Maulana Yusuf dari Banten: Perbedaan antara revisi
Adhiyan216 (bicara | kontrib) Tag: Pengembalian manual VisualEditor |
Ada sumbernya. Sy bisa laporkan ke pengurus krn vandalisme. Sy tidak hapus suntingan anda meski tidak ada sumbernya. Tag: Pembatalan |
||
Baris 34: | Baris 34: | ||
== Silsilah == |
== Silsilah == |
||
=== Naskah Negarakertabumi === |
|||
* Maulana Yusuf, bin |
|||
* Maulana Hasanuddin |
|||
* Sunan Gunung Jati / Syarif Hidayatullah / Sayyid Al-Kamil / Susuhunan Jati / Susuhunan Cirebon |
|||
* Syarif Abdullah + Nyi Hajjah Syarifah Mudaim (Nyi Mas [[Rara Santang]]) binti [[Sri Baduga Maharaja]] |
|||
* Ali Nurul Alam + Puteri Mesir |
|||
* Jamaluddin Al-Husein |
|||
* Al-Amir Akhmad Syekh Jalaludin |
|||
* Amir Abdullah Khan |
|||
* Abdul Malik (India) |
|||
* Alwi 'Ammul faqih Hadhramaut |
|||
* Muhammad Shohib Mirbath |
|||
* Ali Khali' Qasam |
|||
* Alwi Shohib Bait Jubair |
|||
* Muhammad Maula As-Shauma'ah |
|||
* Alwi Al-Mubtakir |
|||
* Ubaidillah |
|||
* [[Ahmad Al-Muhajir]] |
|||
* [[Isa Al-Rumi]] |
|||
* [[Muhammad An-Naqib]] |
|||
* [[Ali Al-Uraidhi]] |
|||
* [[Ja'far Ash-Shadiq]] ([[Madinah]]) |
|||
* [[Muhammad Al-Baqir]] |
|||
* [[Ali Zainal Abiddin]] |
|||
* [[Husein]] As-Syahid |
|||
* Sayyidah [[Fatimah Al-Zahra]]' RA |
|||
* Nabi [[Muhammad]] Rasulullah SAW |
|||
* Abdullah |
|||
* Abdul Muthalib |
|||
* Hasyim |
|||
* Abdul Manaf |
|||
* Qusay |
|||
* Kilab |
|||
* Murroh |
|||
* Ka'ab |
|||
* Luay |
|||
* Ghalib |
|||
* Dst. |
|||
=== Naskah Kaprabonan === |
|||
* Kanjeng Nabi Muhamad SAW |
|||
* Sarifah Siti Fatimah |
|||
* Husen |
|||
* Jaenal Abidin |
|||
* Muhammad Mubarakin |
|||
* Imam Ja’far Sidiq |
|||
* Musa |
|||
* Kalijam |
|||
* Habi Jamali |
|||
* Amad Nakiddi |
|||
* Ali Nakiddi |
|||
* Hasan Sukri, |
|||
* Muhammad Dadi |
|||
* Raja Banissrail |
|||
* Ratu Mesir |
|||
* Raja Duta |
|||
* Sunan Gunung Jati / Kanjeng Sinuhun Carbon / Syarif Hidayatullah |
|||
* Maulana Hasanuddin |
|||
* Maulana Yusuf |
|||
=== Kitab Purwaka Caruban Nagari<ref>Pangeran Raja (PR) Aria Cirebon. 1720. Purwaka Caruban Nagari. [[Cirebon]]: [[Kesultanan Kacirebonan]]</ref> === |
|||
* Nabi Muhammad SAW |
|||
* Siti Fatimah |
|||
* Sayid Husen |
|||
* Sayid Abidin |
|||
* Muhammad Baqir |
|||
* Ja’far Sidik |
|||
* Kasim al-Malik |
|||
* Idris |
|||
* Al-Baqir |
|||
* Ahmad |
|||
* Baidillah |
|||
* Muhammad |
|||
* Alwi al-Mishri |
|||
* Abdul Malik |
|||
* Amir |
|||
* Ali Nurul Alim |
|||
* Syarif Abdullah (Sultan Hut / Sultan Mahmud) |
|||
* Sunan Gunung Jati |
|||
* Maulana Hasanuddin |
|||
* Maulana Yusuf |
|||
Maulana Yusuf memiliki garis keturunan yang bersambung pada Nabi Muhammad dari jalur Imam Hasan. |
Maulana Yusuf memiliki garis keturunan yang bersambung pada Nabi Muhammad dari jalur Imam Hasan. |
Revisi per 22 Mei 2024 10.51
Sultan Maulana Syarif Yusuf Al-Bantani | |
---|---|
Sultan Banten Ke-2 | |
Masa jabatan 1570–1585 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Maulana Yusuf |
Meninggal | 1585 |
Agama | Islam |
Pasangan | Ratu Hadijah |
Anak |
|
Orang tua |
|
Dinasti | Hasan al-Bantani |
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai | Penakluk Kerajaan Sunda |
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Fatahillah |
Penerus | Abdur Rauf al-Bantani |
Maulana Syarif Yusuf atau Pangeran Pasareyan merupakan putra dari Maulana Hasanuddin pendiri Kesultanan Banten. Ia melanjutkan kekuasaan bapaknya di Banten dalam rentang waktu 1570 - 1585.
Selama satu dekade kekuasannya, Maulana Yusuf menitikberatkan perhatiannya pada pengembangan kota (sekarang Banten Lama), keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian, serta melanjutkan politik ekspansi ayahnya. Salah-satu pencapaian terbesarnya adalah menaklukkan Pulasari dan Pakwan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda di tahun 1579.[1] Penaklukkan ini dilandasi oleh tekadnya untuk menyebarkan agama Islam hingga ke pedalaman Banten dan menghilangkan ancaman Kerajaan Sunda yang masih bercorak Hindu. Sejak penaklukan tersebut, agama Islam semakin tersebar luas di daerah Banten dan Jawa Barat. Di masa pemerintahannya, Kesultanan Banten mengalami era kejayaan dimana Banten berkembang menjadi salah-satu pusat perdagangan terpenting di Asia Tenggara.[2]
Silsilah Maulana Yusuf adalah putra Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Kesultanan Banten dari jalur al-Hasani dan Ratu Ayu Kirana. Ia juga merupakan salah-satu cucu dari Sunan Gunung Jati dan cicit dari Sultan Malaka yaitu Syarif Abdullah. Oleh karenanya Maulana Yusuf masih berkerabat dengan para Sultan Malaka. Ia menikah dengan Ratu Hadijah dan mempunyai dua anak, yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Pangeran Muhammad inilah yang nantinya meneruskan takhta dan menjadi raja ketiga Kesultanan Banten.
Masa pemerintahan
Sebagai upayanya mengembangkan Banten Lama untuk menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan internasional, Sultan Maulana Yusuf memusatkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan pertanian. Sektor perdagangan yang telah dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin menjadi semakin besar dan ramai. Ketika Sultan Maulana Yusuf berkuasa, Banten menjadi tempat distribusi barang dagangan dari penjuru dunia. Para pedagang dari Cina, Arab, Persia, Gujarat, Eropa (terutama Portugal), serta pedagang dari seluruh pelosok nusantara saling bertukar barang dagangannya di Banten.[3]
Situasi perdagangan yang ramai itu pada akhirnya mendorong para pendatang untuk menetap. Oleh karena itu, dibuatlah aturan penempatan penduduk sesuai dengan keahlian, daerah asal, serta jabatan tertentu. Berikut pembagiannya:
- Kampung Pekojan di sebelah barat Pasar Karangantu, untuk para pendatang dari Gujarat, Arab, Mesir, dan Turki.
- Kampung Pecinan di sebelah barat Masjid Agung, untuk para pedagang Cina (Dinasti Ming).
- Kampung Panjunan, untuk para pengrajin anjun atau tembikar (gerabah, periuk, dan sebagainya).
- Kepandean, untuk tempat para pandai besi.
- Pengukiran, tempat para pengukir.
- Pagongan, tempat pembuat alat musik seperti gong dan gamelan.
- Sukadiri, tempat pengecoran logam dan pembuatan senjata perang.
- Kademangan, tempat demang atau kepala daerah.
- Kesatrian, tempat para senopati, perwira, dan prajurit istana.
- Kefakihan, tempat ulama-ulama disiplin hukum Islam.[4]
Sultan Maulana Yusuf memberikan dukungan kepada rakyatnya untuk mengembangkan lahan persawahan. Caranya dengan membuka daerah-daerah baru di wilayah Serang. Pemenuhan kebutuhan air untuk lahan persawahan yang telah dibuat dilakukan dengan pembuatan saluran irigasi dan bendungan.[5] Perhatiannya yang besar terhadap agama Islam dibuktikan dengan memperluas serambi Masjid Agung yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Sebagai kelengkapan, dibangunlah menara dengan bantuan seorang arsitek muslim asal Mongolia bernama Cek Ban Cut.
Penaklukan Pakwan Pajajaran dan akhir hidup
Berdasarkan Sejarah Banten, setelah Maulana Hasanuddin meninggal pada tahun 1570, Maulana Yusuf naik tahta, kemudian melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda, dengan menaklukan Pakuan Pajajaran dan Pulasari pada tahun 1579.[6]
Dalam rangka ekspansi wilayah dan penyebaran agama Islam, Sultan Maulana Yusuf memperluas pengaruhnya hingga ke pedalaman.[7] Di tahun 1579, Kesultanan Banten di bawah pemerintahannya berhasil menaklukkan Pakwan Pajajaran. Penaklukan ini mengakibatkan berakhirnya pemerintahan Kerajaan Sunda di wilayah Jawa Barat.[8] Penaklukan ini membuat Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat. Dalam penaklukkan ini, banyak penguasa dan alim-ulama yang ikut bersama Sultan Maulana Yusuf. Oleh karena itu, ponggawa-ponggawa yang ditaklukkan lalu diislamkan tetapi dibiarkan untuk memegang jabatannya semula. Berakhirnya kekuasaan Pajajaran ditandai dengan diboyongnya batu Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu diboyong karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Setelah Pakuan ditelantarkan, diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang memilih meninggalkan keraton dan berpindah ke daerah kabuyutan di Lebak. Mereka menetapkan tata cara kehidupan lama yang ketat dan sekarang dikenal sebagai orang Baduy. Sultan Maulana Yusuf kemudian wafat pada 1585 M karena sakit dan dimakamkan di Pekalangan Gede, dekat kampung Kasunyatan sekarang. Karena itu, setelah meninggal ia diberi gelar Pangeran Panembahan Pekalangan Gede atau Pangeran Pasarean.[butuh rujukan]
Silsilah
Naskah Negarakertabumi
- Maulana Yusuf, bin
- Maulana Hasanuddin
- Sunan Gunung Jati / Syarif Hidayatullah / Sayyid Al-Kamil / Susuhunan Jati / Susuhunan Cirebon
- Syarif Abdullah + Nyi Hajjah Syarifah Mudaim (Nyi Mas Rara Santang) binti Sri Baduga Maharaja
- Ali Nurul Alam + Puteri Mesir
- Jamaluddin Al-Husein
- Al-Amir Akhmad Syekh Jalaludin
- Amir Abdullah Khan
- Abdul Malik (India)
- Alwi 'Ammul faqih Hadhramaut
- Muhammad Shohib Mirbath
- Ali Khali' Qasam
- Alwi Shohib Bait Jubair
- Muhammad Maula As-Shauma'ah
- Alwi Al-Mubtakir
- Ubaidillah
- Ahmad Al-Muhajir
- Isa Al-Rumi
- Muhammad An-Naqib
- Ali Al-Uraidhi
- Ja'far Ash-Shadiq (Madinah)
- Muhammad Al-Baqir
- Ali Zainal Abiddin
- Husein As-Syahid
- Sayyidah Fatimah Al-Zahra' RA
- Nabi Muhammad Rasulullah SAW
- Abdullah
- Abdul Muthalib
- Hasyim
- Abdul Manaf
- Qusay
- Kilab
- Murroh
- Ka'ab
- Luay
- Ghalib
- Dst.
Naskah Kaprabonan
- Kanjeng Nabi Muhamad SAW
- Sarifah Siti Fatimah
- Husen
- Jaenal Abidin
- Muhammad Mubarakin
- Imam Ja’far Sidiq
- Musa
- Kalijam
- Habi Jamali
- Amad Nakiddi
- Ali Nakiddi
- Hasan Sukri,
- Muhammad Dadi
- Raja Banissrail
- Ratu Mesir
- Raja Duta
- Sunan Gunung Jati / Kanjeng Sinuhun Carbon / Syarif Hidayatullah
- Maulana Hasanuddin
- Maulana Yusuf
Kitab Purwaka Caruban Nagari[9]
- Nabi Muhammad SAW
- Siti Fatimah
- Sayid Husen
- Sayid Abidin
- Muhammad Baqir
- Ja’far Sidik
- Kasim al-Malik
- Idris
- Al-Baqir
- Ahmad
- Baidillah
- Muhammad
- Alwi al-Mishri
- Abdul Malik
- Amir
- Ali Nurul Alim
- Syarif Abdullah (Sultan Hut / Sultan Mahmud)
- Sunan Gunung Jati
- Maulana Hasanuddin
- Maulana Yusuf
Maulana Yusuf memiliki garis keturunan yang bersambung pada Nabi Muhammad dari jalur Imam Hasan.
- Kanjeng Nabi Muhammad SAW
- Syarifah Fatimah Az-Zahra
- Imam Hasan As-sibith
- Syarif Hasan Al-Mutsanna (Syarif Mekah ke-1)
- Syarif Abdullah Al-kamil / Al-mahdi (Syarif Mekah ke-3)
- Syarif Musa Al-jaun (Syarif Mekah ke-7)
- Syarif Abdullah Al-kiram (Syarif Mekah ke-9)
- Syarif Musa (Syarif Mekah ke-12)
- Syarif Muhammad Ats-Tsa-ir (Syarif Mekah ke-21)
- Syarif Abdullah (Syarif Mekah ke-22)
- Ali
- Sulaiman
- Husin
- Isa
- Abdul Karim
- Mutha’in
- Idris
- Syarif Mekah Qatadah (Syarif Mekah ke-43)
- Ali
- Hasan
- Abi Nami
- Abi Dzabih Muhammad
- Athifah
- Muhammad
- Jarullah Abdul Aziz
- Syarif Abdullah (Sultan Malaka)
- Syarif Hidayatullah (Pendiri Kesultanan Banten)
- Maulana Hasanuddin
- Maulana Yusuf
Silsilah ini disusun berdasarkan kajian nasab Sayyid Yusuf al-Angawi Sumenep yang disusun oleh Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan dan Habib Alwi bin Abi Bakri bin Bil Faqqih. Selain disusun oleh ahli nasab dari tokoh Alawiyin, nasab di atas juga telah disempurnakan berdasarkan kajian nasab Keluarga Besar Anggawangsa Anggawi al-Hasani Surabaya yang menurunkan para Adipati, Tumenggung hingga Wedana di Jawa Timur. Keluarga Besar Anggawangsa sendiri merupakan keturunan Sultan Ageng Tirtayasa utamanya dari jalur Pangeran Purbaya. Anak keturunan Pangeran Purbaya di Jawa Timur menggunakan gelar MAS yang merupakan singkatan dari Maulana Syarif. Sebagian besar dari keturunan itu banyak yang dimakamkan di Pemakaman Boto Putih dan satu komplek dengan makam Sultan Banten terakhir yaitu Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin.
Jalur Athifah ini juga dikuatkan dengan keberadaan makam salah satu keturunan Sultan Ageng Tirtayasa yaitu Muhammad Atif di Tangerang. Nama Muhammad Atif di nisbatkan dari nama leluhurnya yaitu Athifah bin Abi Dzabih Muhammad.
Rujukan
- ^ Darmawidjaja (1968). Orang Baduj: harimau djadi-djadian. Kinta.
- ^ M.Hum, Ikot Sholehat. PERDAGANGAN INTERNASIONAL KESULTANAN BANTEN AKHIR ABAD XVI-XVII. Uwais Inspirasi Indonesia. ISBN 978-623-227-199-9.
- ^ Effendy, Mochtar (2001). Ensiklopedi agama dan filsafat. Penerbit Universitas Sriwijaya. ISBN 978-979-587-151-4.
- ^ Mansur, Khatib (2001). Perjuangan rakyat Banten menuju provinsi: catatan kesaksian seorang wartawan. Kadin Banten. ISBN 978-979-9258-07-6.
- ^ Argadia, Yosep Riva (November 2019). Permanawiyat, Widhi, ed. Profil Budaya dan Bahasa Kota Serang Provinsi Banten (PDF). Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 2. ISBN 978-602-8449-19-9.
- ^ Hasan Muarif Ambary, Jacques Dumarçay, (1990), The Sultanate of Banten, Gramedia Book Pub. Division, ISBN 979-403-922-5
- ^ MARDIYONO, P. (2021). GENEALOGI KERAJAAN ISLAM DI JAWA Menelusuri Jejak Keruntuhan Kerajaan Hindu dan Berdirinya Kerajaan Islam di Jawa. Araska Publisher. ISBN 978-623-7910-80-0.
- ^ BPS Provinsi Banten (2019). Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019 (PDF). Dinas Pariwisata Provinsi Banten. hlm. 48.
- ^ Pangeran Raja (PR) Aria Cirebon. 1720. Purwaka Caruban Nagari. Cirebon: Kesultanan Kacirebonan
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Maulana Hasanuddin |
Penguasa Banten 1570 - 1585 |
Diteruskan oleh: Maulana Muhammad |