Lompat ke isi

Bahasa Belanda di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
AbangGemoy (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
AbangGemoy (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 23: Baris 23:


=== Abad ke-20 ===
=== Abad ke-20 ===
[[Berkas:Tanda bahaya listrik dalam bahasa Belanda, Melayu dan Jawa.jpg|jmpl|290x290px|Tanda bahaya tegangan listrik dalam bahasa Belanda, Melayu Hindia Belanda, dan bahasa Jawa di Surabaya.]]
[[Berkas:Tanda bahaya listrik dalam bahasa Belanda, Melayu dan Jawa.jpg|jmpl|290x290px|Tanda bahaya tegangan listrik dalam bahasa Belanda, bahasa Melayu Hindia Belanda, dan bahasa Jawa di Surabaya.]]
Bahasa Belanda semakin menyebar di Indonesia dan banyak digunakan untuk percakapan sehari-hari.
Bahasa Belanda semakin menyebar di Indonesia dan banyak digunakan untuk percakapan sehari-hari.



Revisi per 6 April 2023 06.23

Bahasa Belanda digunakan sebagai sebuah bahasa resmi di Nusantara, ketika Belanda menjajah sebagian wilayah kepulauan ini. Bahasa Belanda bukan merupakan bahasa resmi lagi sejak Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942. Di wilayah Papua, hal ini terjadi setelah penyerahan kekuasan Papua ke Republik Indonesia pada tahun 1963.

Penggunaan dewasa ini

Bukan artinya setelah kemerdekaan Indonesia, bahasa Belanda tidak digunakan lagi. Bahasa Belanda merupakan sebuah bahasa sumber atau referensi yang sangat penting di Indonesia; beberapa dokumen pemerintahan penting dalam bahasa ini masih tetap berlaku secara resmi. Sebagai bahasa perdagangan, bahasa Belanda juga cukup penting, meski bahasa Inggris tentu jauh lebih penting.

Namun para penutur fasih bahasa ini sekarang umumnya hanyalah orang-orang tua saja, terutama di Jawa dan Bali. Mereka pernah mempelajari bahasa ini di sekolah dan masih menggunakannya, terutama pada reuni atau untuk bercakap-cakap dengan para wisatawan.

Universitas Indonesia (UI) di Jakarta sudah beberapa dasawarsa memiliki "Seksi Belanda". Selain itu di universitas lain-lainnya, bahasa ini juga bisa dipelajari. Biasanya hal ini ada hubungannya dengan studi hukum, sebab hukum Indonesia sebagian berdasarkan hukum Belanda, dan banyak dokumen dari masa penjajahan masih berlaku. Di samping itu banyak sumber referensi sejarah, linguistik, filologi, kedokteran, teologi Kristen, misiologi banyak yang ditulis dalam bahasa Belanda.

Ada pula motif-motif lain bagi orang muda Indonesia untuk mempelajari bahasa ini sehingga ada beberapa sekolah-sekolah jurusan di Semarang, Bandung, Surabaya dan di Yogyakarta. Institut-institut ini biasanya ditujukan bagi khalayak ramai. Anak-anak muda belajar bahasa Belanda untuk bisa mengikuti pembicaraan dengan oma mereka, mempelajari sejarah Indonesia atau untuk menjadi seorang pemandu pariwisata. Selain bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, dan Arab—bahasa Belanda merupakan sebuah bahasa yang populer dipelajari. Setiap tahun lebih dari 10.000 siswa-siswi Indonesia mempelajarinya di sekolah-sekolah swasta dan kursus.

Bagi bangsa Indonesia bahasa Belanda sungguh penting, terutama untuk bidang sejarah, linguistik, agraria, perhutanan, antropologi, dan hukum. Seringkali para ahli hukum diwajibkan bisa membaca bahasa Belanda. Banyak buku hukum dan pemerintahan yang (belum) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bahkan pada beberapa tempat, seperti di Kota Depok, bahasa Belanda masih merupakan bahasa dominan. Kemudian sekelompok waria di Jakarta menggunakan bahasa ini sebagai bahasa rahasia.

Sejarah

Masa VOC

Pada masa VOC, bahasa Belanda hampir tidak ada artinya karena perkembangannya yang lambat. Selain itu, banyak daerah yang belum diketahui atau ditelusuri.

Mereka yang bisa berbahasa Belanda memiliki lebih banyak hak istimewa. Pekerja yang bisa berbahasa Belanda diperbolehkan memakai topi dan wanita pribumi yang bisa berbahasa Belanda diperbolehkan menikah dengan orang Eropa.

Di Maluku dan Batavia didirikan sekolah-sekolah Belanda, tetapi tidak semua orang boleh bersekolah di sana: jumlah sekolah tidak banyak dan hanya kaum elite yang diperbolehkan masuk. Di sekolah mereka menuturkan bahasa Belanda namun di rumah biasanya sejenis bahasa Melayu atau bahasa Jawa.

Abad ke-20

Tanda bahaya tegangan listrik dalam bahasa Belanda, bahasa Melayu Hindia Belanda, dan bahasa Jawa di Surabaya.

Bahasa Belanda semakin menyebar di Indonesia dan banyak digunakan untuk percakapan sehari-hari.

Pada tahun 1942, ketika Jepang menduduki Hindia Belanda, Jepang melarang penduduk Indonesia menggunakan bahasa Belanda dan hanya memperbolehkan bahasa Asia, seperti bahasa asli penduduk Indonesia, bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

Setelah kemerdekaan

Papan tanda jalan bahasa Indonesia-Belanda di Kota Malang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, masih banyak yang menuturkan bahasa Belanda di Indonesia. Jika seseorang bisa berbahasa Belanda, maka di beberapa tempat, ini artinya ia mengecap pendidikan yang baik.

Setelah Aksi Polisionil Belanda, orang Indonesia menentang Belanda dengan sengit. Namun masih banyak yang dengan hormat memandang bahasa Belanda. Juga Presiden Soekarno, sang presiden pertama dan proklamator Republik Indonesia tetap menggunakan bahasa Belanda dan membaca buku-buku Belanda. Bahasa Belanda masih tetap hidup di Belanda. Setelah tahun 1949, mereka masih tetap berada di Irian. Namun Soekarno menganggap daerah ini juga merupakan bagian integral Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bernegosiasi dengan bangsa Belanda. Di sekolah-sekolah di Papua, banyak warga lokal yang mempelajari bahasa Belanda.

Di Kota Malang, pemerintah setempat melestarikan nama-nama jalan pada masa penjajahan Belanda yang masih menggunakan bahasa Belanda, seperti Idjenstraat. Termasuk ke dalamnya, nama-nama orang penting berkebangsaan Belanda yang menjadi nama jalan, seperti Daendelsboulevard dan Riebeekstraat Van.[1]

Pengaruh bahasa Belanda terhadap bahasa Indonesia

Kemasan teh yang masih mempertahankan desain lama dan berbahasa Belanda.

Bahasa Belanda juga banyak memengaruhi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa serta bahasa-bahasa Nusantara lainnya. Kata-kata pinjaman dalam bahasa Indonesia antara lain adalah:

  • Knalpot, bekleding, vermaak, achteruit, absurd, afdruk, belasting, bestek, bom, bretel, debat, degen, drama, elan, fabel, flop, fotomodel, fraude, garasi, giro, gratis, handel, harem, hutspot, inklaring, jas, kabinet, kanker, kansel, krat, lading, loket, marmer, masker, matras, mondeling, nota, oma, onderneming, opa, pan, pater, punt, rekening, rimpel, salaris, seks, sigaret, skelet, spoor, tank, testikel, tol, urine, vla, wastafel, wortel.
Namun beberapa kata-kata memang tidak digunakan lagi. Kata hutspot tidak banyak lagi dipergunakan, dan kata sigaret sudah diganti dengan kata rokok. Ironisnya kata terakhir ini juga berasal dari bahasa Belanda roken.

Selain itu ada pula beberapa kata yang dieja lain namun pelafazannya masih sama atau mirip dalam bahasa Belanda:

  • adopsi, apel, asprak, bagasi, bandit, baterai, bioskop, debil, demisioner, duane, ekonomi, energi, ereksi, finansiil, frustrasi, garansi, generasi, granat, higiene, ideologi, imbesil, impoten, inflasi, jenewer, kampiun, kantor, kardiolog, kartu, kastrasi, kelom, kondom, korting, kristen, kuitansi, langsam, losion, makelar, marsepen, menstruasi, monarki, opas, operasi, overproduksi, panekuk, parlemen, pesimis, polisi, resesi, revolusi, segregasi, sigar, sirop, setrup, skorsing, selop, spanduk, tabu, taksi, tanpasta, toleran, vegetarir, verkoper, verplehster, wanprestasi.

Setelah kemerdekaan Indonesia, beberapa kata ini berubah. Misalkan kata universitet dan kwalitet diganti dengan universitas dan kualitas, sehingga ciri khas Belandanya, menjadi berkurang.

Beberapa kata-kata kelihatan memang diambil dari bahasa Belanda. Beberapa contoh dengan ejaannya dalam bahasa Belanda:

  • abésé (alfabet), air ledeng (leidingwater), arbai (aardbei), ateret (achteruit), besenegeng (bezuiniging), buku (boek), dasi (stropdas), dopercis (doperwten), dus (douche), efisien (efficiënt), amplop (enveloppe), fakultas kedokteran (medische faculteit), gaji (gage), gemente (gemeente), hasyis (hasjies), hopagen (hoofdagent), insinyur (ingenieur), kakus (kakhuis), keker (verrekijker), keroket (kroket), klep knalpot (uitlaatklep), komunis (communist), kopor (koffer), koterek (kurketrekker), lengseng (lezing), netral (neutraal), om (oom), ongkos (onkosten), otobus (autobus), pakansi (vakantie), pasasi (passage), pijat (massage), pipa (pijp), puisi (poëzie), rebewes (rijbewijs), sakelek (zakelijk), stasiun (station), teh (thee), wese (wc), zeni (genie).

Pengaruh bahasa Indonesia/Melayu pada bahasa Belanda dan Afrikaans

Di sisi lain bahasa Belanda juga mengenal kata-kata pinjaman dari bahasa Indonesia/Melayu. Beberapa di antaranya ada hubungannya dengan makanan:

Kemudian ada juga kata-kata lain:

  • kaki, piekeren (Mel. pikir, pienter (Mel. pintar).

Juga dalam bahasa Afrikaans ada pula beberapa kata yang diambil dari bahasa Melayu.

  • baar (dari "baru"), piesang, baie (dari kata "banyak").

Bahasa Kreol Belanda di Jawa

Ada pula beberapa bahasa kreol yang dewasa ini terutama dipertuturkan di Belanda. Namun akan punah, karena generasi pertama bangsa Indo di Belanda mulai habis. Bahasa-bahasa ini adalah Petjoh dan Javindo.

Catatan kaki

  1. ^ "Empat Tokoh Kolonial Belanda Yang Jadi Nama Jalan Di Kota Malang". Warung Wisata. 2017-03-21. Diakses tanggal 2019-08-30. 

Pranala luar