemitro diangkat sebagai Menteri Perdagangan (1968-1972) dan Menteri Negara Riset (1972-1978).[1]

Keluarga

Soemitro menikah dengan Dora Marie Sigar ketika belajar di Belanda. Dora adalah mahasiswa ilmu keperawatan pasca bedah di Utrecht berdarah Minahasa yang ditemuinya dalam sebuah acara yang diadakan oleh Indonesia Christen Jongeren (Mahasiswa Kristen Indonesia). Orangtua Dora saat itu adalah pejabat kelas tinggi sehingga berstatus layaknya warga negara Belanda.[1]

Mereka menikah pada 7 Januari 1947 meski berbeda agama, kemudian tinggal di daerah Matraman, Jakarta.[1] Anak pertamanya bernama Biantiningsih Miderawati, merupakan sarjana pendidikan dari Harvard. Anak keduanya bernama Mariani Ekowati, seorang ahli mikrobiologi. Anak ketiganya Prabowo Subianto yang saat ini menjadi Ketua Umum Partai Gerindra dan Menteri Pertahanan. Anak bungsunya Hashim Sujono saat ini menjadi pebisnis grup Arsari.[1]

Wafat

Soemitro meninggal dunia di Rumah Sakit Dharma Nugraha, Jalan Balai Pustaka, Rawamangun, Jakarta Timur pada 9 Maret 2001 dalam usia 84 tahun setelah cukup lama menderita penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah.[3] Jenazah disemayamkan di rumah duka, Jalan Metro Kencana IV/22, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Banyak sekali pelayat yang hadir, di antaranya pengusaha Dali Tahir, pasangan pengusaha keturunan India Marimutu Manimaren dan Marimutu Sinivasan, Prof. Widjojo Nitikusumo beserta istrinya, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Eddy Nalapraya, tokoh Petisi 50 Kemal Idris, pengusaha Ciputra dan tokoh Poros Tengah, Fuad Bawazier, Menteri Pendidikan Fuad Hasan dan mantan Wakil Presiden Try Sutrisno. Sesuai wasiatnya agar dimakamkan dengan cara dan di tempat sederhana, pihak keluarga pun memilih Taman Pemakaman Umum Karet Bivak Blok A III sebagai tempat persemayaman terakhir begawan ekonomi ini.[4]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k "Kisah Sumitro Djojohadikusumo dalam Menghadapi Para Penguasa". tirto.id. Diakses tanggal 2020-03-22. 
  2. ^ Apa & siapa sejumlah orang Indonesia 1981-1982. Jakarta: Graffiti Pers. 1981. hlm. 134. 
  3. ^ https://m.liputan6.com/news/read/9221/sumitro-djojohadikusumo-meninggal-dunia
  4. ^ "Sumitro Minta Dimakamkan Secara Sederhana". Tempo.co. 29 Oktober 2003. Diakses tanggal 16 Desember 2018. 

Sumber

Tulisan

  • (Belanda) Raden Mas Soemitro Djojohadikoesoemo (1943) Het volkscredietwezen in de depressie, Harlem: Bohn
  • (Indonesia) Sumitro Joyohadikusumo (1947) Beberapa soal keuangan, Djakarta: Poestaka Rakjat
  • (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1946) Soal bank di Indonesia, Djakarta: Poestaka Rakjat
  • (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1952) Laporan devisen tahun 1950 dan 1951, Djakarta: Kementerian Keuangan
  • (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1954) Pandangan tjara2 menghadapi kesukaran2 ekonomi di Indonesia, Kementerian penerangan Republik Indonesia
  • (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1954) Koperasi-koperasi di luar Indonesia, Djakarta: Kementerian PP dan K
  • (Indonesia) Soemitro Djojohadikoesoemo (1977) Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk mendukung pembangunan hankanmas
  • (Indonesia) Rezi M Putra (2022) Manusia fana

Pranala luar

Jabatan politik
Didahului oleh:
Suhadi Reksowardojo
(Kabinet Dwikora III, 1966)
Menteri Negara Riset Indonesia
1973–1978
Diteruskan oleh:
Bacharuddin Jusuf Habibie
Didahului oleh:
M. Jusuf
Menteri Perdagangan Indonesia
1968–1973
Diteruskan oleh:
Radius Prawiro
Didahului oleh:
Ong Eng Die
Menteri Keuangan Indonesia
1955–1956
Diteruskan oleh:
Jusuf Wibisono
Didahului oleh:
Jusuf Wibisono
Menteri Keuangan Indonesia
1951–1952
Diteruskan oleh:
Ong Eng Die
Didahului oleh:
Tandiono Manu
Menteri Perdagangan dan Perindustrian Indonesia
1950–1951
Diteruskan oleh:
Sujono Hadinoto