Sejarah Banten

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia sekaligus merupakan nama kerajaan Islam. Banten juga dikenal karena aktivitas perdagangan, setelah Portugis masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke-16 atau tepatnya tahun 1511. Banten memiliki sejumlah peninggalan arkeologi yang membuktikan bahwa wilayah tersebut sudah ditempati oleh manusia purba sejak zaman batu.

Prasejarah[sunting | sunting sumber]

Bukti bahwa Banten sudah ditempati sejak zaman batu adalah ditemukannya artefak kuno berupa alat batu di situs Cigeulis, Pandeglang. Alat batu tersebut berupa kapak sederhana yang biasa digunakan untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Selain kapak juga ditemukan beliung persegi. Temuan lainnya adalah benda pemujaan terhadap arwah nenek moyang, yakni menhir. Peninggalan menhir di Banten ada di sekitar lereng Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang. Situs tersebut bernama Sanghyang Heuleut yang berdekatan dengan Arca Sanghyang Dengdek.[1]

Berdasarkan benda-benda peninggalan tersebut dapat diketahui bahwa Banten mendapat pengaruh kebudayaan dari agama Hindu dan Budha. Perkiraan pengaruh Hindu Budha tersebut masuk ke Banten sebelum abad ke-5 dengan ditemukannya prasasti Munjul yang berhuruf Pallawa atau India Kuno dengan menggunakan bahasa Sansekerta. Adapun isi dari Prasasti Munjul, daerah Munjul menjadi salah satu daerah kekuasaan raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara, Bogor.

Kerajaan Islam[sunting | sunting sumber]

Sebelum banten pindah ke Surosowan, awal mulanya adalah berasal di Banten Girang (yang saat ini ada petilasan Agus Jo).[2] Masa Kerajaan Islam di Banten dibuktikan dengan peninggalan Keraton Surosowan yang diperkirakan berdiri pada abad ke-17 M. Keraton Surosowan diduga merupakan tempat tinggal Sultan Banten pertama, kemungkinan juga didirikan di dekat Karangantu. Abad ke-16 awal diperkirakan merupakan masa pertama pembangunan keraton di Banten Lama. Benteng Surosowan seluruhnya dibuat dari bata yang memiliki tipe berbeda menurut ukuran, bahan dan teknik pembuatannya. pada kedua gerbang salah satu gerbang dibuat atap setengah silinder.[3]

Sementara di luar benteng dibuat sungai buatan yang menyatu dengan Sungai Cibanten. Keraton Surosowan dibangun kembali pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin tahun 1552 M-1570 M. Pada masa itu dinding bagian dalam berfungsi sebagai penahan api sehingga antara pembangunan masa pertama dan masa kedua menjadikan Keraton Surosowan mengalami perubahan fungsi dinding. Perubahan tersebut membuat fungsi pertama berubah dari tadinya sebagai tembok keliling menjadi tembok pertahanan. Pembangunan masa kedua juga telah mengalami percampuran unsur dengan Eropa.[4]

Kedatangan bangsa Eropa dan kolonialisme[sunting | sunting sumber]

Litografi berdasarkan lukisan oleh Abraham Salm dengan pemandangan di Banten (1865-1872)

Pada awal abad ke-17 Masehi, Bantam merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonomian masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Bantam untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Bantam. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Bantam dan disusul oleh orang Belanda.

Lukisan François Valentijn pada tahun 1694.

Selain itu, orang-orang Prancis, dan Denmark pun pernah datang di Bantam. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Bantam (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Bantam. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Bantam (1684) akibat tindakan orang Belanda.

Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi, dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan yaitu Bantam Regentschappen dalam Provincie West Java di samping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Preanger (Priangan), dan Cirebon.

Pasca kemerdekaan[sunting | sunting sumber]

Provinsi Banten pernah menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat, tetapi provinsi ini menjadi wilayah pemekaran sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Sejarah Banten, Sejak Zaman Purba Hingga Islam". Republika Online. 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-10-03. 
  2. ^ Auteur., Michrob, Halwani. (1989). Catatan Masa Lalu Banten. Pengurus Daerah Tingkat II Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Serang. OCLC 494455340. 
  3. ^ "Situs Resmi BPKP 2020". www.bpkp.go.id. Diakses tanggal 2020-10-03. 
  4. ^ bpcbbanten (2019-03-25). "Sejarah Keraton Surosowan". Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-03.