Lompat ke isi

Penerimaan Negara Bukan Pajak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
penambahan beberapa peraturan jenis dan tarif PNBP berbentuk PMK ke dalam tabel
Baris 15: Baris 15:
=== Jenis ===
=== Jenis ===
UU Nomor 9 Tahun 2018 beserta aturan pelaksananya, PP Nomor 69 Tahun 2020, mengklasifikasikan objek Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ke dalam 6 kelompok.{{efn|pasal 4 ayat 1 UU No. 9 Tahun 2018}} Atas keenam kelompok ini kemudian dirinci ragam jenis PNBP melalui [[Peraturan Pemerintah (Indonesia)|Peraturan Pemerintah]] (PP) dan/atau [[Peraturan Menteri (Indonesia)|Peraturan Menteri]] Keuangan (PMK).{{efn|pasal 4 ayat 2 dan ayat 3 UU No. 9 Tahun 2018}}
UU Nomor 9 Tahun 2018 beserta aturan pelaksananya, PP Nomor 69 Tahun 2020, mengklasifikasikan objek Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ke dalam 6 kelompok.{{efn|pasal 4 ayat 1 UU No. 9 Tahun 2018}} Atas keenam kelompok ini kemudian dirinci ragam jenis PNBP melalui [[Peraturan Pemerintah (Indonesia)|Peraturan Pemerintah]] (PP) dan/atau [[Peraturan Menteri (Indonesia)|Peraturan Menteri]] Keuangan (PMK).{{efn|pasal 4 ayat 2 dan ayat 3 UU No. 9 Tahun 2018}}
# Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA):{{efn|pasal 7 ayat 1 UU No. 9 Tahun 2018}}
## pemanfaatan SDA yang terbarukan; dan
## pemanfaatan SDA yang terbarukan; dan
## pemanfaatan SDA yang tak terbarukan
## pemanfaatan SDA yang tak terbarukan
Baris 74: Baris 75:
| PP No. 26 Tahun 2022
| PP No. 26 Tahun 2022
|-
|-
| [[Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia|Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia]]
| rowspan=2 | [[Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia|Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia]]
| PP No. 28 Tahun 2019
| PP No. 28 Tahun 2019
|-
| '''Pelayanan Golden Visa:'''
PMK No. 82 Tahun 2023 ''(mendesak)''
|-
|-
| [[Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia|Kementerian Kelautan dan Perikanan]]
| [[Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia|Kementerian Kelautan dan Perikanan]]
| PP No. 85 Tahun 2021
| PP No. 85 Tahun 2021
|-
|-
| [[Kementerian Kesehatan Republik Indonesia|Kementerian Kesehatan]]
| rowspan=2 | [[Kementerian Kesehatan Republik Indonesia|Kementerian Kesehatan]]
| PP No. 64 Tahun 2019
| PP No. 64 Tahun 2019
|-
| '''Layanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) di Provinsi [[Maluku]], [[Nusa Tenggara Timur]], dan [[Papua]]:'''
PMK No. 122/PMK.02/2022 ''(mendesak)''
|-
|-
| [[Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia|Kementerian Ketenagakerjaan]]
| [[Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia|Kementerian Ketenagakerjaan]]
Baris 101: Baris 108:
| PP No. 41 Tahun 2018
| PP No. 41 Tahun 2018
|-
|-
| [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia|Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat]]
| rowspan=2 | [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia|Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat]]
| PP No. 21 Tahun 2023
| PP No. 21 Tahun 2023
|-
| '''Nilai Tambah Pengelolaan Layanan Dana Bergulir pada Sekretariat [[Badan Pengatur Jalan Tol|BPJT]]:'''
PMK No. 30 Tahun 2023
|-
|-
| [[Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia|Kementerian Pemuda dan Olahraga]]
| [[Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia|Kementerian Pemuda dan Olahraga]]
| PP No. 8 Tahun 2015
| PP No. 8 Tahun 2015
|-
|-
| [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi]]
| rowspan=2 | [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi]]
| PP No. 22 Tahun 2023
| PP No. 22 Tahun 2023
|-
|-
| '''Layanan Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru [[Universitas negeri|Perguruan Tinggi Negeri]] (PTN):'''
| [[Kementerian Perdagangan Republik Indonesia|Kementerian Perdagangan]]
PMK No. 4/PMK.02/2023 ''(mendesak)''
|-
| rowspan=2 | [[Kementerian Perdagangan Republik Indonesia|Kementerian Perdagangan]]
| PP No. 50 Tahun 2023
| PP No. 50 Tahun 2023
|-
| '''Jasa Pemeriksaan Produk Halal:'''
PMK No. 173/PMK.02/2022 ''(mendesak)''
|-
|-
| [[Kementerian Perhubungan Republik Indonesia|Kementerian Perhubungan]]
| [[Kementerian Perhubungan Republik Indonesia|Kementerian Perhubungan]]
| PP No. 15 Tahun 2016
| PP No. 15 Tahun 2016
|-
|-
| [[Kementerian Perindustrian Republik Indonesia|Kementerian Perindustrian]]
| rowspan=2 | [[Kementerian Perindustrian Republik Indonesia|Kementerian Perindustrian]]
| PP No. 54 Tahun 2021
| PP No. 54 Tahun 2021
|-
| '''Jasa Pelayanan Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi dan Jasa Pemeriksaan Produk Halal:'''
PMK No. 142/PMK.02/2022 ''(mendesak)''
|-
|-
| [[Kementerian Pertahanan Republik Indonesia|Kementerian Pertahanan]]
| [[Kementerian Pertahanan Republik Indonesia|Kementerian Pertahanan]]
Baris 164: Baris 183:
| PP No. 7 Tahun 2015
| PP No. 7 Tahun 2015
|-
|-
| [[Badan Riset dan Inovasi Nasional]]
| rowspan=2 | [[Badan Riset dan Inovasi Nasional]]
| PP No. 13 Tahun 2014 ([[Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia|Kemenristek]])<br>PP No. 51 Tahun 2018 ([[Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi|BPPT]])<br>PP No. 8 Tahun 2019([[Badan Tenaga Nuklir Nasional|Batan]])<br>PP No. 14 Tahun 2019 ([[Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional|LAPAN]])<br>PP No. 80 Tahun 2021 ([[Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia|LIPI]])
| PP No. 13 Tahun 2014 ([[Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia|Kemenristek]])<br>PP No. 51 Tahun 2018 ([[Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi|BPPT]])<br>PP No. 8 Tahun 2019([[Badan Tenaga Nuklir Nasional|Batan]])<br>PP No. 14 Tahun 2019 ([[Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional|LAPAN]])<br>PP No. 80 Tahun 2021 ([[Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia|LIPI]])
|-
| PMK No. 210/PMK.02/2021 ''(mendesak)''<br>129/PMK.02/2022 ''(mendesak)''
|-
|-
| [[Badan Standardisasi Nasional]]
| [[Badan Standardisasi Nasional]]
Baris 173: Baris 194:
| PP No. 39 Tahun 2016
| PP No. 39 Tahun 2016
|-
|-
| [[Kepolisian Negara Republik Indonesia]]
| rowspan=2 | [[Kepolisian Negara Republik Indonesia]]
| PP No. 76 Tahun 2020
| PP No. 76 Tahun 2020
|-
| '''Layanan Izin Pengamanan dan Keramaian Bersifat Komersial:'''
PMK No. 104 Tahun 2023 ''(mendesak)''
|-
|-
| [[Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia|Komisi Pemberantasan Korupsi]]
| [[Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia|Komisi Pemberantasan Korupsi]]
Baris 184: Baris 208:
| [[Lembaga Administrasi Negara]]
| [[Lembaga Administrasi Negara]]
| PP No. 60 Tahun 2021
| PP No. 60 Tahun 2021
|-
| [[Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah]]
| PMK No. 117 Tahun 2023 ''(mendesak)''
|-
|-
| [[Lembaga Penyiaran Publik|LPP]] [[Radio Republik Indonesia]]
| [[Lembaga Penyiaran Publik|LPP]] [[Radio Republik Indonesia]]

Revisi per 7 Januari 2024 11.53

Penerimaan Negara Bukan Pajak (disingkat PNBP) adalah istilah dari bentuk pendapatan negara di Indonesia yang tidak bersumber dari pajak. PNBP merupakan salah satu unsur yang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), selain penerimaan perpajakan dan penerimaan hibah (baik dalam dan luar negeri).

PNBP merupakan lingkup keuangan negara yang dikelola dan dipertanggungjawabkan sehingga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga audit yang bebas dan mandiri turut melakukan pemeriksaan atas komponen yang mempengaruhi pendapatan negara dan merupakan penerimaan negara sesuai dengan undang-undang. Laporan hasil pemeriksaan BPK kemudian diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).[1]

Menyadari pentingnya PNBP, maka kemudian dilakukan pengaturan dalam peraturan perundang-undangan, di antaranya melalui:

  • UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
  • PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak;
  • PP Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;
  • PP Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak;
  • PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang.

Jenis dan tarif

Jenis

UU Nomor 9 Tahun 2018 beserta aturan pelaksananya, PP Nomor 69 Tahun 2020, mengklasifikasikan objek Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ke dalam 6 kelompok.[a] Atas keenam kelompok ini kemudian dirinci ragam jenis PNBP melalui Peraturan Pemerintah (PP) dan/atau Peraturan Menteri Keuangan (PMK).[b]

  1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA):[c]
    1. pemanfaatan SDA yang terbarukan; dan
    2. pemanfaatan SDA yang tak terbarukan
  2. Pelayanan:[d]
    1. pelayanan dasar; dan
    2. pelayanan non dasar
  3. Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan:[e]
    1. surplus Badan bagian Pemerintah;
    2. bagian laba Pemerintah pada Badan;
    3. bagian Pemerintah dari kelebihan akumulasi cadangan umum dan cadangan tujuan pada Badan;
    4. dividen bagian Pemerintah pada Badan yang berbentuk Perusahaan umum, perusahaan perseroan dan/atau Perseroan terbatas (PT) lainnya; dan
    5. pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  4. Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN):[f]
    1. penggunaan barang milik negara;
    2. pemanfaatan barang milik negara; dan
    3. pemindahtanganan barang milik negara.
  5. Pengelolaan Dana:[g]
    1. imbal jasa atas pengelolaan uang negara dalam pelaksanaan konsolidasi rekening bendahara satuan kerja secara virtual dan penerapan rekening tunggal perbendaharaan;
    2. imbal jasa atas pelaksanaan investasi Pemerintah;
    3. imbal jasa berupa bunga atau remunerasi atas penempatan uang Pemerintah pada perbankan; dan
    4. imbal jasa atas Pengelolaan Dana Pemerintah atau dana perolehan lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  6. Hak Negara Lainnya:[h]
    1. denda administratif;
    2. pungutan sebagai akibat putusan atau ketetapan Pengadilan atau Badan yang memiliki kewenangan berdasarkan peraturnn perundang-undangan; dan
    3. pungutan atau penerimaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tarif

UU Nomor 9 Tahun 2018 mengklasifikasikan tarif atas PNBP ke dalam 2 bentuk: tarif spesifik dan tarif ad valorem.[i] Tarif spesifik ditetapkan dengan nominal uang, sementara tarif ad valorem antara lain ditetapkan dengan persentase dan formula.[j]. Tarif ini, dengan pertimbangan tertentu dapat ditetapkan sebesar Rp0 atau 0%.[k]

Produk hukum yang digunakan untuk menetapkan tarif PNBP bergantung pada jenis objek PNBP tersebut, yaitu sebagai berikut:

  1. Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari Pemanfaatan SDA diatur dalam undang-undang (UU), kontrak pengelolaan sumber daya alam, dan/atau Peraturan Pemerintah (PP).[l] Adapun kontrak pengelolaan sumber daya alam yang dimaksud meliputi Kontrak Kerja Sama (KKS) kegiatan usaha hulu migas, Kontrak Karya (KK) mineral, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B).[m] Kontrak tersebut memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh UU atau PP yang mengatur mengenai jenis PNBP tersebut.[n]
  2. Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari Pelayanan diatur dalam PP dan/atau Peraturan Menteri Keuangan (PMK).[o]
  3. Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan diatur dalam UU dan/atau dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).[p] Pengaturan dalam RUPS diperuntukkan untuk PNBP berupa dividen bagian Pemerintah pada Perseroan Terbatas (PT).[q]
  4. Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) diatur dalam PP dan/atau PMK.[r]
  5. Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari Pengelolaan Dana diatur dalam PMK.[s]
  6. Tarif atas jenis PNBP yang berasal dari Hak Negara Lainnya diatur dalam UU, PP, dan/atau PMK.[t]

Adapun pengaturan melalui PMK pada jenis PNBP Pelayanan, jenis PNBP Pengelolaan BMN sehubungan dengan penggunaan BMN, dan jenis PNBP Hak Negara lainnya diperuntukkan bagi tarif PNBP yang bersifat volatil (membutuhkan perubahan minimal sekali dalam setahun) dan/atau apabila terjadi kebutuhan mendesak.[u]

Tarif PNBP dapat pula diatur oleh Peraturan Menteri atau Pimpinan Lembaga lain selain Menteri Keuangan dengan syarat telah diperintahkan demikian oleh UU dan/atau PP, serta Menteri Keuangan telah memberikan persetujuan atas besaran, persyaratan, dan tata cara pengenaan tarif tersebut.[v]

Peraturan Perundang-Undangan yang Mengatur Mengenai Jenis dan Tarif PNBP

Berikut adalah beberapa produk hukum yang mengatur jenis dan tarif PNBP yang berlaku pada instansi atau kegiatan tertentu:

Nama Instansi Produk Hukum
Seluruh instansi pengelola PNBP PP No. 47 Tahun 2023
Kementerian Agama PP No. 59 Tahun 2018
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional PP No. 128 Tahun 2015
Kementerian Dalam Negeri PP No. 10 Tahun 2023
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP No. 26 Tahun 2022
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia PP No. 28 Tahun 2019
Pelayanan Golden Visa:

PMK No. 82 Tahun 2023 (mendesak)

Kementerian Kelautan dan Perikanan PP No. 85 Tahun 2021
Kementerian Kesehatan PP No. 64 Tahun 2019
Layanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) di Provinsi Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua:

PMK No. 122/PMK.02/2022 (mendesak)

Kementerian Ketenagakerjaan PP No. 41 Tahun 2023
Kementerian Keuangan PP No. 3 Tahun 2018
PP No. 62 Tahun 2020
Kementerian Komunikasi dan Informatika PP No. 43 Tahun 2023
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan PP No. 12 Tahun 2014 (Kemenhut)
PP No. 44 Tahun 2014 (Kemen-LH)
Kementerian Luar Negeri PP No. 49 Tahun 2016
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif PP No. 41 Tahun 2018
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PP No. 21 Tahun 2023
Nilai Tambah Pengelolaan Layanan Dana Bergulir pada Sekretariat BPJT:

PMK No. 30 Tahun 2023

Kementerian Pemuda dan Olahraga PP No. 8 Tahun 2015
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi PP No. 22 Tahun 2023
Layanan Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri (PTN):

PMK No. 4/PMK.02/2023 (mendesak)

Kementerian Perdagangan PP No. 50 Tahun 2023
Jasa Pemeriksaan Produk Halal:

PMK No. 173/PMK.02/2022 (mendesak)

Kementerian Perhubungan PP No. 15 Tahun 2016
Kementerian Perindustrian PP No. 54 Tahun 2021
Jasa Pelayanan Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi dan Jasa Pemeriksaan Produk Halal:

PMK No. 142/PMK.02/2022 (mendesak)

Kementerian Pertahanan PP No. 57 Tahun 2013 (atas kegiatan hidro oseanografi)
PP No. 17 Tahun 2014 (atas pelayanan kesehatan)
Kementerian Pertanian PP No. 28 Tahun 2023
Kementerian Sekretariat Negara PP No. 39 Tahun 2011
Kementerian Sosial PP No. 19 Tahun 2023
Arsip Nasional Republik Indonesia PP No. 53 Tahun 2019
Badan Informasi Geospasial PP No. 49 Tahun 2019
Badan Kepegawaian Negara PP No. 2 Tahun 2024
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika PP No. 47 Tahun 2018
Badan Narkotika Nasional PP No. 19 Tahun 2020
Badan Nasional Penanggulangan Bencana PP No. 27 Tahun 2018
Badan Pemeriksa Keuangan PP No. 81 Tahun 2021
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan PP No. 80 Tahun 2021
Badan Pengawas Obat dan Makanan PP No. 32 Tahun 2017
Badan Pengawas Tenaga Nuklir PP No. 42 Tahun 2022
Badan Pusat Statistik PP No. 7 Tahun 2015
Badan Riset dan Inovasi Nasional PP No. 13 Tahun 2014 (Kemenristek)
PP No. 51 Tahun 2018 (BPPT)
PP No. 8 Tahun 2019(Batan)
PP No. 14 Tahun 2019 (LAPAN)
PP No. 80 Tahun 2021 (LIPI)
PMK No. 210/PMK.02/2021 (mendesak)
129/PMK.02/2022 (mendesak)
Badan Standardisasi Nasional PP No. 40 Tahun 2018
PP No. 74 Tahun 2019
Kejaksaan Republik Indonesia PP No. 39 Tahun 2016
Kepolisian Negara Republik Indonesia PP No. 76 Tahun 2020
Layanan Izin Pengamanan dan Keramaian Bersifat Komersial:

PMK No. 104 Tahun 2023 (mendesak)

Komisi Pemberantasan Korupsi PP No. 54 Tahun 2019
Komisi Pengawas Persaingan Usaha PP No. 20 Tahun 2023
Lembaga Administrasi Negara PP No. 60 Tahun 2021
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah PMK No. 117 Tahun 2023 (mendesak)
LPP Radio Republik Indonesia PP No. 68 Tahun 2020
LPP Televisi Republik Indonesia PP No. 66 Tahun 2020
Mahkamah Agung serta badan peradilan di bawahnya PP No. 5 Tahun 2019
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia PP No. 75 Tahun 2013
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PP No. 109 Tahun 2021

Sejarah

Pra 1997

Sebelum 1997, PNBP belum memiliki landasan penyelenggaraan dan pengelolaan yang jelas. Pengaturannya masih terpencar pada berbagai ragam dan tingkatan peraturan perundang-undangan sehingga belum mencerminkan kepastian hukum.

Lahirnya UU Nomor 22 Tahun 1997

Pengaturan terpadu atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pertama kali dilakukan melalui UU Nomor 22 Tahun 1997. Beleid tersebut mendefinisikan PNBP sebagai seluruh penerimaan Pemerintah pusat yang berasal dari penerimaan perpajakan.[w] Dengan demikian, pada undang-undang ini, Hibah yang diterima Pemerintah ikut digolongkan sebagai PNBP. Subjek dan klasifikasi tarif PNBP belum dijabarkan dalam UU ini.

Pada masa ini, PNBP diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok:[x]

  1. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;
  2. penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
  3. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan;
  4. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;
  5. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi;
  6. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;
  7. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.

Adapun jenis[y] dan tarif[z] PNBP pada tiap kelompok tersebut (termasuk yang belum tercakup ke dalam satupun kelompok[aa]) ditetapkan dengan undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah (PP). Dalam hal ditetapkan dengan PP, Pemerintah harus terlebih dahulu mengemukakan hal tersebut ke DPR pada saat pembahasan dan penyusunan RUU APBN.[ab]

UU Nomor 9 Tahun 2018

Pengelolan PNBP

PNBP dipungut atau ditagih oleh Instansi Pemerintah dengan perintah UU atau PP atau penunjukan dari Menteri Keuangan, berdasarkan Rencana PNBP yang dibuat oleh Pejabat Instansi Pemerintah tersebut. PNBP yang telah dipungut atau ditagih tersebut kemudian disetorkan ke kas negara dan wajib dilaporkan secara tertulis oleh Pejabat Instansi Pemerintah kepada Menteri Keuangan dalam bentuk Laporan Realisasi PNBP Triwulan yang disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah triwulan tersebut berakhir. Untuk satker yang berstatus Badan Layanan Umum, tidak seluruh PNBP harus disetor ke kas negara, namun boleh dikelola sendiri oleh satuan kerja yang bersangkutan dengan catatan siap dan sanggup diaudit.[2]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ pasal 4 ayat 1 UU No. 9 Tahun 2018
  2. ^ pasal 4 ayat 2 dan ayat 3 UU No. 9 Tahun 2018
  3. ^ pasal 7 ayat 1 UU No. 9 Tahun 2018
  4. ^ pasal 8 ayat 1 UU No. 9 Tahun 2018
  5. ^ pasal 7 ayat 3 PP No. 69 Tahun 2020
  6. ^ pasal 7 ayat 4 PP No. 69 Tahun 2020
  7. ^ pasal 7 ayat 5 PP No. 69 Tahun 2020
  8. ^ pasal 7 ayat 6 PP No. 69 Tahun 2020
  9. ^ pasal 6 UU No. 9 Tahun 2018
  10. ^ pasal 6 Penjelasan atas UU No. 9 Tahun 2018
  11. ^ pasal 13 UU No. 9 Tahun 2018
  12. ^ pasal 7 ayat 3 UU No. 9 Tahun 2018
  13. ^ pasal 6 ayat 1 Penjelasan atas PP No. 69 Tahun 2020
  14. ^ pasal 6 ayat 1 PP No. 69 Tahun 2020
  15. ^ pasal 8 ayat 3 UU No. 9 Tahun 2018
  16. ^ pasal 9 ayat 2 UU No. 9 Tahun 2018
  17. ^ pasal 6 ayat 2 PP No. 69 Tahun 2020
  18. ^ pasal 10 ayat 2 UU No. 9 Tahun 2018
  19. ^ pasal 11 ayat 2 UU No. 9 Tahun 2018
  20. ^ pasal 12 ayat 2 UU No. 9 Tahun 2018
  21. ^ pasal 8 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 PP No. 69 Tahun 2020
  22. ^ pasal 9 ayat 1 dan ayat 2 PP No. 69 Tahun 2020
  23. ^ pasal 1 angka 1 UU No. 22 Tahun 1997
  24. ^ pasal 2 ayat 1 UU No. 22 Tahun 1997
  25. ^ pasal 2 ayat 2 UU No. 22 Tahun 1997
  26. ^ pasal 3 ayat 2 UU No. 22 Tahun 1997
  27. ^ pasal 2 ayat 3 UU No. 22 Tahun 1997
  28. ^ pasal 2 ayat 2, pasal 2 ayat 3, dan pasal 3 ayat 2 bagian Penjelasan atas UU No. 22 Tahun 1997

Referensi

  1. ^ [Ditama Bimbangkum: Pendapatan Negara Bukan Pajak http://ejournal.upi.edu/index.php/BHS/article/download/48/16]
  2. ^ [Kopertis: Badan Layanan Umum & Penerimaan Negara Bukan Pajak http://www.kopertis12.or.id/2011/01/18/badan-layanan-umum-blu-penerimaan-negara-bukan-pajak-pnbp.html]