Lompat ke isi

Karangmanggu, Susukan Lebak, Cirebon: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k fix
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: Bot: Merapikan artikel
 
Baris 13: Baris 13:


'''Karangmanggu''' adalah [[desa]] di kecamatan [[Susukan Lebak, Cirebon|Susukan Lebak]], [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
'''Karangmanggu''' adalah [[desa]] di kecamatan [[Susukan Lebak, Cirebon|Susukan Lebak]], [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].



SEJARAH ASAL MULA DESA KARANGMANGU
SEJARAH ASAL MULA DESA KARANGMANGU


Oleh : Ukas Danaria, S.Pd.
Oleh : Ukas Danaria, S.Pd.



Menurut cerita....kala itu desa karangmangu merupakan sebuah hutan yg belum dihuni oleh manusia. sekitar tahun 1650 M atau pada abad ke 16 M datangkah 3 orang dr desa Manis Talaga ( wilayah kerajaan talaga/ searang majalengka ) yaitu Mbah Anut Sari, Mbah Nurkalam dan Nyi Randa Kasihan. Tujuan mereka adalah untuk mencari pemukiman baru yang cocok. Lama kelamaan mereka mendapatkan pengikut diantaranya Moch. Basyir dan Buyut Tengger. Dalam suatu musyawarah diputuskan bahawa di antara mereka harus ada yang meninggalkan tempat yang didiami menuju tempat lain untuk meneruskan pengembaraannya yaitu Mbah Nurkalam, Nyi randa kasihan dan buyut Tengger yang akhirnya mereka mendapatkan tempat yang sekarang desa Susukanlebak. Maka menetaplah di Karangmangu Mbah Anut Sari dan Moch. Basyir serta para pengikutnya. ( sumber : makalah sejarah desa karangmangu oleh Eyon Yugaria : 1983).
Menurut cerita....kala itu desa karangmangu merupakan sebuah hutan yg belum dihuni oleh manusia. sekitar tahun 1650 M atau pada abad ke 16 M datangkah 3 orang dr desa Manis Talaga ( wilayah kerajaan talaga/ searang majalengka ) yaitu Mbah Anut Sari, Mbah Nurkalam dan Nyi Randa Kasihan. Tujuan mereka adalah untuk mencari pemukiman baru yang cocok. Lama kelamaan mereka mendapatkan pengikut diantaranya Moch. Basyir dan Buyut Tengger. Dalam suatu musyawarah diputuskan bahawa di antara mereka harus ada yang meninggalkan tempat yang didiami menuju tempat lain untuk meneruskan pengembaraannya yaitu Mbah Nurkalam, Nyi randa kasihan dan buyut Tengger yang akhirnya mereka mendapatkan tempat yang sekarang desa Susukanlebak. Maka menetaplah di Karangmangu Mbah Anut Sari dan Moch. Basyir serta para pengikutnya. ( sumber : makalah sejarah desa karangmangu oleh Eyon Yugaria : 1983).
Baris 24: Baris 22:
Beberapa tahun kemudian datanglah 2 orang pendatang baru yaitu pangeran welang dan pangeran weling dari desa gebang dan japura mereka berdua adalah keturunan dari pangeran wirasuta penguasa wilayah gebang, pangeran wirasuta merupakan putra pangeran pasarean. pangeran pasarean sendiri adalah putra dari Sunan Gunung Jati dari istri Nyai Ageng Tepasari. Kedatangan kedua pangeran itu adalah untuk mencari sumber air guna mengairi sawah di desanya masing-masing. Setelah mengadakan perundingan dengan Mbah Anut Sari dan Moch. Basyir maka maksud kedua pangeran tersebut di setujui. maka di buatlah oleh pangeran Welang sebuah aliran yang mengambil sumber air dr Leuwi Betok cimanis menyusuri desa karangmangu, desa kaligawe, sebelah selatan desa belender, desa karangwareng, desa serang, desa dompyong, desa kalimaro desa gebang terus menuju laut. ( Kini saluran tersebut masih ada ). Pembuatan saluran tersebut menurut orang tua dulu di buat dengan alat yg di sebut cis atau encis ( semacam tongkat pusaka zaman dulu ). agar air nya mengalir melalui saluran tadi maka leuwi betok di bendung dengan menggunakan sebuah batu besar dan waktu penyelesaiannya memakan waktu setengah hari saja (kata orang sunda "sabedug"). maka dinamakanlah saluran tersebut dengan nama "Cibedug". Pada waktu yang bersamaan pangeran Weling juga membuat saluran air dari sumber yang sama yaitu Sungai cimanis, tapi tepatnya di leuwi gede melalui desa susukanlebak. leuwidinding, lemahabang, japura sampai ke laut. ( sumber : makalah sejarah desa karangmangu oleh Eyon Yugaria : 1983).
Beberapa tahun kemudian datanglah 2 orang pendatang baru yaitu pangeran welang dan pangeran weling dari desa gebang dan japura mereka berdua adalah keturunan dari pangeran wirasuta penguasa wilayah gebang, pangeran wirasuta merupakan putra pangeran pasarean. pangeran pasarean sendiri adalah putra dari Sunan Gunung Jati dari istri Nyai Ageng Tepasari. Kedatangan kedua pangeran itu adalah untuk mencari sumber air guna mengairi sawah di desanya masing-masing. Setelah mengadakan perundingan dengan Mbah Anut Sari dan Moch. Basyir maka maksud kedua pangeran tersebut di setujui. maka di buatlah oleh pangeran Welang sebuah aliran yang mengambil sumber air dr Leuwi Betok cimanis menyusuri desa karangmangu, desa kaligawe, sebelah selatan desa belender, desa karangwareng, desa serang, desa dompyong, desa kalimaro desa gebang terus menuju laut. ( Kini saluran tersebut masih ada ). Pembuatan saluran tersebut menurut orang tua dulu di buat dengan alat yg di sebut cis atau encis ( semacam tongkat pusaka zaman dulu ). agar air nya mengalir melalui saluran tadi maka leuwi betok di bendung dengan menggunakan sebuah batu besar dan waktu penyelesaiannya memakan waktu setengah hari saja (kata orang sunda "sabedug"). maka dinamakanlah saluran tersebut dengan nama "Cibedug". Pada waktu yang bersamaan pangeran Weling juga membuat saluran air dari sumber yang sama yaitu Sungai cimanis, tapi tepatnya di leuwi gede melalui desa susukanlebak. leuwidinding, lemahabang, japura sampai ke laut. ( sumber : makalah sejarah desa karangmangu oleh Eyon Yugaria : 1983).


Setelah pangeran welang selesai membuat saluran cibedug, maka pangeran welang dan Mbah Anut Sari membuat rencana untuk membangun sebuah tempat peristirahatan di pinggir saluran cibedug. setelah mendapat tempat yang cocok maka dibuatlah sebuah tempat peristirahatan berbentuk saung (gazebo) dan sebuah tajug /mushola lengkap dengan sebuah kolam ( balong).(tempat tersebut sekarang dikenal dengan sebutan balong burung dan mulai tahun 2010 masyarakat setempat menyebut tempat tersebutdengan sebutan balong karomah). Mushola tersebut berdiri diatas 4 buah pondasi batu. 2 pondasi batu berada di kolam ( balong). 2 pondasi batu lagi berada di atas tanah. seiring waktu, pangeran Welang dan Mbah Anut Sari mempunyai rencana kedepan. Pangeran Welang ingin membangun pemukiman Mbah Anut Sari ini agar maju dan ramai dihuni oleh penduduk. Maka Mbah Anut Sari dan pangeran welang mendiskusikan nama pemukiman atau tempat yang akan di bangun tersebut, dari keinginan untuk membangun sebuah pemukiman diberilah nama pemukiman tersebut "Karangmangu". Karang artinya tempat, Mangu artinya Terdiam memikirkan sesuatu.
Setelah pangeran welang selesai membuat saluran cibedug, maka pangeran welang dan Mbah Anut Sari membuat rencana untuk membangun sebuah tempat peristirahatan di pinggir saluran cibedug. setelah mendapat tempat yang cocok maka dibuatlah sebuah tempat peristirahatan berbentuk saung (gazebo) dan sebuah tajug /mushola lengkap dengan sebuah kolam ( balong).(tempat tersebut sekarang dikenal dengan sebutan balong burung dan mulai tahun 2010 masyarakat setempat menyebut tempat tersebutdengan sebutan balong karomah). Mushola tersebut berdiri diatas 4 buah pondasi batu. 2 pondasi batu berada di kolam ( balong). 2 pondasi batu lagi berada di atas tanah. seiring waktu, pangeran Welang dan Mbah Anut Sari mempunyai rencana kedepan. Pangeran Welang ingin membangun pemukiman Mbah Anut Sari ini agar maju dan ramai dihuni oleh penduduk. Maka Mbah Anut Sari dan pangeran welang mendiskusikan nama pemukiman atau tempat yang akan di bangun tersebut, dari keinginan untuk membangun sebuah pemukiman diberilah nama pemukiman tersebut "Karangmangu". Karang artinya tempat, Mangu artinya Terdiam memikirkan sesuatu.


Pada waktu itu jauh setelah periode Mbah anut sari, kolam atau balong tersebut kering karena bendungan untuk mengairi cibedug telah pindah ke leuwi goreng ( di bengkah ). pindahnya bendungan karena kondisi kedalaman cimanis telah berubah semakin dalam akibat pengikisan. setelah bendungan di pindah dan aliran cibedug kering maka kering pula balong atau kolam yg pernah di buat oleh pangeran welang. itulah sebabnya balong tersebut dikenal dengan sebutan balong burung. dan kini di tempat itu sekitar tahun 2000-an kawasan balong burung telah ramai dihuni oleh rumah rumah penduduk serta telah berdiri sebuah mushola, maka sebutan balong burungpun berubah menjadi Balong karomah.
Pada waktu itu jauh setelah periode Mbah anut sari, kolam atau balong tersebut kering karena bendungan untuk mengairi cibedug telah pindah ke leuwi goreng ( di bengkah ). pindahnya bendungan karena kondisi kedalaman cimanis telah berubah semakin dalam akibat pengikisan. setelah bendungan di pindah dan aliran cibedug kering maka kering pula balong atau kolam yg pernah di buat oleh pangeran welang. itulah sebabnya balong tersebut dikenal dengan sebutan balong burung. dan kini di tempat itu sekitar tahun 2000-an kawasan balong burung telah ramai dihuni oleh rumah rumah penduduk serta telah berdiri sebuah mushola, maka sebutan balong burungpun berubah menjadi Balong karomah.


SILSILAH KUWU DESA KARANGMANGU


1. Mbah Anut Sari Tahun 1799 – 1818
SILSILAH KUWU DESA KARANGMANGU


1. Mbah Anut Sari Tahun 17991818
2. Bapak Dalidjan Tahun 18181835


2. Bapak Dalidjan Tahun 18181835
3. Bapak Kobar Tahun 18351882


3. Bapak Kobar Tahun 18351882
4. Bapak Rasiwan Surawidjaja Tahun 18821907


4. Bapak Rasiwan Surawidjaja Tahun 18821907
5. Bapak Rengga Surawidjajaa Tahun 19071932


5. Bapak Rengga Surawidjajaa Tahun 19071932
6. Bapak Moch. Zein Tahun 19321933


6. Bapak Moch. Zein Tahun 19321933
7. Bapak Madarip Surapradja Tahun 19331949


7. Bapak Madarip Surapradja Tahun 19331949
8. Bapak K.A Abdul Gani Tahun 19491959


8. Bapak K.A Abdul Gani Tahun 19491959
9. Bapak Moch Noer Tahun 19591989


9. Bapak Moch Noer Tahun 19591989
10.Bapak Dedi Wasari Tahun 19901998


10.Bapak Dedi Wasari Tahun 19901998
11.Bapak Ahmad Basuki (pjs) Tahun 19982004


11.Bapak Ahmad Basuki (pjs) Tahun 19982004
12.Bapak Supriatna Tahun 20042014


12.Bapak Supriatna Tahun 2004 2014
13. Bapak Dedi Lustriadi (Pjs) tahun 2014-2015

13. Bapak Dedi Lustriadi (Pjs) tahun 2014-2015


14. Bapak Sutisna Syahroni (2015-2018)
14. Bapak Sutisna Syahroni (2015-2018)
Baris 62: Baris 59:


16. Bapak Mujahid ( 2021-2027)
16. Bapak Mujahid ( 2021-2027)




{{Susukan Lebak, Cirebon}}
{{Susukan Lebak, Cirebon}}
{{Authority control}}
{{Authority control}}


{{Desa-stub}}
{{Desa-stub}}

Revisi terkini sejak 27 September 2023 02.01

Karangmangu
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
Kab. CirebonCirebon
KecamatanSusukan Lebak
Kode Kemendagri32.09.08.2001 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk4.967 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²


Karangmanggu adalah desa di kecamatan Susukan Lebak, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

SEJARAH ASAL MULA DESA KARANGMANGU

Oleh : Ukas Danaria, S.Pd.

        Menurut cerita....kala itu desa karangmangu merupakan sebuah hutan yg belum dihuni oleh manusia. sekitar tahun 1650 M atau pada abad ke 16 M datangkah 3 orang dr desa Manis Talaga ( wilayah kerajaan talaga/ searang majalengka ) yaitu Mbah Anut Sari, Mbah Nurkalam dan Nyi Randa Kasihan. Tujuan mereka adalah untuk mencari pemukiman baru yang cocok. Lama kelamaan mereka mendapatkan pengikut diantaranya Moch. Basyir dan Buyut Tengger. Dalam suatu musyawarah diputuskan bahawa di antara mereka harus ada yang meninggalkan tempat yang didiami menuju tempat lain untuk meneruskan pengembaraannya yaitu Mbah Nurkalam, Nyi randa kasihan dan buyut Tengger yang akhirnya mereka mendapatkan tempat yang sekarang desa Susukanlebak. Maka menetaplah di Karangmangu Mbah Anut Sari dan Moch. Basyir serta para pengikutnya. ( sumber : makalah sejarah desa karangmangu oleh Eyon Yugaria : 1983).
        Beberapa tahun kemudian datanglah 2 orang pendatang baru yaitu pangeran welang dan pangeran weling dari desa gebang dan japura mereka berdua adalah keturunan dari pangeran wirasuta penguasa wilayah gebang, pangeran wirasuta merupakan putra pangeran pasarean. pangeran pasarean sendiri adalah putra dari Sunan Gunung Jati dari istri Nyai Ageng Tepasari. Kedatangan kedua pangeran itu adalah untuk mencari sumber air guna mengairi sawah di desanya masing-masing. Setelah mengadakan perundingan dengan Mbah Anut Sari dan Moch. Basyir maka maksud kedua pangeran tersebut di setujui. maka di buatlah oleh pangeran Welang sebuah aliran yang mengambil sumber air dr Leuwi Betok cimanis menyusuri desa karangmangu, desa kaligawe, sebelah selatan desa belender, desa karangwareng, desa serang, desa dompyong, desa kalimaro desa gebang terus menuju laut. ( Kini saluran tersebut masih ada ). Pembuatan saluran tersebut menurut orang tua dulu di buat dengan alat yg di sebut cis atau encis ( semacam tongkat pusaka zaman dulu ). agar air nya mengalir melalui saluran tadi maka leuwi betok di bendung dengan menggunakan sebuah batu besar dan waktu penyelesaiannya memakan waktu setengah hari saja (kata orang sunda "sabedug"). maka dinamakanlah saluran tersebut dengan nama "Cibedug". Pada waktu yang bersamaan pangeran Weling juga membuat saluran air dari sumber yang sama yaitu Sungai cimanis, tapi tepatnya di leuwi gede melalui desa susukanlebak. leuwidinding, lemahabang, japura sampai ke laut. ( sumber : makalah sejarah desa karangmangu oleh Eyon Yugaria : 1983).
        Setelah pangeran welang selesai membuat saluran cibedug, maka pangeran welang dan Mbah Anut Sari membuat rencana untuk membangun sebuah tempat peristirahatan di pinggir saluran cibedug. setelah mendapat tempat yang cocok maka dibuatlah sebuah tempat peristirahatan berbentuk saung (gazebo) dan sebuah tajug /mushola lengkap dengan sebuah kolam ( balong).(tempat tersebut sekarang dikenal dengan sebutan balong burung dan mulai tahun 2010 masyarakat setempat menyebut tempat tersebutdengan sebutan balong karomah). Mushola tersebut berdiri diatas 4 buah pondasi batu. 2 pondasi batu berada di kolam ( balong). 2 pondasi batu lagi berada di atas tanah. seiring waktu, pangeran Welang dan Mbah Anut Sari mempunyai rencana kedepan. Pangeran Welang ingin membangun pemukiman Mbah Anut Sari ini agar maju dan ramai dihuni oleh penduduk. Maka Mbah Anut Sari dan pangeran welang mendiskusikan nama pemukiman atau tempat yang akan di bangun tersebut, dari keinginan untuk membangun sebuah pemukiman diberilah nama pemukiman tersebut "Karangmangu". Karang artinya tempat, Mangu artinya Terdiam memikirkan sesuatu.
        Pada waktu itu jauh setelah periode Mbah anut sari, kolam atau balong tersebut kering karena bendungan untuk mengairi cibedug telah pindah ke leuwi goreng ( di bengkah ). pindahnya bendungan karena kondisi kedalaman cimanis telah berubah semakin dalam akibat pengikisan. setelah bendungan di pindah dan aliran cibedug kering maka kering pula balong atau kolam yg pernah di buat oleh pangeran welang. itulah sebabnya balong tersebut dikenal dengan sebutan balong burung. dan kini di tempat itu sekitar tahun 2000-an kawasan balong burung telah ramai dihuni oleh rumah rumah penduduk serta telah berdiri sebuah mushola, maka sebutan balong burungpun berubah menjadi Balong karomah.

SILSILAH KUWU DESA KARANGMANGU

1. Mbah Anut Sari Tahun 1799 – 1818

2. Bapak Dalidjan Tahun 1818 – 1835

3. Bapak Kobar Tahun 1835 – 1882

4. Bapak Rasiwan Surawidjaja Tahun 1882 – 1907

5. Bapak Rengga Surawidjajaa Tahun 1907 – 1932

6. Bapak Moch. Zein Tahun 1932 – 1933

7. Bapak Madarip Surapradja Tahun 1933 – 1949

8. Bapak K.A Abdul Gani Tahun 1949 – 1959

9. Bapak Moch Noer Tahun 1959 – 1989

10.Bapak Dedi Wasari Tahun 1990 – 1998

11.Bapak Ahmad Basuki (pjs) Tahun 1998 – 2004

12.Bapak Supriatna Tahun 2004 – 2014

13. Bapak Dedi Lustriadi (Pjs) tahun 2014-2015

14. Bapak Sutisna Syahroni (2015-2018)

15. Bapak Nur Usman (2019-2020)

16. Bapak Mujahid ( 2021-2027)