[[Berkas:Stasiun Ngawi 2019.jpg|pus|jmpl|[[Stasiun Ngawi]] di [[Paron, Ngawi|Kecamatan Paron]]]]
[[Berkas:Stasiun Ngawi 2019.jpg|pus|jmpl|[[Stasiun Ngawi]] di [[Paron, Ngawi|Kecamatan Paron]]]]
Kabupaten ini juga dilintasi jalur [[kereta api]] Surabaya-Yogyakarta-Bandung/Jakarta, namun tidak melewati ibu kota kabupaten. [[Stasiun kereta api]] terdapat di [[Stasiun Geneng|Geneng]], [[Stasiun Ngawi|Ngawi]], [[Stasiun Kedunggalar|Kedunggalar]], dan [[Stasiun Walikukun|Walikukun]]. Untuk [[Stasiun Ngawi|Stasiun Ngawi]] sendiri tidak terletak di ibukota kabupaten, tetapi letak bangunan fisiknya ada di kecamatan Paron.
Kabupaten ini juga dilintasi jalur [[kereta api]] Surabaya-Yogyakarta-Bandung/Jakarta, namun tidak melewati ibu kota kabupaten. [[Stasiun kereta api]] terdapat di [[Stasiun Geneng|Geneng]], [[Stasiun Ngawi|Ngawi]], [[Stasiun Kedunggalar|Kedunggalar]], dan [[Stasiun Walikukun|Walikukun]]. Untuk [[Stasiun Ngawi|Stasiun Ngawi]] sendiri tidak terletak di ibukota kabupaten, tetapi letak bangunan fisiknya ada di kecamatan Paron.
Baris 166:
Baris 167:
=== Angkutan Jalan Raya ===
=== Angkutan Jalan Raya ===
[[Berkas:Jalan Raya Ngawi-Solo.jpg|pus|jmpl|Jalan Raya Ngawi-Solo, Desa Sidowayah [[Kedunggalar, Ngawi|Kecamatan Kedunggalar]]]]
[[Berkas:Jalan Raya Ngawi-Solo.jpg|pus|jmpl|Jalan Raya Ngawi-Solo, Desa Sidowayah [[Kedunggalar, Ngawi|Kecamatan Kedunggalar]]]]
Kabupaten Ngawi dilalui [[Jalan Nasional Rute 17|Jalan Raya Nasional 17]] yang menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta di barat dengan Caruban dan Surabaya di timur, serta [[Jalan Nasional Rute 30|Jalan Raya Nasional 30]] yang menghubungkan Bojonegoro di utara dengan Madiun dan Magetan (Maospati) di selatan. Persimpangan jalan raya itu terletak tepat di Kota Ngawi, sehingga Kota Ngawi dalam perkembangannya dari waktu ke waktu selalu ramai dilintasi berbagai kendaraan. Tidak hanya itu, ada pula jalan antar kabupaten yang saling bersambungan. Dimulai dari [[Ngawi, Ngawi|Kota Ngawi]] ke selatan arah Paron lurus terus ke arah Jogorogo, kemudian membentuk persimpangan tiga. Ke timur menuju Kendal dan bersambung ke Magetan hingga Madiun, sedangkan ke barat menuju ke Sine hingga sampai ke Sragen (Jawa Tengah). Dari Kota Ngawi ke utara nanti ke arah Bojonegoro dan Blora (Jawa Tengah). Selain jalan antar kabupaten, Kabupaten Ngawi juga ada jalan alternatif yang dapat dilalui kendaraan apabila Jalan Raya Nasional mengalami gangguan, semisal banjir akibat luapan sungai, kemacetan panjang hingga insiden kecelakaan dan lain sebagainya. Sehingga jalan alternatif ini diperlukan untuk mendukung transportasi serta sebagai "jalur terobosan" untuk para pengguna jalan yang ingin cepat sampai tujuan. Jalan alternatif ini saling terkoneksi semua kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi.
Kabupaten Ngawi dilalui [[Jalan Nasional Rute 17|Jalan Raya Nasional 17]] yang menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta di barat dengan Caruban dan Surabaya di timur, serta [[Jalan Nasional Rute 30|Jalan Raya Nasional 30]] yang menghubungkan Bojonegoro di utara dengan Madiun dan Magetan (Maospati) di selatan. Persimpangan jalan raya itu terletak tepat di Kota Ngawi, sehingga Kota Ngawi dalam perkembangannya dari waktu ke waktu selalu ramai dilintasi berbagai kendaraan. Tidak hanya itu, ada pula jalan antar kabupaten yang saling bersambungan. Dimulai dari [[Ngawi, Ngawi|Kota Ngawi]] ke selatan arah Paron lurus terus ke arah Jogorogo, kemudian membentuk persimpangan tiga. Ke timur menuju Kendal dan bersambung ke Magetan hingga Madiun, sedangkan ke barat menuju ke Sine hingga sampai ke Sragen (Jawa Tengah). Dari Kota Ngawi ke utara nanti ke arah Bojonegoro dan Blora (Jawa Tengah). Selain jalan antar kabupaten, Kabupaten Ngawi juga ada jalan alternatif yang dapat dilalui kendaraan apabila Jalan Raya Nasional mengalami gangguan, semisal banjir akibat luapan sungai, kemacetan panjang hingga insiden kecelakaan dan lain sebagainya. Sehingga jalan alternatif ini diperlukan untuk mendukung transportasi serta sebagai "jalur terobosan" untuk para pengguna jalan yang ingin cepat sampai tujuan. Jalan alternatif ini saling terkoneksi semua kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi.
=== Jalan Tol ===
=== Jalan Tol ===
{{main|Jalan Tol Solo–Ngawi}}
[[Berkas:Gerbang Tol Ngawi.jpg|pus|jmpl|Gerbang Tol Ngawi]]
[[Berkas:Gerbang Tol Ngawi.jpg|pus|jmpl|Gerbang Tol Ngawi]]
Kabupaten Ngawi juga termasuk daerah yang dilintasi Tol Trans Jawa, jalan Tol yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya. Dan masuk lintas segmen Tol Solo–Kertosono. Rincian pembagiannya yaitu di sisi barat ada Tol Solo–Ngawi, sedangkan di sisi timur ada Tol Ngawi–Kertosono, yang sejajar dengan jalur kereta api lintas selatan Jawa. Gerbang Tol Ngawi menjadi titik keluar masuk kendaraan yang akan menuju ke/dari [[Ngawi, Ngawi|Kota Ngawi]].
Kabupaten Ngawi juga termasuk daerah yang dilintasi Tol Trans Jawa, jalan Tol yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya. Dan masuk lintas segmen Tol Solo–Kertosono. Rincian pembagiannya yaitu di sisi barat ada Tol Solo–Ngawi, sedangkan di sisi timur ada Tol Ngawi–Kertosono, yang sejajar dengan jalur kereta api lintas selatan Jawa. Gerbang Tol Ngawi menjadi titik keluar masuk kendaraan yang akan menuju ke/dari [[Ngawi, Ngawi|Kota Ngawi]].
Revisi per 8 November 2022 02.23
Halaman ini berisi artikel tentang kabupaten. Untuk kecamatan bernama sama, lihat Ngawi, Ngawi. Untuk kegunaan lain, lihat Ngawi.
Peringatan
Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:
Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus
Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat [email protected] atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
Kata Ngawi berasal dari kata awi, bahasa Jawa Kuno yang berarti bambu dan mendapat imbuhan kata ng sehingga menjadi Ngawi. Dulu Ngawi banyak terdapat pohon bambu. Seperti halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang di kaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan. Seperti Ngawi menunjukkan suatu tempat yang di sekitar pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang banyak ditumbuhi bambu.[3]
Nama ngawi berasal dari “awi” atau “bambu” yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “ng” menjadi “ngawi”. Apabila diperhatikan, di Indonesia khususnya jawa, banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang dikaitkan dengan flora, seperti: Ciawi, Waringin Pitu, Pelem, Pakis, Manggis dan lain-lain.
Sejarah
Hari Jadi
Penelusuran Hari jadi Ngawi dimulai dari tahun 1975, dengan dikeluarkannya SK Bupati KDH Tk. II Ngawi Nomor Sek. 13/7/Drh, tanggal 27 Oktober 1975 dan nomor Sek 13/3/Drh, tanggal 21 April 1976. Ketua Panitia Penelitian atau penelusuran yang di ketuai oleh DPRD Kabupaten Dati II Ngawi. Dalam penelitian banyak ditemui kesulitan-kesulitan terutama narasumber atau para tokoh-tokoh masayarakat, namun mereka tetap melakukan penelitian lewat sejarah, peninggalalan purbakala dan dokumen-dokumen kuno.
Di dalam kegiatan penelusuran tersebut dengan melalui proses sesuai dengan hasil sebagai berikut:
Pada tanggal 31 Agustus 1830, pernah ditetapkan sebagai Hari Jadi Ngawi dengan Surat Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi tanggal 31 Maret 1978, Nomor Sek. 13/25/DPRD, yaitu berkaitan dengan ditetapkan Ngawi sebagai Order Regentschap oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Pada tanggal 30 September 1983, dengan Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi nomor 188.170/2/1983, ketetapan diatas diralat dengan alasan bahwa tanggal 31 Agustus 1830 sebagai Hari Jadi Ngawi dianggap kurang Nasionalis, pada tanggal dan bulan tersebut justru dianggap memperingati kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
Menyadari hal tersebut Pada tanggal 13 Desember 1983 dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi nomor 143 tahun 1983, dibentuk Panitia/Tim Penelusuran dan penulisan Sejarah Ngawi yang diktuai oleh Drs. Bapak Moestofa.
Pada tanggal 14 Oktober di sarangan telah melaksanakan simposium membahas Hari Jadi Ngawi oleh Bapak MM.Soekarto
K, Atmodjo dan Bapak MM. Soehardjo Hatmosoeprobo dengan hasil symposium tersebut menetapkan:
Menerima hasil penelusuran Bapak Soehardjo Hatmosoeprobo tentang Piagam Sultan Hamengku Buwono tanggal 2 Jumadilawal 1756 Aj, selanjutkan menetapkan bahwa pada tanggal 10 November 1828 M, Ngawi ditetapkan sebagai daerah Narawita (pelungguh) Bupati Wedono Monco Negoro Wetan. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari perjalanan Sejarah Ngawi pada zaman kekuasaan Sultan Hamengku Buwono.
Menerima hasil penelitian Bapak MM. Soekarto K. Atmodjo tentang Prasasti Canggu tahun 1280 Saka pada masa pemerintahan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk. Selanjutmya menetapkan bahwa pada tanggal 7 Juli 1358 M, Ngawi ditetapkan sebagai Naditirapradesa (daerah penambangan) dan daerah swatantra. Peristiwa tersebut merupakan Hari Jadi Ngawi sepanjang belum diketahui data baru yang lebih tua.
Melalui Surat Keputusan nomor: 188.70/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 DPRD Kabupaten Dati II Ngawi telah menyetujui tentang penetapan Hari Jadi Ngawi yaitu pada tanggal 7 Juli 1358 M. Dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi No. 04 Tahun 1987 pada tanggal 14 Januari 1987. Namun Demikian tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelusuran lebih lanjut serta menerima masukan yang berkaitan dengan sejarah Ngawi sebagai penyempurnaan di kemudian hari.[3]
Geografi
Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.395,80 km2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 558,4 km2 berupa lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 19 kecamatan dan 217 desa, di mana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan juga terdapat pula 971 Dusun atau Kampung. Pada tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) wilayah Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan, 2 diantaranya adalah kecamatan baru yang merupakan hasil pemekaran dari suatu kecamatan, yakni kecamatan Kasreman adalah pemekaran dari kecamatan Padas, sedangkan kecamatan Gerih adalah pemekaran dari kecamatan Geneng.
Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7°21’–7°62’ Lintang Selatan dan 111°11’–111°67’ Bujur Timur. Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat 4 kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki dan sebagian di lereng Gunung Lawu. Bagian utara merupakan perbukitan, bagian dari Pegunungan Kendeng. Bagian barat daya adalah kawasan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Lawu.[4][5][6]
Batas wilayah
Kabupaten Ngawi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah, yaitu:
Berdasarkan ketinggian tempat, Kabupaten Ngawi terletak pada ketinggian antara 47 – 500 meter dpal meliputi Kecamatan Ngawi, Geneng, Gerih, Padas, Paron, Kasreman, Karangjati, Bringin, Pangkur, Mantingan, Widodaren, Kedunggalar, Pitu, Karanganyar (untuk wilayah Karanganyar tidak dapat disebutkan sebagai Wilayah Tanah Usaha karena tepat di area pegunungan Kendeng yang memiliki tanah kurang subur), Kwadungan dan sebagian wilayah Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe, dan Kendal. Ketinggian antara 500 – 1000 meter dpal meliputi Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, dan Kendal.
Kondisi topografi Kabupaten Ngawi jika dikaitkan dengan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU) dibedakan atas:
Ketinggian 25 – 100 mdpl seluas 73.398 Ha (53, 63%), yang terletak pada Kecamatan Geneng, Gerih, Karangjati, Kedunggalar, Kendal, Kwadungan, Mantingan, Ngawi, Padas, Kaserman, Pangkur, Paron, Pitu, Widodaren, dan Bringin.
Ketinggian 100 – 500 mdpl seluas 47.600 Ha (36,73%), meliputi daerah kecamatan Bringin, Jogorogo, Karangjati, Kendal dan Sine serta Gerih, Kedunggalar, Mantingan, Pitu, Widodaren, Ngawi, Ngrambe, Padas, dan sebagian kecil wilayah kecamatan Paron.
Ketinggian 500 – 1.000 mdpl seluas 5.075 Ha (3,92%) terdapat di Kecamatan Jogorogo, Kendal, Sine, dan Ngrambe.
Ketinggian >1.000 mdpl seluas 3.515 Ha (2,71%) meliputi kecamtan Jogorogo, Kendal, Ngrambe, dan Sine.[6]
Geologi
Kondisi geologi di Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi yang berdasarkan proses geologi yang terjadi di masa lampau, maka jenis batuan induknya dapat dibedakan sebagai berikut:
Alluvium, jenis batuan Alluvium terdapat di wilayah dataran rendah, dengan kemiringan lahan 0 – 2% dan ketinggian 25 – 100 meter dpal serta kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah sedang. Umumnya jenis batuan induk ini terdapat di Kecamatan Geneng, Gerih, Ngawi, Padas, Kaserman, Karangjati dan terdapat di seluruh wilayah Kecamatan Kwadungan serta Kecamatan Pangkur.
Miocene Limestone Facies, proses terjadinya dan lokasi jenis batuan induk Miocene limestone facies terdapat di wilayah dataran rendah dengan kemiringan lahan 0–2% dan 2–15% dan ketinggian 25 – 100 meter dpal serta kedalaman efektif tanah kurang dari 30 cm dengan tekstur tanah sedang. Umumnya jenis batuan induk ini terdapat di Kecamatan Pitu, Ngawi, Padas, Kaserman, Bringin, dan Karangjati.
Young Quartenary Vulcanic Product, batuan ini terdapat di wilayah dataran rendah dan tinggi dengan kemiringan tanah 0 – 40% dan ketinggian 25 – 100 meter dpal serta kedalaman efektif tanah kurang dari 30 cm dengan tekstur tanahhalus, sedang sampai kasar. Umumnya jenis batuan induk ini terdapat di Kecamatan Mantingan, Widodaren, Ngawi, Sine dan di seluruh wilayah Kecamatan Paron, Geneng, Gerih, Ngrambe, Jogorogo, dan Kendal.
Plestosen Sedimentary Facies, batuan induk ini terdapat di sebagian kecil Kecamatan Ngawi, Padas, dan Karangjati. Bahan batuan induk terletak pada ketinggian 25 – 500 meter dpal dengan kemiringan lahan 0 – 40% dan kedalaman tanah kurang dari 30 cm dan 30 – 60 cm.
Pleocine Sedimentary Facies, batuan induk ini terdapat di sebagian Kecamatan Mantingan dan Widodaren, sebagian besar wilayah Kecamatan Pitu, dan sebagian kecil Kecamatan Ngawi, Padas, dan Bringin. Bahan batuan induk ini terdapat di wilauah dengan ketinggian 25 – 500 meter dpal denga kemiringan lahan 0 – 40% dan kedalaman efektif tanah kurang dari 90%.
Miocene Sedimentary Facies, batuan ini terdapat di Kecamatan Mantingan, Pitu, Ngawi, Padas, Kaserman, Bringin, Karangjati, dan Sine. Bahan batuan induk ini umumnya terdapat pada wilayah dengan ketinggian 25 – 500 meter dpal dengan kemiringan 2 – 25% dan kedalaman efektif tanah kurang dari 90 cm.[6]
Iklim
Iklim di Kabupaten Ngawi adalah iklim tropis. Suhu udara di wilayah Kabupaten Ngawi bervariasi sebagai akibat dari tingkat elevasi tanah, tetapi secara umum suhu udara di wilayah Kabupaten Ngawi berkisar antara 20°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi berkisar antara 68–85%.
. Wilayah Kabupaten Ngawi beriklim muson tropis (Am) berdasarkan klasifikasi iklim Koppen. Terdapat dua musim di wilayah ini yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yaitu musim kemarau yang dipengaruhi angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat laut yang bersifat basah dan lembap. Musim kemarau di wilayah Ngawi berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sedangkan musim penghujan di wilayah ini berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 280 mm per bulan. Curah hujan di wilayah Kabupaten Ngawi berkisar antara 1.500–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–140 hari hujan per tahun.
Ngawi terdiri dari 19 kecamatan, 4 kelurahan, dan 213 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Ibu kotanya adalah Kecamatan Ngawi. Pada tahun 2022, jumlah penduduknya mencapai 897.478 jiwa dengan luas wilayah 1.395,80 km² dan kepadatan penduduknya 643 jiwa/km².[12][13][14]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ngawi, adalah sebagai berikut:
Kabupaten Ngawi dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, jalur utama Cepu, Bojonegoro-Madiun dan menjadi gerbang utama Jawa Timur jalur tengah dan selatan. Kabuapten Ngawi juga sebagai tempat transit untuk kendaraan yang mengarah ke Bojonegoro (via Padangan) di utara atau ke Madiun/Magetan (via Geneng/Maospati) di selatan.
Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api Surabaya-Yogyakarta-Bandung/Jakarta, namun tidak melewati ibu kota kabupaten. Stasiun kereta api terdapat di Geneng, Ngawi, Kedunggalar, dan Walikukun. Untuk Stasiun Ngawi sendiri tidak terletak di ibukota kabupaten, tetapi letak bangunan fisiknya ada di kecamatan Paron.
Berikut adalah Kereta yang dilayani yang melewati stasiun ini:
Kabupaten Ngawi dilalui Jalan Raya Nasional 17 yang menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta di barat dengan Caruban dan Surabaya di timur, serta Jalan Raya Nasional 30 yang menghubungkan Bojonegoro di utara dengan Madiun dan Magetan (Maospati) di selatan. Persimpangan jalan raya itu terletak tepat di Kota Ngawi, sehingga Kota Ngawi dalam perkembangannya dari waktu ke waktu selalu ramai dilintasi berbagai kendaraan. Tidak hanya itu, ada pula jalan antar kabupaten yang saling bersambungan. Dimulai dari Kota Ngawi ke selatan arah Paron lurus terus ke arah Jogorogo, kemudian membentuk persimpangan tiga. Ke timur menuju Kendal dan bersambung ke Magetan hingga Madiun, sedangkan ke barat menuju ke Sine hingga sampai ke Sragen (Jawa Tengah). Dari Kota Ngawi ke utara nanti ke arah Bojonegoro dan Blora (Jawa Tengah). Selain jalan antar kabupaten, Kabupaten Ngawi juga ada jalan alternatif yang dapat dilalui kendaraan apabila Jalan Raya Nasional mengalami gangguan, semisal banjir akibat luapan sungai, kemacetan panjang hingga insiden kecelakaan dan lain sebagainya. Sehingga jalan alternatif ini diperlukan untuk mendukung transportasi serta sebagai "jalur terobosan" untuk para pengguna jalan yang ingin cepat sampai tujuan. Jalan alternatif ini saling terkoneksi semua kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi.
Kabupaten Ngawi juga termasuk daerah yang dilintasi Tol Trans Jawa, jalan Tol yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya. Dan masuk lintas segmen Tol Solo–Kertosono. Rincian pembagiannya yaitu di sisi barat ada Tol Solo–Ngawi, sedangkan di sisi timur ada Tol Ngawi–Kertosono, yang sejajar dengan jalur kereta api lintas selatan Jawa. Gerbang Tol Ngawi menjadi titik keluar masuk kendaraan yang akan menuju ke/dari Kota Ngawi.
Pendidikan
Pondok PesantrenGontor Putri 1, 2 terdapat di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, yakni di dekat perbatasan dengan Jawa Tengah. Ada juga Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 3 yang terletak di Desa Karangbanyu, Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi yang berjarak sekitar 6 km dari Gontor Putri 1 dan 2.
Secara umum bidang pendidikan masih didominasi oleh sekolah negeri, terutama tingkat dasar. SD Negeri tersebar di semua desa melalui program SD Inpres.
Sementara SMP Negeri masih terpusat di kota-kota kecamatan. Dan yang menjadi favorit masih di area dalam kota seperti SMPN 1, SMPN 2, SMPN 4 dan SMPN 5. Meski begitu kualitas pendidikan tingkat menengah pertama di daerah tidak juga kalah. Seperti SMPN 3 Paron dan MTsN Paron yang juga sering mengharumkan nama Kabupaten Ngawi.
Belum di semua kecamatan terdapat SMA Negeri. SMA Negeri 1 Ngawi dan SMA Negeri 2 Ngawi merupakan sekolah favorit di Kabupaten Ngawi. Nomenklatur SMA di Kabupaten Ngawi yang masih menggunakan nama lokal kecamatan membuat dua sekolah ini yang populer di masyarakat. Sehingga sekolah yang menggunakan nama kecamatan kebanyakan mendapatkan input siswa dari kecamatan bersangkutan. Ini menunjukkan pemerataan pendidikan di Kabupaten Ngawi masih belum merata dan hanya terpusat di dalam kota saja.
Kebanyakan siswa di Kabupaten Ngawi melanjutkan pendidikan tinggi ke luar kota seperti Malang, Surabaya, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Jakarta, Bandung dan Bogor. Mahasiswa dari Kabupaten Ngawi ini tergabung dalam organisasi FORSMAWI INDONESIA. Yang memiliki kegiatan di bidang pendidikan dan sosial.
Meskipun begitu terdapat juga perguruan tinggi di Ngawi. Yang paling populer di antaranya Universitas Terbuka, Universitas Soerjo, STKIP PGRI NGAWI, Akademi Keperawatan dan STAI Ngawi yang kini berganti nama menjadi IAI Ngawi.
Sedangkan tempat rekreasi yang ada saat ini adalah Wisata Air Terjun Pengantin yang terletak di dusun Besek Desa Hargomulyo Kec. Ngrambe, pemandian Tawun, Waduk Pondok, Air terjun Srambang, serta kebun Teh Jamus yang berhawa sejuk dan terdapat Kolam Pemandian di sekitar Perkebunan Teh tersebut. Perkebunan Teh ini terletak di Kecamatan Sine, Selain Kebun Teh Jamus di Kec. Sine, selain teh di kecamatan sine ada pula perkebunan karet yang dikelola oleh PTP XXIII Tretes Juga ada Bendungan Ndorjo yang lokasinya di Desa hargosari Dsn. Gondorejo. Selain itu terdapat juga situs purbakala Trinil yang menyimpan fosil Pithecanthropus erectus (Manusia kera berjalan tegak) pertama kali ditemukan oleh arkeolog Belanda bernama Eugene Dubois.
Gunung Liliran merupakan objek wisata ziarah yang terkenal bagi masyarakat Jawa. Pada bulan Muharam (Syura) para peziarah berdatangan ke puncak bukit pada siang dan malam hari. Sebagian dari mereka bersemadi di beberapa gua atau berziarah ke Makam Joko Buduk. Pemandangan dari puncak bukit memang sangat indah berupa pesawahan dan sungai yang meliuk ke arah utara menuju Bengawan Solo. Sayang hutan di Gunung Liliran tidak indah lagi karena tanaman pinus yang dikelola Perhutani kini banyak ditebangi.
Di daerah ini terdapat Benteng van Den Bosch yang digunakan oleh Belanda sebagai strategi Benteng Steelsel dalam upaya mempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro dalam perang gerilya. Benteng ini sekarang terbuka untuk umum. ada pula Situs Arca Banteng tepatnya di Dusun Reco Banteng, Desa Wonorejo, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi
terdapat pula Taman Bermain Anak yang berlokasi di Kota Ngawi.
Air Terjun Watu Jonggol Objek Wisata Anyar Di Kabupaten Ngawi, Untuk perjalanan menuju Wisata Sumber Air Kamulyan Watu Jonggol dilalui dengan melewati jalan pedesaan di mana kanan dan kirinya sebagian besar adalah sawah dan kebun pertanian. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan menyusuri lereng kaki gunung Lawu dengan kondisi jalan yang terkadang meanjak curam dan terjal. Sebelum menuju ke Sumber Air Kamulyan Watu Jonggol, pengunjung dapat menikmati indahnya pemandangan hutan yang berada di sisi jalan. Setelah melakukan perjalanan dengan pemandangan hutan yang eksotik dan melewati sederetan batu yang tertata alami maka akan terlihat tumpukan batuan alam yang tersusun secara artistik seperti keluar dari permukaan tebing dengan air terjun yang mengalir deras kebawah secara begitu indah.
Selondo, salah satu tempat wisata yang masuk Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo. Selondo Village yang menempati areal seluas 3 hektar ini dilengkapi berbagai fasilitas seperti kolam renang, tempat pertemuan, restoran dan beberapa kios yang menjajakan hasil khas masyarakat sekitar termasuk hasil agrobisnis berupa sayur mayur.
Hot springs in ngawi: Sumber air panas diyakini bisa sembuhkan penyakit, terletak di Tempuran, Paron ini juga patut didatangi. Namun, sekarang kondisinya sudah rusak dan tidak dipergunakan lagi.
Monumen Soerjo (Suryo) yang dibangun pada tahun 1975 lalu dan diresmikan oleh May-Jen TNI-AD Witarmin, terletak di jalan raya Ngawi-Solo Km 19, tepatnya masuk wilayah desa Pelanglor Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi. Disamping guna mengenang gugurnya Gubernur pertama Jawa timur oleh keganasan PKI,banyak pula yang berdatangan untuk berziarah
Hargo DumilahSuasana yang asri itulah terlihat dari kolam pemandian Hargo Dumilah yang berada di lereng utara Gunung Lawu tepatnya di Desa Setono, Kecamatan Ngrambe, Atau berada di sebelah selatan Kota Ngawi yang berjarak 30 Kilometer. Kerindangan pohon jati yang berjajar ditepi kolam menambah anggunnya suasana kolam pemandian Hargo Dumilah. Apalagi berlatar belakang Gunung Lawu dan areal persawahan, cukup sudah alam yang natural melengkapi keindahan sekaligus memberikan nuansa tersendiri bagi para pengunjungnya untuk berelaksasi bersama keluarga.
Tokoh Dari Ngawi
Berikut sederet nama tokoh yang berasal dari Kabupaten Ngawi