Lokomotif D52: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 39: | Baris 39: | ||
Lokomotif ini tersebar di 8 [[depo lokomotif]] di [[pulau Jawa|Jawa]] dan [[Sumatra]], yaitu: |
Lokomotif ini tersebar di 8 [[depo lokomotif]] di [[pulau Jawa|Jawa]] dan [[Sumatra]], yaitu: |
||
* [[Jatinegara]], (22 unit) |
* [[Stasiun Jatinegara|Depo Jatinegara]], (22 unit) |
||
* [[Cirebon]], (15 unit) |
* [[Stasiun Cirebon Prujakan|Cirebon]], (15 unit) |
||
* Banjar, (6 unit) |
* [[Stasiun Banjar|Banjar]], (6 unit) |
||
* [[Kutoarjo]], (3 unit) |
* [[Stasiun Kutoarjo|Kutoarjo]], (3 unit) |
||
* [[Yogyakarta]], (16 unit) |
* [[Stasiun Yogyakarta|Yogyakarta]], (16 unit) |
||
* [[Madiun]], (15 unit) |
* [[Stasiun Madiun|Madiun]], (15 unit) |
||
* [[Sidotopo]], (13 unit) |
* [[Stasiun Sidotopo|Sidotopo]], (13 unit) |
||
* [[Kertapati]], (10 unit) |
* [[Stasiun Kertapati|Kertapati]], (10 unit) |
||
D52 sempat ditempatkan di Bandung. Tetapi sejak tahun 1965, D52 milik Depo Lokomotif Bandung mulai disebar ke depo-depo lain karena D52065 larat di sekitaran Trowek (sekarang Cirahayu) yang membuat D52 lain dilarang masuk petak Ciawi-Bandung-Purwakarta. |
D52 sempat ditempatkan di Bandung. Tetapi sejak tahun 1965, D52 milik Depo Lokomotif Bandung mulai disebar ke depo-depo lain karena D52065 larat di sekitaran Trowek (sekarang Cirahayu) yang membuat D52 lain dilarang masuk petak Ciawi-Bandung-Purwakarta. |
Revisi per 26 Desember 2023 18.12
Data teknis | |
---|---|
Sumber tenaga | uap |
Produsen | Fried Krupp, Jerman |
Nomor seri | D52 |
Model | Mikado |
Tanggal dibuat | 1951-1955 |
Jumlah dibuat | 100 unit |
Spesifikasi roda | |
Notasi Whyte | 2-8-2 |
Susunan roda AAR | 1-D-1 |
Klasifikasi UIC | 1D1 |
Dimensi | |
Lebar sepur | 1.067 mm |
Diameter roda | 1.503 mm |
Panjang | 14.135 mm |
Lebar | 2.642 mm |
Tinggi maksimum | 3.720 mm |
Jarak antara alat perangkai | 20.632 mm |
Tinggi alat perangkai | 760 mm |
Berat | |
Berat kosong | 87,7 ton |
Berat siap | 124,6 ton |
Berat adhesi | 52,6 ton |
Bahan bakar | |
Jenis bahan bakar | Batubara / Minyak residu |
Kapasitas bahan bakar | Batubara 8 ton Residu 6 ton |
Kapasitas air | 25 m² |
Kelistrikan | |
Sistem kelistrikan | J. Stone & Co. Ltd |
Sistem mesin | |
Ukuran silinder | 500 mm x 600 mm |
Kinerja | |
Kecepatan maksimum | 90 km/jam |
Daya mesin | 1.2 MW |
Lain-lain | |
Rem kereta | Rem vakum, dan rem manual (handbrake) |
Jenis suling/klakson lokomotif | Suling D&RGW 5 chime |
Karier | |
Julukan | "Lokomotif Sang Penakluk, Bom berjalan, Si Kruong" |
Daerah operasi | Pulau Jawa |
Lokomotif D 52 adalah lokomotif uap multiguna yang dioperasikan oleh Djawatan Kereta Api (DKA). Lokomotif ini merupakan satu-satunya jenis lokomotif uap jalur utama yang dipesan oleh Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.[1]
Sejarah
Pasca kolonialisasi, pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk melakukan nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia, salah satunya adalah Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda. Perusahaan ini berganti nama menjadi Djawatan Kereta Api (DKA). DKA mewarisi armada lokomotif, kereta serta gerbong yang berumur tua serta banyak yang rusak akibat perang. Untuk memodernisasi armada sarananya, DKA memesan lokomotif, kereta dan gerbong baru ke berbagai perusahaan di luar negeri. Salah satu lokomotif yang dipesan adalah lokomotif uap D 52. Sebanyak 100 unit lokomotif uap bergandar 2-8-2 ini dipesan oleh pemerintah Indonesia. Seluruhnya dibuat oleh pabrikan Fried Krupp di Essen, Jerman, mulai tahun 1950.
Fungsi lokomotif D 52 di Jawa dititik beratkan sebagai angkutan penumpang dibanding angkutan barang. Sebagian masyarakat bahkan mengidolakan lokomotif ini lantaran kesetiaannya mengantar penumpang ke mana saja. Seperti yang terjadi di lintas Madiun-Kertosono yaitu kereta api KA Rapih Dhoho. Sebaliknya di Sumatera Selatan, lokomotif ini difungsikan sebagai angkutan barang, yaitu untuk menarik rangkaian batubara.
Lokomotif ini tersebar di 8 depo lokomotif di Jawa dan Sumatra, yaitu:
- Depo Jatinegara, (22 unit)
- Cirebon, (15 unit)
- Banjar, (6 unit)
- Kutoarjo, (3 unit)
- Yogyakarta, (16 unit)
- Madiun, (15 unit)
- Sidotopo, (13 unit)
- Kertapati, (10 unit)
D52 sempat ditempatkan di Bandung. Tetapi sejak tahun 1965, D52 milik Depo Lokomotif Bandung mulai disebar ke depo-depo lain karena D52065 larat di sekitaran Trowek (sekarang Cirahayu) yang membuat D52 lain dilarang masuk petak Ciawi-Bandung-Purwakarta. [2]
Fitur dan Teknologi
Sebagian orang membandingkan lokomotif ini dengan lokomotif Baureihe 41 (BR 41) milik perusahaan kereta api federal Jerman (Deustche Bundesbahn), yang dibuat oleh pabrik yang sama, dalam kurun waktu yang sama. Lokomotif D 52 memiliki fitur-fitur khas lokomotif buatan Jerman, seperti smoke deflector tipe Witte, boiler standar einheitslok, dan beberapa fitur lain.
D 52 boleh dikatakan sebagai lokomotif uap paling modern yang pernah dimiliki indonesia. Dengan diameter roda penggerak yang besar (1.503 mm), Lokomotif ini dirancang agar dapat berlari dengan kecepatan maksimum hingga 90 km/jam, jarang dicapai oleh lokomotif lain pada saat itu. Hal ini membuat lokomotif D 52 sangat cocok menarik kereta barang dan penumpang cepat di dataran rendah, namun sangat buruk untuk jalur pegunungan (terutama di Jawa Barat), karena kecenderungannya untuk berjalan kencang.
Selain itu, lokomotif ini juga memliki tekanan uap yang sangat tinggi (1.6 MPa), melebihi lokomotif mallet seperti DD52 sekalipun. Hal ini dapat berakibat fatal, karena kekeliruan dalam menangani ketel uap dapat menimbulkan ledakan yang mengakibatkan Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH). Contohnya adalah PLH yang melibatkan lokomotif D52084, saat menarik rangkaian gerbong barang dari Prupuk ke Purwokerto, diduga karena gangguan pada saluran uap lokomotif.
Konversi Bahan Bakar
Pada awal kedatangannya, lokomotif D 52 menggunakan 2 jenis bahan bakar. D52001 sampai D52050 menggunakan batu bara, sementara sisanya menggunakan minyak residu. Belakangan, antara tahun 1956 hingga 1965, sebanyak 21 unit lokomotif D 52 berbahan bakar batu bara dikonversi menjadi lokomotif berbahan bakar minyak residu. Pengerjaan konversi dilakukan oleh Balai Yasa Madiun (kini Pabrik PT. INKA). Sebanyak 29 unit lokomotif tetap tidak dikonversi, sepuluh diantaranya dikirim ke Sumatera Selatan.
Preservasi
Kini lokomotif D 52 hanya tersisa satu unit utuh, yaitu bernomor D52099 di Stasiun Purwosari, Solo, Jawa Tengah. Saat ini masih belum kunjung restorasi setelah 2 tahun mangkrak di Stasiun Purwosari
Galeri
-
Lokomotif D52099 aslinya d52080 di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah
Referensi
- ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 103. ISBN 978-602-0818-55-9.
- ^ Durrant, A. E. 1975. PNKA Power Parade. Middlesex, Eng: Continental Railway Circle. lih. hlm. 17-18
Lihat pula
- Depo lokomotif
- Diesel elektrik
- Industri Kereta Api Madiun
- Daftar kecelakaan kereta api di Indonesia
- Kereta Api Indonesia
- Kereta api ringan
Pranala luar
- (Indonesia) indonesianheritagerailway.com Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine. (pranala nonaktif)
- (Indonesia) Alokasi Lokomotif PT. KAI di Indonesia Saat Ini Diarsipkan 2014-07-15 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Situs web resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Diarsipkan 2015-11-25 di Wayback Machine.