Pulau Madura: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 48: | Baris 48: | ||
Pulau Madura sebagian juga dihuni oleh beberapa kaum pendatang seperti [[suku Jawa|Jawa]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Tionghoa]], [[Arab-Indonesia|Arab]], [[Suku Banjar|Banjar]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Melayu|Melayu]] dan lainnya. [[Suku Madura]] berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti [[Pulau Bawean|Bawean]], [[Pulau Mandangin, Sampang, Sampang|Mandangin]], [[Gili Raja]], [[Gili Genteng|Gili Genting]], [[Poteran, Raas, Sumenep|Poteran]], [[Gili Iyang]], [[Pulau Sapudi|Sapudi]], [[Pulau Raas|Ra'as]], [[Kepulauan Masalembu]] dan [[Kepulauan Kangean]]. Selain itu, orang Madura banyak juga yang berdatangan dan menetap di bagian timur [[Tapal Kuda (kawasan)|Jawa Timur Daratan]] biasa disebut sebagai kawasan [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Tapal Kuda]], yaitu membentang dari [[Kabupaten Pasuruan|Pasuruan]] sebelah Timur sampai utara [[Banyuwangi]]. Orang Madura yang berada di [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]], [[Kabupaten Sampang|Sampang]], [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]], [[Kabupaten Sumenep|Sumenep]], [[Kabupaten Situbondo|Situbondo]] dan [[Kabupaten Bondowoso|Bondowoso]] jumlah penduduknya paling banyak dan mengutamakan [[bahasa Madura]]. Sedangkan orang Madura yang menetap di [[Kabupaten Probolinggo|Probolinggo]], [[Kabupaten Malang|Malang]] bagian tenggara, [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]], [[Kabupaten Jember|Jember]] , [[Kota Surabaya|Surabaya]] bagian Utara, [[Kabupaten Lumajang|Lumajang]], dan sebagian [[Kabupaten Gresik|Gresik]] biasanya menguasai 2 bahasa yaitu [[bahasa Madura]] dan [[bahasa Jawa]]. |
Pulau Madura sebagian juga dihuni oleh beberapa kaum pendatang seperti [[suku Jawa|Jawa]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Tionghoa]], [[Arab-Indonesia|Arab]], [[Suku Banjar|Banjar]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Melayu|Melayu]] dan lainnya. [[Suku Madura]] berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti [[Pulau Bawean|Bawean]], [[Pulau Mandangin, Sampang, Sampang|Mandangin]], [[Gili Raja]], [[Gili Genteng|Gili Genting]], [[Poteran, Raas, Sumenep|Poteran]], [[Gili Iyang]], [[Pulau Sapudi|Sapudi]], [[Pulau Raas|Ra'as]], [[Kepulauan Masalembu]] dan [[Kepulauan Kangean]]. Selain itu, orang Madura banyak juga yang berdatangan dan menetap di bagian timur [[Tapal Kuda (kawasan)|Jawa Timur Daratan]] biasa disebut sebagai kawasan [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Tapal Kuda]], yaitu membentang dari [[Kabupaten Pasuruan|Pasuruan]] sebelah Timur sampai utara [[Banyuwangi]]. Orang Madura yang berada di [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]], [[Kabupaten Sampang|Sampang]], [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]], [[Kabupaten Sumenep|Sumenep]], [[Kabupaten Situbondo|Situbondo]] dan [[Kabupaten Bondowoso|Bondowoso]] jumlah penduduknya paling banyak dan mengutamakan [[bahasa Madura]]. Sedangkan orang Madura yang menetap di [[Kabupaten Probolinggo|Probolinggo]], [[Kabupaten Malang|Malang]] bagian tenggara, [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]], [[Kabupaten Jember|Jember]] , [[Kota Surabaya|Surabaya]] bagian Utara, [[Kabupaten Lumajang|Lumajang]], dan sebagian [[Kabupaten Gresik|Gresik]] biasanya menguasai 2 bahasa yaitu [[bahasa Madura]] dan [[bahasa Jawa]]. |
||
[[Suku Madura]] terkenal dengan gaya bicaranya yang keras, blak-blakan, namun dikenal hemat, disiplin dan pekerja keras (''abhântal ombâ' asapo' angèn''/'''أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين'''). Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: ''ango'an potè tolang etembheng pote mata''/'''أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ''' artinya "lebih baik mati daripada harus menanggung malu". Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi [[carok]] pada sebagian masyarakat Madura |
[[Suku Madura]] terkenal dengan gaya bicaranya yang keras, blak-blakan dan kasar, namun dikenal hemat, disiplin dan pekerja keras (''abhântal ombâ' asapo' angèn''/'''أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين'''). Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: ''ango'an potè tolang etembheng pote mata''/'''أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ''' artinya "lebih baik mati daripada harus menanggung malu". Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi [[carok]] pada sebagian masyarakat Madura, budaya inilah yang kerap membuat orang mudah untuk bertengkar sehingga banyak kejadian yang menimbulkan korban yang mana budaya ini termasuk budaya buruk yang tidak pantas dilestarikan di aman sekarang karena sama saja dengan perilaku semen-mena kepada orang lain |
||
== Babad Madura == |
== Babad Madura == |
Revisi per 23 November 2023 18.37
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Transkripsi bahasa daerah:
.
Julukan: "Pulau Garam" | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Geografi | |||||||
Lokasi | Asia Tenggara | ||||||
Koordinat | 7°0′S 113°20′E / 7.000°S 113.333°E | ||||||
Kepulauan | Kepulauan Sunda Besar | ||||||
Luas | 5.379 km2 | ||||||
Titik tertinggi | Bukit Lanjari (500 m) | ||||||
Pemerintahan | |||||||
Negara | Indonesia | ||||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||||
Kabupaten/Jumlah Penduduk (data BPS 2023) | Kabupaten Bangkalan (1.101.556 jiwa)
Kabupaten Sumenep (1.143.292 jiwa) | ||||||
Kota terbesar | Pamekasan | ||||||
Kependudukan | |||||||
Penduduk | 4.099.070 jiwa (2023) | ||||||
Kepadatan | 762 jiwa/km2 | ||||||
Kelompok etnik | Madura, Bugis, Tionghoa, Arab, Banjar, Sunda, Melayu, Lainnya. | ||||||
Pulau Madura (Madura: Polo Madhurâ; sistem pengucapan [pɔlɔ madʰurɐ], Pèghu: ڤَولَو ماڎورٓا, Carakan: ꦥꦺꦴꦭꦺꦴꦩꦢꦸꦫ) adalah nama sebuah pulau yang terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa, memiliki luas wilayah sekitar 5.379 km2 atau 8 kali lebih luas dari provinsi DKI Jakarta. Pulau ini juga mempunyai jumlah populasi penduduk yang cukup besar, yakni mencapai lebih dari 4 juta jiwa pada tahun 2023. Di mana, wilayah kepulauan serta perairan yang ada di sekitarnya terkenal sebagai area penghasil minyak bumi dan gas alam di provinsi Jawa Timur. Selain itu, Pulau Madura merupakan produsen garam terbesar di Indonesia sehingga di juluki "Pulau Garam".
Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju pulau Madura. Selain jalur darat, pulau ini dapat didatangi melalui jalur laut. Untuk jalur laut, bisa dilalui dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di Bangkalan. Alternatif lainnya bisa dilalui dari Pelabuhan Jangkar di Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep yang terletak di ujung timur pulau Madura. Terkini, pintu masuk melalui udara juga telah dibuka dengan di resmikannya Bandar Udara Trunojoyo (SUP) pada 20 april 2022 yang lalu oleh presiden Joko Widodo di kabupaten Sumenep.
Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan sapi, terdiri dari empat Kabupaten, yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan serta Sumenep. Dimana, wilayah ini mempunyai sejarah yang terbilang panjang dilihat dari kesenian dan kebudayaan Islam yang kuat.
Pulau ini didiami oleh etnis mayoritas suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi yang cukup besar di Indonesia, saat ini jumlah populasi suku Madura diperkirakan mencapai lebih dari 12 juta jiwa dan menyebar di seluruh penjuru indonesia.
Pulau Madura sebagian juga dihuni oleh beberapa kaum pendatang seperti Jawa, Bugis, Tionghoa, Arab, Banjar, Sunda, Melayu dan lainnya. Suku Madura berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Bawean, Mandangin, Gili Raja, Gili Genting, Poteran, Gili Iyang, Sapudi, Ra'as, Kepulauan Masalembu dan Kepulauan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak juga yang berdatangan dan menetap di bagian timur Jawa Timur Daratan biasa disebut sebagai kawasan Tapal Kuda, yaitu membentang dari Pasuruan sebelah Timur sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Situbondo dan Bondowoso jumlah penduduknya paling banyak dan mengutamakan bahasa Madura. Sedangkan orang Madura yang menetap di Probolinggo, Malang bagian tenggara, Banyuwangi, Jember , Surabaya bagian Utara, Lumajang, dan sebagian Gresik biasanya menguasai 2 bahasa yaitu bahasa Madura dan bahasa Jawa.
Suku Madura terkenal dengan gaya bicaranya yang keras, blak-blakan dan kasar, namun dikenal hemat, disiplin dan pekerja keras (abhântal ombâ' asapo' angèn/أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين). Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: ango'an potè tolang etembheng pote mata/أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ artinya "lebih baik mati daripada harus menanggung malu". Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi carok pada sebagian masyarakat Madura, budaya inilah yang kerap membuat orang mudah untuk bertengkar sehingga banyak kejadian yang menimbulkan korban yang mana budaya ini termasuk budaya buruk yang tidak pantas dilestarikan di aman sekarang karena sama saja dengan perilaku semen-mena kepada orang lain
Babad Madura
Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa pulau Madura pada zaman dahulu oleh para pengarung lautan hanya terlihat sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi (sekarang menjadi bukit-bukit,
dan beberapa dataran yang ketika air laut surut dataran tersebut terlihat, sedangkan apabila laut pasang dataran tersebut tidak tampak ( di bawah permukaan air ). Puncak-puncak yang terlihat tersebut di antaranya sekarang disebut Gunung Geger di Kabupaten Bangkalan dan Gunung Pajudan di Kabupaten Sumenep.
Sejarah tanah Madura tidak terlepas dengan sejarah atau kejadian yang terjadi di tanah Jawa. Diceritakan bahwa pada suatu masa di pulau Jawa berdiri suatu kerajaan bernama Medang Kamulan.
Di dalam kotanya ada sebuah keraton yang bernama keraton Giling Wesi, rajanya bernama Sang Hyang Tunggal ( Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas. Ibu kotanya bernama Watan Mas).
Sejarah
Perjalanan Sejarah Madura dimulai dari perjalanan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura pada abad 13. Dalam kitab nagarakertagama terutama pada tembang 15, mengatakan bahwa Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan bahwa pada tahun 1365an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama.
Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.[1]
Sejarah mencatat Aria Wiraraja adalah Adipati Pertama di Madura, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep, merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan Aria Wiraraja sebagai Adipati I Madura pada waktu itu, diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, tari Gambuh dan tari Satria.
Geografi, Administratif dan Populasi
Geografi
Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.
Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.
Luas keseluruhan Pulau Madura sekitar 5.379 km², atau sekitar 11 persen dari luas daratan provinsi Jawa Timur. Adapun panjang daratan pulau ini dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Dungkek sekitar 160 kilometer dan lebar maksimalnya sekitar 40 kilometer. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.
Administrasi dan Jumlah Penduduk
Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu:
Kabupaten | Ibu Kota | Luas Area | Populasi 2023 |
---|---|---|---|
Kabupaten Bangkalan | Bangkalan | 1,260 | 1,101,556 |
Kabupaten Sampang | Sampang | 1,152 | 992,210 |
Kabupaten Pamekasan | Kota Pamekasan | 733 | 862,009 |
Kabupaten Sumenep | Kota Sumenep | 1,147 | 1,143,295 |
Kota-Kota Eks Karesidenan Madura
Ekonomi
°Pertanian merupakan kegiatan ekonomi utama di madura. Jagung, padi, kacang tanah, cabe, kacang hijau dan singkong merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian di Madura, tersebar di banyak lahan kecil maupun besar.
°Peternakan sapi juga merupakan bagian penting ekonomi di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi.
°Sektor perikanan juga tak kalah penting dalam menopang perekonomian di pulau Madura. Wilayah ujung timur pulau madura yaitu kabupaten Sumenep merupakan salah satu wilayah penghasil ikan laut terbesar di jawa timur.
Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkih bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam. Selain komoditas tanaman di atas, sejak akhir tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) mencoba Pulau ini untuk dijadikan lahan pengembangan tebu di Jawa Timur.
Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi ekonomi sejak tahun 1980-an. Daerah ini sangat dekat dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah sub urban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Nasional Suramadu yang sudah beroperasi sejak Juni 2009, diharapkan meningkatkan interaksi wilayah madura dengan perekonomian regional.
Sumenep sebagai daerah wisata juga menyimpan banyak sumber daya alam berupa minyak dan gas alam yang dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan perindustrian yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Sumur-sumur minyak dan gas sebagian besar tersebar di wilayah lepas pantai Kepulauan kabupaten Sumenep.
Transportasi
Untuk menuju pulau ini, ada banyak pilihan sarana transportasi untuk para wisatawan di antaranya:
- Transportasi Darat, ada cukup banyak pilihan yaitu Bus PO Akas, PO Harianto, PO Karina, PO Pahala Kencana, PO Gunung Harta , PO Sinar Jaya Dan lainnya, bus-bus ini melayani antar kota dalam provinsi dan antar provinsi. Kalau dari surabaya (Terminal Purabaya Surabaya) bisa langsung naik bus PO AKAS jurusan Pulau Madura, bus ini melayani pemberangkatan selama 24 jam untuk rute Surabaya-Madura dan sebaliknya. Di masing-masing kota kabupaten bus ini biasanya akan singgah sejenak untuk menurunkan penumpang di terminal kota yang dilewati, pemberhentian bus paling terakhir yaitu di terminal Arya Wiraraja di Kota Sumenep.
- Transportasi Udara, untuk menikmati layanan transportasi ini, para penumpang akan diterbangkan dari Bandar Udara Trunojoyo, Sumenep dengan tujuan Surabaya dan sebaliknya.
- Transportasi Laut, Kapal laut/kapal feri bisa dinikmati dengan layanan rute Jangkar - Kalianget ataupun Ujung-Kamal. Ada juga kapal tradisional yang bisa dinaiki diantaranya adalah golekan, leti leti, janggolan, dan lis-alis.
Budaya
- Mamaca
- Mamapar gigi
- Kalenengan Karaton
- Tandha'
- Tan-pangantanan
- Ojhung
- Topeng dhalang
- Topen getthak
- Bajang Kole' (Bahasa Indonesia:Wayang Kulit)
- Lodrok
- Sape Sono'
- Karapan Sapi
- Upacara Adat Nyadar
- Upacara Adat Penganten Ngekak Sangger
Seni
Seni Tari
- Tari Moang Sangkal
- Tari Codi' Somekkar
- Tari Gambu
Seni Musik
Seni Kriya
- Batik Tulis Madura
- Keris, sentra pembuatan senjata keris di Sumenep terdapat di desa Aeng tong tong dan desa desa Palongan Kecamatan Bluto,
- Sentra Ukiran Sumenep Madura terdapat di desa Karduluk,
- Sentra pembuatan Perahu Madura terdapat di desa Slopeng dan Pulau Sapudi,
- Sentra Pembuatan Topeng Madura
- Sentra Pembuatan Clurit
Pariwisata
Pulau Madura memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu ikon wisata Madura adalah lomba Karapan Sapi. Setiap tahun Karapan Sapi diselenggarakan berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten, dan tingkat pembantu wilayah Madura. Selain lomba Karapan Sapi ada juga kontes Sapi Sono' yang diperagakan oleh sapi-sapi betina. Selain itu untuk beberapa di kepulauan Sumenep ada juga Karapan Kerbau. Selain Karapan Sapi, yang menjadi objek wisata favorit ada juga beberapa wisata yang semuanya tersebar di 4 wilayah kabupaten.
Tokoh Madura
Tokoh Kerajaan
Madura Barat
- Pangeran Tengah 1592-1621. Saudara dari:
- Pangeran Mas 1621-1624
- Pangeran Praseno / Pangéran Tjokro di Ningrat I / Pangeran Cakraningrat I 1624-1647. Anak dari Tengah dan Ayah dari:
- Pangeran Tjokro Diningrat II / Pangeran Cakraningrat II 1647-1707, Panembahan 1705. Ayah dari:
- Raden Temenggong Sosro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat III / Pangeran Cakraningrat III 1707-1718. Saudara dari:
- Raden Temenggong Suro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat IV / Pangeran Cakraningrat IV 1718-1736. Ayah dari:
- Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I / Panembahan Tjokro Diningrat V / Pangeran Cakraningrat V 1736-1769. Kakek dari:
- Raden Adipati Sejo Adiningrat II / Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VI / Pangeran Cakraningrat VI 1769-1779
- Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VII / Pangeran Cakraningrat VII 1779-1815, Sultan Bangkalan 1808-1815. Anak dari Tjokro di Ningrat V dan Ayah dari:
- Tjokro Diningrat VIII / Pangeran Cakraningrat VIII, Sultan Bangkalan 1815-1847. Saudara dari:
- Panembahan Tjokro Diningrat IX / Pangeran Cakraningrat / Sultan Bangkalan 1847-1862. Ayah dari:
- Panembahan Tjokro Diningrat X/ Pangeran Cakraningrat X / Sultan Bangkalan 1862-1882.
- Pangeran Trunojoyo, Pahlawan Madura salah seorang keturunan Kerajaan Madura Barat dalam memberontak pemerintahan VOC di Jawa dan Madura
Madura Timur
- Prabu Arya Wiraraja, Adipati Sumenep I pada tahun 1269 dan sebagai salah satu tokoh pendiri Kerajaan Majapahit bersama Raden Wijaya.
- Pangeran Secadiningrat I
- Pangeran Secadiningrat II
- Pangeran Secadiningrat III Adipati Sumenep XIII tahun 1415 - 1460
- Pangeran Secadiningrat IV Adipati Sumenep 1460 - 1502
- Pangeran Secadiningrat V Adipati Sumenep 1502 - 1559
- Raden Tumenenggung Ario Kanduruan Adipati Sumenep 1559 - 1562
- Pangeran Lor dan Pangeran Wetan Adipati Sumenep 1562 - 1567
- Pangeran Keduk I Adipati Sumenep 1567 - 1574
- Pangeran Lor II Adipati Sumenep 1574 - 1589
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I menjadi Adipati Sumenep 1589 - 1626
- Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa Adipati Sumenep 1626 - 1644
- Kanjeng R. Tumenggung Ario Jaingpatih Adipati Sumenep 1644 - 1648
- Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro Adipati Sumenep 1648 - 1672
- Kanjeng R. Tumenggung Pulang Jiwa dan Kanjeng Pangeran Seppo Adipati Sumenep 1672 - 1678
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro II Adipati Sumenep 1678 - 1709
- Kanjeng R. Tumenggung Wiromenggolo Adipati Sumenep 1709 - 1721
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro III Adipati Sumenep 1721 - 1744
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro IV Adipati Sumenep 1744 - 1749
- Raden Buka Adipati Sumenep 1749 - 1750
- Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtanegara dan Kanjeng R. Tumenggung Tirtanegara Adipati Sumenep 1750 - 1762
- Kanjeng R. Tumenggung Ario Asirudin / Pangeran Natakusuma I (Panembahan Somala) Sultan Sumenep tahun 1762 - 1811
- Sultan Abdurrahman Paku Nataningrat I (Kanjeng R. Tumenggung Abdurrahaman) Sultan Sumenep 1811 - 1854
- Panembahan Natakusuma II (Kanjeng R. Tumenggung Moh. Saleh Natanegara) menjadi Adipati Sumenep 1854 - 1879
- Kanjeng Pangeran Ario Mangkudiningrat Adipati Sumenep 1879 - 1901
- Kanjeng Pangeran Ario Pratamingkusuma Adipati Sumenep 1901 - 1926
- Kanjeng Pangeran Ario Prabuwinata Adipati Sumenep 1926 - 1929
Lihat pula
- Bahasa Madura
- Kepulauan Kangean
- Universitas Madura
- IAIN MADURA
- Politeknik Negeri Madura
- STKIP PGRI Bangkalan
- Provinsi Madura
Ragam Hal
Media
- Radio Nada FM Madura Diarsipkan 2020-11-18 di Wayback Machine.
- Radio Amanah FM
- Kabar Madura
- Radar Madura
- Jawa Pos Radar Madura (Jawa Pos Grup)
- Portal Madura
- Madura Channel
Referensi
- ^ Van Dijk, K., de Jonge, H. & Touwen-Bouwsma, E., Introduction, di dalam: van Dijk et al. (penyunting), Across Madura Strait: the dynamics of an insular society, Leiden: KITLV Press, 1995, hlm. 1-6.
A.M.H.J. Stokvis, Manuel d’histoire, de généalogie et de chronologie de tous les Etats du globe..., Boekhandel & Antiquariaat B.M. Israël, Leiden 1888-1893, 1966
- Bouvier, Hélène (1994) La matière des émotions. Les arts du temps et du spectacle dans la société madouraise (Indonésie). Publications de l'École Française d'Extrême-Orient, vol. 172. Paris: EFEO. ISBN 2-85539-772-3.
- Farjon, I.(1980) Madura and surrounding islands: an annotated bibliography, 1860-1942 The Hague: M. Nijhoff. Bibliographical series (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands)) ; 9.
- Kees van Dijk, Huub de Jonge, and Elly Touwen-Bouswsma, eds. (1995). Across Madura Strait: the dynamics of an insular society. Leiden: KITLV Press. ISBN 90-6718-091-2.
- Smith, Glenn (1995) Time Allocation Among the Madurese of Gedang-Gedang. Cross-Cultural Studies in Time Allocation, Volume XIII. New Haven, Connecticut: Human Relations Area Files Press.
- Smith, Glenn (2002) Bibliography of Madura (including Bawean, Sapudi and Kangean). [1] Diarsipkan 2012-02-02 di Wayback Machine.
Pranala luar
- Panduan perjalanan Madura di Wikiwisata
- (Inggris) Legenda tentang pulau Madura
- (Indonesia) Berita Seputar Madura Terkini Diarsipkan 2013-06-30 di Wayback Machine.