Lompat ke isi

Perang Saudara Islam I: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
User338 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Baris 80: Baris 80:
* {{cite encyclopedia | encyclopedia = [[Encyclopædia Iranica]] | publisher = Center for Iranian Studies, Columbia University| id = ISBN 1568590504}}
* {{cite encyclopedia | encyclopedia = [[Encyclopædia Iranica]] | publisher = Center for Iranian Studies, Columbia University| id = ISBN 1568590504}}


[[Kategori:Ali]]
[[Kategori:Ali bin Abi Thalib]]
[[Kategori:konflik abad ke-7]]
[[Kategori:konflik abad ke-7]]
[[Kategori:Kekhalifahan Rasyidin]]
[[Kategori:Kekhalifahan Rasyidin]]

Revisi per 19 Desember 2022 02.40

Perang Saudara Islam I (656–661), juga disebut sebagai Fitnah Pertama (Abjad Arab: فتنة مقتل عثمان "Fitnah Pembunuhan Utsman"), adalah perang saudara Muslim pertama yang menyebabkan penggulingan Kekhalifahan Rasyidin dan berdirinya Kekhalifahan Umayyah. Perang saudara melibatkan tiga pertempuran utama antara khalifah Rasyidin keempat, Ali, dan kelompok pemberontak.

Akar perang saudara pertama dapat ditelusuri kembali ke pembunuhan khalifah kedua, Umar bin Khattab. Sebelum meninggal karena luka-lukanya, Umar membentuk dewan beranggotakan enam orang, yang akhirnya memilih Utsman bin Affan sebagai khalifah berikutnya. Selama tahun-tahun terakhir kekhalifahan Utsman, dia dituduh melakukan nepotisme dan akhirnya dibunuh oleh pemberontak pada tahun 656. Setelah pembunuhan Utsman, Ali terpilih sebagai khalifah keempat. Aisyah, Thalhah, dan Zubair memberontak melawan Ali untuk menggulingkannya. Kedua pihak bertempur dalam Perang Jamal pada bulan Desember 656, di mana Ali menang. Setelah itu, Mu'awiyah, Gubernur Suriah yang berkuasa, menyatakan perang terhadap Ali seolah-olah untuk membalas kematian Utsman. Kedua pihak berperang dalam Pertempuran Siffin pada Juli 657. Pertempuran ini berakhir dengan jalan buntu dan seruan untuk arbitrase, yang dibenci oleh kaum Khawarij, yang menyatakan Ali, Mu'awiyah, dan pengikut mereka sebagai kafir. Menyusul kekerasan Khawarij terhadap warga sipil, pasukan Ali menghancurkan mereka dalam Pertempuran Nahrawan. Segera setelah itu, Mu'awiyah juga menguasai Mesir dengan bantuan Amr bin Ash.

Pada 661, Ali dibunuh oleh Khawarij Abdurrahman bin Muljam. Setelah kematian Ali, pewarisnya, Hasan, terpilih sebagai khalifah dan segera setelah diserang oleh Mu'awiyah. Hasan yang diperangi membuat perjanjian damai, mengakui kekuasaan Mu'awiyah. Yang terakhir mendirikan Kekhalifahan Umayyah dan memerintah sebagai khalifah pertama

Latar belakang

Utsman bin Affan dibunuh dirumahnya oleh para pemberontak dan pengacau. Alasan utama dari ketidakpuasan terhadap Utsman adalah nepotisme. Usman dianggap memilih anggota keluarganya sebagai gubernur dari provinsi provinsi penting. Ali ibn Abi Talib kemudian dipilih sebagai khalifah menggantikan Utsman bin Affan.

Perang Jamal

Ali ibn Abi Talib dan pasukannya bertempur dengan pasukan yang berpihak kepada Aisyah di Basra, Irak pada tahun 656 Masehi.[1]

Pertempuran Shiffin

Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan (sepupu dari Usman bin Affan) dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam) pada 1 Shafar tahun 37 Hijriah atau tahun 657 M.

Pertempuran Nahrawan

Khawarij yang pada awalnya memaksa Ali untuk menerima perjanjian dengan Muawiyah ternyata merasa tidak puas dengan keadaan setelah perjanjian itu diberlakukan. Maka mereka memutuskan untuk berperang melawan Ali. Ali yang sebelumnya berencana menyerang Muawiyah di Damaskus, terpaksa membatalkan niatnya dan berperang melawan Khawarij pada pertempuran Nahrawan.[2][3][4]

Kehilangan semua provinsi kecuali Kufah

Pasukan Muawiyah menyerbu dan menduduki kota kota dimana Gubernur dari pemerintahan Ali tidak mampu mencegahnya atau rakyat tidak mendukung sang gubernur untuk memerangi pasukan Muawiyah. Muawiyah akhirnya menduduki Mesir, Yaman dan beberapa wilayah lain.[5]

Hari terakhir Ali

pada tanggal 19 bulan Ramadhan, ketika Ali sedang beribadah di masjid Kufa, seorang Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam membunuhnya dengan pedang beracun. Ali, yang terluka oleh pedang beracun tersebut, hidup selama 2 hari setelah serangan sebelum meninggal pada tanggal 21 Ramadhan di kota Kufa tahun 661 Masehi.[6]

Khalifah Hasan bin Ali

Setelah kematian Ali ibn Abi Talib, kekuasaan kekhalifahan diberikan kepada putra tertua Ali yaitu Hasan. Khalifah Hasan hanya memerintah beberapa bulan sebelum dia melakukan perjanjian perdamaian dengan Muawiyah dan menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah.[7][8]

Referensi

  1. ^ Lihat:
  2. ^ Di antara korban yang Khawarij bunuh adalah Abdullah bin Khabab bin al-Arts at-Tamiimi, sahabat shaghir, ayahnya adalah seorang sahabat yang masyhur, lihat catatan biografinya dalam Kitab Al-Ishabah, 4/73.
  3. ^ Ibnu Katsir berkata (10/643), “Al-Haitsam bin Adi menyebutkan bahwa setelah Ali memerangi kaum Khawarij membangkang pula seorang lelaki penduduk Bashrah dari Bani Najiyah bernama al-Harits bin Rasyid, dalam Tarikh ath-Thabari, 5/113 disebutkan namanya al-Khariit bin Rasyid an-Naji, lalu dia menyebutkan perfndan kisah ini dari jalur Abu Mikhnaf.
  4. ^ Kitab al-Bidayah wan Nihayah (10/646).
  5. ^ Lihat: Nahj Al-Balagha Sermons 25, 27, 29, 39 Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine.
    • Al-gharat (Plunders) which has written by Abi Mikhnaf, a Shi'a, is a detailed report about these raids.
  6. ^ "Tabatabae (1979), page 192". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-29. Diakses tanggal 2012-04-02. 
  7. ^ Lihat:
    • Lapidus (2002), hlm. 47
    • Holt (1977), hlm. 72
    • Tabatabaei (1979), hlm. 195
    • Madelung (1997), hlm. 334
  8. ^ "Sunni view of Ali". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-16. Diakses tanggal 2012-04-02. 

Sumber

Encyclopedia