Bahasa Belanda di Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bahasa Belanda di seluruh dunia
Bahasa Belanda
*di Belanda
*di Belgia
*di Suriname
*di Antillen Belanda dan Aruba
**di Afrika Selatan
 
*di Walonia
*di Prancis
**di Guyana Prancis
*di Jerman
*di Amerika Serikat
*di Indonesia
*di Namibia
 
Bahasa Kreol Belanda:
Petjoh, Javindo, Negerhollands,

Bahasa Belanda-Berbices, (Bahasa Afrikaans)

Bahasa Belanda digunakan sebagai sebuah bahasa resmi di Nusantara, ketika Belanda menjajah sebagian wilayah kepulauan ini. Bahasa Belanda bukan merupakan bahasa resmi lagi sejak Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942. Di wilayah Papua, hal ini terjadi setelah penyerahan kekuasan Papua ke Republik Indonesia pada tahun 1963.

Penggunaan dewasa ini[sunting | sunting sumber]

Bukan berarti setelah kemerdekaan Indonesia, bahasa Belanda tidak lagi digunakan dan dipelajari di Indonesia. Bahasa Belanda merupakan sebuah bahasa sumber atau referensi yang sangat penting di Indonesia; beberapa dokumen penting pemerintahan tertulis dalam bahasa Belanda.

Para penutur fasih bahasa ini sekarang umumnya hanya orang tua saja, terutama di Jawa dan Bali. Mereka pernah mempelajari bahasa ini di sekolah dan masih menggunakannya, terutama pada reuni atau untuk berbincang dengan para wisatawan.

Universitas Indonesia di Jakarta sudah beberapa dasawarsa memiliki "Seksi Belanda". Selain itu, bahasa Belanda juga dapat dipelajari di universitas lain di Indonesia. Biasanya hal ini ada hubungannya dengan studi hukum, sebab hukum Indonesia sebagian berdasarkan hukum Belanda, dan banyak dokumen dari masa penjajahan masih berlaku. Di samping itu, banyak sumber referensi sejarah, linguistik, filologi, kedokteran, teologi Kristen, misiologi banyak yang ditulis dalam bahasa Belanda.

Ada banyak alasan orang Indonesia mempelajari bahasa ini, sehingga beberapa jurusan di sekolah di Semarang, Bandung, Surabaya, dan di Yogyakarta. Beberapa alasan termasuk berbicara dengan kakek-nenek mereka, mempelajari sejarah Indonesia, atau menjadi seorang pemandu pariwisata. Selain bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, dan Arab, bahasa Belanda merupakan sebuah bahasa yang populer dipelajari. Setiap tahun lebih dari 10.000 siswa Indonesia mempelajarinya di sekolah-sekolah swasta dan kursus.

Bagi bangsa Indonesia, bahasa Belanda juga penting dipelajari, terutama dalam bidang sejarah, linguistik, agraria, perhutanan, antropologi, dan hukum. Seringkali para ahli hukum diwajibkan bisa membaca bahasa Belanda. Banyak buku hukum dan pemerintahan yang (belum) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bahkan di beberapa tempat, seperti di Kota Depok, bahasa Belanda masih merupakan bahasa dominan. Kemudian sekelompok waria di Jakarta menggunakan bahasa ini sebagai bahasa rahasia atau bahasa pergaulan.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Masa VOC[sunting | sunting sumber]

Pada masa VOC, bahasa Belanda memiliki perkembangan yang lambat dan hampir tidak memiliki arti yang signifikan. Selain itu, masih banyak daerah yang tidak diketahui atau belum ditelusuri.

Mereka yang mampu berbicara dalam bahasa Belanda mendapatkan hak istimewa yang lebih banyak. Pekerja yang menguasai bahasa Belanda diizinkan untuk menggunakan topi, dan wanita pribumi yang dapat berbahasa Belanda diperbolehkan menikah dengan orang Eropa.

Di Maluku dan Batavia, didirikan sekolah-sekolah Belanda, tetapi tidak semua orang diizinkan untuk bersekolah di sana. Jumlah sekolahnya tidak banyak dan hanya mereka dari kalangan elite yang diperbolehkan masuk. Di sekolah, mereka berkomunikasi dalam bahasa Belanda, namun di rumah biasanya menggunakan kreol bahasa Melayu atau bahasa Jawa.

Abad ke-20[sunting | sunting sumber]

Tanda bahaya tegangan listrik dalam bahasa Belanda, bahasa Melayu Hindia Belanda, dan bahasa Jawa di Surabaya.

Bahasa Belanda semakin menyebar di Indonesia dan banyak digunakan untuk percakapan sehari-hari.

Pada tahun 1942, ketika Jepang menduduki Hindia Belanda, Jepang melarang penduduk Indonesia menggunakan bahasa Belanda dan hanya memperbolehkan bahasa Asia, seperti bahasa asli penduduk Indonesia, bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

Setelah kemerdekaan[sunting | sunting sumber]

Papan tanda jalan bahasa Indonesia-Belanda di Kota Malang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, masih banyak yang menuturkan bahasa Belanda di sebagian daerah di Indonesia. Orang-orang yang bisa berbahasa Belanda berarti dia berpendidikan tinggi.

Setelah Aksi Polisionil Belanda, orang Indonesia menentang Belanda dengan sengit. Namun masih banyak yang dengan hormat memandang bahasa Belanda. Juga Presiden Soekarno, sang presiden pertama dan proklamator Republik Indonesia tetap menggunakan bahasa Belanda dan membaca buku-buku Belanda. Bahasa Belanda masih tetap hidup di Belanda. Setelah tahun 1949, mereka masih tetap berada di Irian. Namun Soekarno menganggap daerah ini juga merupakan bagian integral Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bernegosiasi dengan bangsa Belanda. Di sekolah-sekolah di Papua, banyak warga lokal yang mempelajari bahasa Belanda.

Di Kota Malang, pemerintah setempat melestarikan nama-nama jalan pada masa penjajahan Belanda yang masih menggunakan bahasa Belanda, seperti Idjenstraat. Termasuk ke dalamnya, nama-nama orang penting berkebangsaan Belanda yang menjadi nama jalan, seperti Daendelsboulevard dan Riebeekstraat Van.[1]

Pengaruh bahasa Belanda terhadap bahasa Indonesia[sunting | sunting sumber]

Kemasan teh yang masih mempertahankan desain lama dan berbahasa Belanda.

Bahasa Belanda juga banyak memengaruhi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa serta bahasa-bahasa Nusantara lainnya. Kata-kata pinjaman dalam bahasa Indonesia antara lain adalah:

  • Knalpot, bekleding, vermaak, achteruit, absurd, afdruk, belasting, bestek, bom, bretel, debat, degen, drama, elan, fabel, flop, fotomodel, fraude, garasi, giro, gratis, handel, harem, hutspot, inklaring, jas, kabinet, kanker, kansel, krat, lading, loket, marmer, masker, matras, mondeling, nota, oma, onderneming, opa, pan, pater, punt, rekening, rimpel, salaris, seks, sigaret, skelet, spoor, tank, testikel, tol, urine, vla, wastafel, wortel.
Namun beberapa kata-kata memang tidak digunakan lagi. Kata hutspot tidak banyak lagi dipergunakan, dan kata sigaret sudah diganti dengan kata rokok. Ironisnya kata terakhir ini juga berasal dari bahasa Belanda roken.

Selain itu, ada juga beberapa kata yang dieja berbeda namun pelafalannya masih sama atau mirip dalam bahasa Belanda:

  • adopsi, apel, asprak, bagasi, bandit, baterai, bioskop, debil, demisioner, duane, ekonomi, energi, ereksi, finansiil, frustrasi, garansi, generasi, granat, higiene, ideologi, imbesil, impoten, inflasi, jenewer, kampiun, kantor, kardiolog, kartu, kastrasi, kelom, kondom, korting, kristen, kuitansi, langsam, losion, makelar, marsepen, menstruasi, monarki, opas, operasi, overproduksi, panekuk, parlemen, pesimis, polisi, resesi, revolusi, segregasi, sigar, sirop, setrup, skorsing, selop, spanduk, tabu, taksi, tanpasta, toleran, vegetarir, verkoper, verplehster, wanprestasi.

Setelah kemerdekaan Indonesia, beberapa kata ini berubah. Misalkan kata universitet dan kwalitet diganti dengan universitas dan kualitas, sehingga ciri khas Belandanya, menjadi berkurang.

Beberapa kata-kata yang sangat jelas diambil dari bahasa Belanda. Beberapa contoh dengan ejaannya dalam bahasa Belanda:

  • abésé (alfabet), air ledeng (leidingwater), arbai (aardbei), ateret (achteruit), besenegeng (bezuiniging), buku (boek), dasi (stropdas), dopercis (doperwten), dus (douche), efisien (efficiënt), amplop (enveloppe), fakultas kedokteran (medische faculteit), gaji (gage), gemente (gemeente), hasyis (hasjies), hopagen (hoofdagent), insinyur (ingenieur), kakus (kakhuis), keker (verrekijker), keroket (kroket), klep knalpot (uitlaatklep), komunis (communist), kopor (koffer), koterek (kurketrekker), lengseng (lezing), netral (neutraal), om (oom), ongkos (onkosten), otobus (autobus), pakansi (vakantie), pasasi (passage), pijat (massage), pipa (pijp), puisi (poëzie), rebewes (rijbewijs), sakelek (zakelijk), stasiun (station), teh (thee), wese (wc), zeni (genie).

Pengaruh bahasa Indonesia/Melayu Hindia Belanda pada bahasa Belanda dan Afrikaans[sunting | sunting sumber]

Di sisi lain, bahasa Belanda juga mengenal kata-kata pinjaman dari bahasa Indonesia/Melayu Hindia Belanda. Beberapa di antaranya ada hubungannya dengan makanan:

Kemudian ada juga kata-kata lain:

  • kaki, piekeren (Mel. pikir, pienter (Jawa. pintar).

Juga dalam bahasa Afrikaans ada pula beberapa kata yang diambil dari bahasa Melayu Hindia Belanda.

  • baar (dari "baru"), piesang, baie (dari kata "banyak").

Bahasa Kreol Belanda di Jawa[sunting | sunting sumber]

Ada pula beberapa bahasa kreol yang dewasa ini terutama dipertuturkan di Belanda. Namun akan punah, karena generasi pertama bangsa Indo di Belanda mulai habis. Bahasa-bahasa ini adalah Petjoh dan Javindo.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Empat Tokoh Kolonial Belanda Yang Jadi Nama Jalan Di Kota Malang". Warung Wisata. 2017-03-21. Diakses tanggal 2019-08-30. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]