Tihulale, Amalatu, Seram Bagian Barat: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{ |
{{Negeri |
||
|peta = |
|peta = |
||
|nama =Tihulale<br>''Amalessy Risapori Sariata''<br /> |
|nama =Tihulale<br>''Amalessy Risapori Sariata''<br /> |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
|kepadatan =... jiwa/km² |
|kepadatan =... jiwa/km² |
||
}} |
}} |
||
'''Tihulale''' adalah |
'''Tihulale''' adalah [[Negeri (Maluku)|negeri]] yang berstatus resminya sebagai [[desa]] di [[Amalatu, Seram Bagian Barat| Kecamatan Amalatu]], [[Kabupaten Seram Bagian Barat]], [[Maluku]], [[Indonesia]]. Secara adat, Tihulale merupakan sebuah [[Negeri (Maluku)|negeri]]. |
||
== Letak Astronomis & Geografis == |
== Letak Astronomis & Geografis == |
||
Secara astronomis, |
Secara astronomis, Tihulale terletak pada 3°27'0 [[Lintang Selatan]], dan 128°30'0" [[Bujur Timur]]. Secara geografis, Tihulale berada di pesisir [[Pulau Seram|Seram]] bagian selatan, pada tepian [[Selat Seram]] yang memisahkan Seram dengan [[Kepulauan Lease]]. Secara administratif, Tihulale termasuk dalam wilayah Kecamatan Amalatu, [[Kabupaten Seram Bagian Barat]] (SBB), [[Pulau Seram]], [[Maluku]], [[Indonesia]].<ref>http://www.tihulale.com/2015/06/Letak-Astronomis-Geografis-Negeri-Tihulale.html</ref> |
||
== Persekutuan == |
|||
⚫ | Negeri Tihulale terhimpun dalam Saniri besar Tiga Batang Air ''(Kwele Batai Telu)'' |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
'''Angkota''' |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
== Sistem Pemerintahan == |
== Sistem Pemerintahan == |
||
Sistem pemerintahan di Negeri Tihulale berbentuk pemerintahan '''“PATASIWA”''' dengan pimpinan tertinggi seorang '''Upulatu''' ''(Raja)'' yang ditunjuk dan berasal dari fam atau pemangku jabatan '''Upulatu ''('''''<nowiki/>''Raja)''. Fam atau |
Sistem pemerintahan di Negeri Tihulale berbentuk pemerintahan '''“PATASIWA”''' dengan pimpinan tertinggi seorang '''Upulatu''' ''(Raja)'' yang ditunjuk dan berasal dari fam atau pemangku jabatan '''Upulatu ''('''''<nowiki/>''Raja)''. Fam atau matarumah pemangku jabatan Upulatu ''(Raja)'' di negeri Tihulale adalah fam '''Salawane''' ''([[teun]] Upu Ase Upu Rumah Sitanamah)''. Dalam memimpin, '''UPULATU''' ''(Raja)'' dibantu oleh : |
||
* '''Malesi''' ''(Kapitan)'', |
* '''Malesi''' ''(Kapitan)'', |
||
* '''Maueng''' ''(Pemimpin Kakehan/Adat)'', |
* '''Maueng''' ''(Pemimpin Kakehan/Adat)'', |
||
Baris 49: | Baris 29: | ||
* '''Saniri Negeri''' ''(Badan pemerintahan yang bertugas mengurusi perkara pemerintahan dan adat istiadat di dalam Negeri serta dalam pengambilan keputusan, semacam parlemen Negeri)''. |
* '''Saniri Negeri''' ''(Badan pemerintahan yang bertugas mengurusi perkara pemerintahan dan adat istiadat di dalam Negeri serta dalam pengambilan keputusan, semacam parlemen Negeri)''. |
||
== Daftar raja == |
=== Daftar raja === |
||
Raja-raja yang tercatat pernah memerintah Tihulale, yakni sebagai berikut. d |
|||
# Coeripati Salawane |
# Coeripati Salawane |
||
# Patiraha Salawane |
# Patiraha Salawane |
||
Baris 69: | Baris 48: | ||
# Boetje Sapuri |
# Boetje Sapuri |
||
# Daniel Sapuri |
# Daniel Sapuri |
||
# Elia Salawane |
# Elia Salawane |
||
== Bahasa == |
== Bahasa == |
||
Baris 120: | Baris 99: | ||
* Selain daripada ke-11 fam asli tersebut merupakan Orang Dagang atau disebut Malamait meski sudah menikah dan menetap lama tidak dapat dikelompokan sebagai fam asli di Negeri Tihulale. |
* Selain daripada ke-11 fam asli tersebut merupakan Orang Dagang atau disebut Malamait meski sudah menikah dan menetap lama tidak dapat dikelompokan sebagai fam asli di Negeri Tihulale. |
||
== Hubungan |
== Hubungan sosial == |
||
=== Saniri Tiga Batang Air === |
|||
Pela adalah suatu sistem hubungan sosial yang dikenal dalam masyarakat Maluku, berupa suatu perjanjianhubungan antara satu Negeri (sebutan untuk kampung atau desa) dengan negeri lainnya.<ref>http://www.tihulale.com/2015/06/Pela-Ikatan-Hubungan-Persaudaraan.html</ref> Tihulale mengangkat hubungan [[pela]] dengan Negeri [[Kailolo, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Kailolo]]. |
|||
⚫ | Negeri Tihulale terhimpun dalam Saniri besar Tiga Batang Air ''(Kwele Batai Telu)'' dan merupakan bagian dari Saniri ''Talabatai'' (Batang [[Sungai Tala|Air Tala]]) dengan kedudukan sebagai ''angkota''. Saniri ''Talabatai'' terdiri dari 12 negeri, 10 berkedudukan sebagai ''inama'' dan 2 negeri lainnya sebagai ''angkota''. Berikut adalah negeri-negeri di wilayah Air Tala dan kedudukannya.<ref>{{Cite web |url=http://www.nalhacker.com/2013/10/sejarah-negeri-tihulale-amalesi_2567.html |title=Salinan arsip |access-date=2015-03-01 |archive-date=2015-04-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150402105840/http://www.nalhacker.com/2013/10/sejarah-negeri-tihulale-amalesi_2567.html |dead-url=yes }}</ref> |
||
''Inama'' |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
Pada prinsipnya dikenal tiga jenis Pela yaitu Pela Darah atau Karas ''(Keras)'', Pela Gandong ''(Kandung)'' atau Bongso ''(Bungsu)'' dan Pela Tampa Siri ''(Tempat Sirih)''. |
|||
Tihulale mengangkat hubungan [[pela]] dengan Negeri [[Kailolo, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Kailolo]]. Pada masa lalu, dikisahkan bahwa Tihulale membantu [[Uli Hatuhaha]] dalam perang melawan VOC, bersama Negeri [[Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Oma]] dan [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Tuhaha]]. Perang tersebut berakhir dengan kekalahan pihak Hatuhaha dan masyarakatnya diperintahkan untuk turun dan membangun permukiman di pantai. Walaupun demikian, sebagai ungkapan terima kasih, kelima negeri yang tergabung dalam Uli Hatuhaha mengangkat pela keras atau pela perang dengan tiga negeri yang membantu mereka.<ref>http://www.tihulale.com/2015/06/Sejarah-Pela-Hatuhaha-Amarima-Tihulale.html</ref> Pada akhirnya, ikatan pela dengan Oma hanya diakui dan dipertahankan oleh [[Pelauw, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Pelauw]], sementara ikatan dengan Tuhaha dipertahankan oleh [[Rohomoni, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Rohomoni]]. Menurut Dieter Bartels, orang Tihulale melupakan hubungan pela dengan Hatuhaha, dan di kemudian hari, atas bantuan kayu yang Tihulale berikan dalam pembangunan Masjid Jami' Nandatu di Kailolo yang dibalas dengan pemberian keramik sisa pembangunan masjid untuk merenovasi Gereja Beth Eden di Tihulale, kedua negeri memperbaharui ikatan pela di antara mereka. Selain itu, Tihulale juga ber-pela dengan [[Huku Kecil, Elpaputih, Seram Bagian Barat|Huku Kecil]], [[Hukuanakota, Inamosol, Seram Bagian Barat|Hukuanakota]], dan [[Samasuru, Teluk Elpaputih, Maluku Tengah|Samasuru]]. |
|||
* '''Pela Karas''' atau '''Pela Darah''' adalah sumpah yang diikrarkan antara dua Negeri atau lebih karena terjadinya suatu peristiwa yang sangat penting dan biasanya berhubungan dengan peperanganantara lain seperti pengorbanan, akhir perang yang tidak menentu ''(tak ada yang menang atau kalah perang)'', atau adanya bantuan-bantuan khusus dari satu Negeri kepada Negeri lain. Pela Karas dan Pela Gandong ditetapkan oleh sumpah yang sangat mengikat dan biasanya disertai dengan kutukan untuk Pelanggaran terhadap perjanjian Pela ini. Sumpah dilakukan dengan mencampur tuak dengan darah yang diambil dari tubuh pemimpin kedua pihak kemudian diminum oleh kedua pihak tersebut setelah senjata-sejata dan alat-alat perang lain dicelupkan kedalamnya. Alat-alat tersebut nantinya digunakan untuk melawan dan membunuh siapapun yang melanggar perjanjian. Penukaran darah memeteraikan persaudaraan itu. |
|||
* '''Pela Gandong''' atau '''Bongso''' didasarkan pada ikatan darah atau keturunan untuk menjaga hubungan antara kerabat keluarga yang berada di Negeri atau pulau yang berbeda. |
|||
* '''Pela Tampa Siri''' diadakan setelah suatu peristiwa yang tidak begitu penting berlangsung, seperti memulihkan damai kembali sehabis suatu insiden kecil atau bila satu Negeri telah berjasa kepada Negeri lain. Jenis Pela ini juga biasanya ditetapkan untuk memperlancar hubungan perdagangan. Pela Tampa Siri dilakukan tanpa sumpah dengan menukar dan mengunyah Sirih bersama. Pela Tampa Siri merupakan suatu perjanjian persahabatan sehingga perkawinan antar pihak yang terkait diperbolehkan dan tolong menolong lebih bersifat sukarela tanpa ada ancaman hukuman nenek moyang. |
|||
Negeri Tihulale memiliki Hubungan Pela yang dikategorikan sebagai Pela Karas atau Pela Darah dengan : |
|||
* '''Negeri Hatuhaha''' (Hulaliu, Kabau, Kailolo, Pelau, Rohomoni) karena berlatar peperangan panjang (Perang Alaka II).<ref>http://www.tihulale.com/2015/06/Sejarah-Pela-Hatuhaha-Amarima-Tihulale.html</ref> |
|||
* '''Negeri Huku''' (Huku Kecil dan Huku Anakotta) karena berlatar peperangan panjang. |
|||
* '''Negeri Samasuru''' (Uru Amalatu) karena berlatar peperangan (Perang Huamual). Negeri Samasuru yang lama ini sudah tenggelam akibat diterjang Tsunami 200-an tahun yang lalu bersama sebagian wilayah Amahai yang lebih dikenal dengan ''Elpaputih Tenggelam''.<ref>http://www.tihulale.com/2015/06/Sejarah-Pela-Negeri-Tihulale-Samasuru.html</ref> |
|||
Negeri Tihulale memiliki Hubungan Pela yang dikategorikan sebagai Pela Gandong atau Bongso dengan: |
|||
* Negeri [[Kailolo, Haruku, Maluku Tengah|'''Kailolo''']] (Pulau Haruku) karena berlatar persaudaraan dan suka tolong menolong, bersama dalam Satu Arumbai serta Kayu untuk Bangunan Masjid. |
|||
Negeri Tihulale juga memiliki hubungan Gandong dengan Negeri [[Seith, Leihitu, Maluku Tengah|'''Seith''']] (Jazirah Leihitu) karena berlatar saudara Gandong (Seith sama-sama menempati wilayah di Negeri Tihulale sebelum terlibat perang dan akhirnya keluar dari Tihulale menuju ke Jazirah Leihitu) dan Negeri [[Ouw, Saparua, Maluku Tengah|'''Ouw''']] (Pulau Saparua) karena berlatar saudara Gandong (Ouw Keluar dari Negeri Seith, Negeri Seith keluar dari Negeri Tihulale) walaupun ikatan ini belum diikrarkan. |
|||
=== ''Gandong''' === |
|||
Untuk menjaga kelestariannya maka pada waktu-waktu tertentu diadakan upacara bersama yang disebut '''"Panas Pela"''' antara kedua Negeri yang memiliki hubungan Pela. Upacara ini dilakukan dengan berkumpul selama satu minggu di salah satu Negeri untuk merayakan hubungan dan kadang-kadang memperbaharui sumpahnya. Pada umumnya upacara atau gelaran panas Pela diramaikan dengan pertunjukan menyanyi, dansa dan tarian tradisional semisal cakalele serta acara lain seperti makan patita/makan perdamaian. |
|||
Masyarakat di negeri ini mempercayai bahwa nenek moyang sebagian orang [[Seith, Leihitu, Maluku Tengah|Seith]] pernah menempati wilayah yang sama dengan nenek moyang mereka, sebelum memutuskan untuk pergi ke [Pulau Ambon]] dan mendirikan negeri yang baru. Lantas, dari Seith, sebagian orang keluar dan pergi ke [[Pulau Saparua]] dan mendirikan Negeri [[Ouw, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ouw]] di sana. Oleh karenanya, mereka percaya bahwa secara tidak langsung ketiga negeri memiliki ikatan ''gandong'', walaupun ikatan semacam itu belum diikrarkan. Kepercayaan di Tihulale diamini oleh masyarakat Seith, ditandai dengan diundangnya Pemerintah Tihulale untuk menghadiri pelantikan ''Upu Latu'' atau Raja Seith.<ref>{{cite news |author=<!--not stated--> |date=12 Januari 2022 |title=Gubernur Maluku Hadiri Pengukuhan Adat Raja Seith |url=https://www.malukuterkini.com/2022/01/12/gubernur-maluku-hadiri-pengukuhan-adat-raja-seith/ |work=Maluku Terkini |location= |access-date=15 Juni 2024}}</ref> |
|||
== Agama == |
== Agama == |
Revisi per 22 Juni 2024 07.35
Tihulale Amalessy Risapori Sariata | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Maluku |
Kabupaten | Seram Bagian Barat |
Kecamatan | Amalatu |
Luas | ... km² |
Jumlah penduduk | ... jiwa |
Kepadatan | ... jiwa/km² |
Tihulale adalah negeri yang berstatus resminya sebagai desa di Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, Indonesia. Secara adat, Tihulale merupakan sebuah negeri.
Letak Astronomis & Geografis
Secara astronomis, Tihulale terletak pada 3°27'0 Lintang Selatan, dan 128°30'0" Bujur Timur. Secara geografis, Tihulale berada di pesisir Seram bagian selatan, pada tepian Selat Seram yang memisahkan Seram dengan Kepulauan Lease. Secara administratif, Tihulale termasuk dalam wilayah Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Pulau Seram, Maluku, Indonesia.[1]
Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan di Negeri Tihulale berbentuk pemerintahan “PATASIWA” dengan pimpinan tertinggi seorang Upulatu (Raja) yang ditunjuk dan berasal dari fam atau pemangku jabatan Upulatu (Raja). Fam atau matarumah pemangku jabatan Upulatu (Raja) di negeri Tihulale adalah fam Salawane (teun Upu Ase Upu Rumah Sitanamah). Dalam memimpin, UPULATU (Raja) dibantu oleh :
- Malesi (Kapitan),
- Maueng (Pemimpin Kakehan/Adat),
- Marinyo (Pembawa Titah Raja),
- Juru Tulis, (Tambahan sejak mengenal tulisan)
- Kewang (Penjaga Hutan),
- Amanupui (Penjaga Negeri),
- Soa (Persekutuan Fam),
- Wariwaa (Persekutuan Adik Kakak)
- Saniri Negeri (Badan pemerintahan yang bertugas mengurusi perkara pemerintahan dan adat istiadat di dalam Negeri serta dalam pengambilan keputusan, semacam parlemen Negeri).
Daftar raja
Raja-raja yang tercatat pernah memerintah Tihulale, yakni sebagai berikut. d
- Coeripati Salawane
- Patiraha Salawane
- Paltin Salawane
- Tentapan Salawane
- Leisoeka Salawane
- Naisamal Salawane
- Welem Salawane
- Samuel Salawane
- Elseus Salawane 1
- Elseus Salawane 2
- Juluis Salawane
- Timothius Salawane
- Lucas Wairata
- Nicodemus Salawane
- Frans Wairata
- Boetje Sapuri
- Daniel Sapuri
- Elia Salawane
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Negeri Tihulale adalah “Bahasa Alune” (Aloene). Ciri khas Alune dalam adalah dalam berpakaian serta yang paling menonjol dari Alune adalah tidak menjadikan ular sebagai makanan.[2]
Soa
Soa adalah suatu kelompok yang terdapat dalam setiap Negeri adat yang terdiri atau beranggotakan beberapa fam. Soa memiliki kapasitas yang lebih besar daripada sebuah fam atau marga, karena soa mencakup beberapa fam. Biasanya Soa dibangun dan ditentukan sebagai suatu lembaga kecil di dalam suatu komunitas besar (negeri) berdasarkan hal-hal tertentu yang secara historis ada kaitannya antara sesama anggota dalam satu soa tersebut misalnya memiliki hubungan darah (geneologis) atau hal-hal lainnya.[3]
Adapun beberapa Soa yang terdapat di Negeri Tihulale antara lain :
Soa Harur, yang terdiri dari mata rumah :
- Salawane (Upu ase upu rumah sitanamah)
- Tualena (Upu niai upu rumah niniari)
- Tuarisa (Upu hutui upu rumah sourisa)
- Nusawakan (Upu uwen haubawa)
Soa Kukur, yang terdiri dari mata rumah :
- Sapuri (Upu selai pewaka tanah makah hurui rua)
- Tuapetel
- Atapari (Upu selai pewaka sou lalan)
Soa Laha, yang terdiri dari mata rumah :
- Hursina (Upu matita)
- Sopasina
- Pariama (Upu panai upu rumah lei selah)
- Wairata (Upu selai pewaka suri au)
Wariwaa
Wariwaa adalah suatu persekutuan berdasarkan hubungan kakak beradik atau rumpun ade kaka. Adapun persekutuan Wariwaa yang terdapat di Negeri Tihulale antara lain :
- Salawane dengan Tuarisa
- Tualena dengan Nusawakan
- Sapuri dengan Tuapetel dan Atapari
- Hursina dengan Sopasina
- Wairata dengan Pariama
Fam
Fam adalah sebutan untuk matarumah bagi masyarakat maluku, namun karena pengaruh belanda dipergunakan kata fam yang berasal dari kata "familienam" yang berarti "nama keluarga". Biasanya fam atau matarumah mendiami suatu Negeri sebagai persekutuan Masyarakat adat. Dari beberapa Fam kemudian dibentuk Soa, dari Soa kemudian dibentuk Aman atau yang dikenal dengan Negeri. Fam yang terdapat di Negeri Tihulale terbagi atas dua yaitu :
Ana Negeri (Asli)
- Atapari
- Hursina
- Nusawakan
- Pariama
- Salawane
- Sapuri
- Sopasina
- Tualena
- Tuapetel
- Tuarissa
- Wairata
Orang Dagang (Malamait) [4]
- Selain daripada ke-11 fam asli tersebut merupakan Orang Dagang atau disebut Malamait meski sudah menikah dan menetap lama tidak dapat dikelompokan sebagai fam asli di Negeri Tihulale.
Hubungan sosial
Saniri Tiga Batang Air
Negeri Tihulale terhimpun dalam Saniri besar Tiga Batang Air (Kwele Batai Telu) dan merupakan bagian dari Saniri Talabatai (Batang Air Tala) dengan kedudukan sebagai angkota. Saniri Talabatai terdiri dari 12 negeri, 10 berkedudukan sebagai inama dan 2 negeri lainnya sebagai angkota. Berikut adalah negeri-negeri di wilayah Air Tala dan kedudukannya.[5]
Inama
- Negeri Amahai (Ina Ama Lounusa Maatita);
- Negeri Elpaputih (Ina Ama Tahisane Pesihalule);
- Negeri Hualoy (Ina Ama Tuni Siwalete Sarimetene);
- Negeri Kaibobu (Ina Ama Tahisane Hena Poput Samale);
- Negeri Kairatu (Ina Ama Salibubui);
- Negeri Lohiatala (Ina Ama Lohie);
- Negeri Makariki (Ina Ama Siwalete Maatita);
- Negeri Soahuku (Ina Ama Lilipory Kalapesi);
- Negeri Wasia (Ina Ama Mauwen Tinai);
- Negeri Watui (Ina Ama Sailewoi);
Angkota
- Negeri Huku (Moin Nikwele);
- Negeri Tihulale (Amalesi Risapori Sariata)
Pela
Tihulale mengangkat hubungan pela dengan Negeri Kailolo. Pada masa lalu, dikisahkan bahwa Tihulale membantu Uli Hatuhaha dalam perang melawan VOC, bersama Negeri Oma dan Tuhaha. Perang tersebut berakhir dengan kekalahan pihak Hatuhaha dan masyarakatnya diperintahkan untuk turun dan membangun permukiman di pantai. Walaupun demikian, sebagai ungkapan terima kasih, kelima negeri yang tergabung dalam Uli Hatuhaha mengangkat pela keras atau pela perang dengan tiga negeri yang membantu mereka.[6] Pada akhirnya, ikatan pela dengan Oma hanya diakui dan dipertahankan oleh Pelauw, sementara ikatan dengan Tuhaha dipertahankan oleh Rohomoni. Menurut Dieter Bartels, orang Tihulale melupakan hubungan pela dengan Hatuhaha, dan di kemudian hari, atas bantuan kayu yang Tihulale berikan dalam pembangunan Masjid Jami' Nandatu di Kailolo yang dibalas dengan pemberian keramik sisa pembangunan masjid untuk merenovasi Gereja Beth Eden di Tihulale, kedua negeri memperbaharui ikatan pela di antara mereka. Selain itu, Tihulale juga ber-pela dengan Huku Kecil, Hukuanakota, dan Samasuru.
Gandong'
Masyarakat di negeri ini mempercayai bahwa nenek moyang sebagian orang Seith pernah menempati wilayah yang sama dengan nenek moyang mereka, sebelum memutuskan untuk pergi ke [Pulau Ambon]] dan mendirikan negeri yang baru. Lantas, dari Seith, sebagian orang keluar dan pergi ke Pulau Saparua dan mendirikan Negeri Ouw di sana. Oleh karenanya, mereka percaya bahwa secara tidak langsung ketiga negeri memiliki ikatan gandong, walaupun ikatan semacam itu belum diikrarkan. Kepercayaan di Tihulale diamini oleh masyarakat Seith, ditandai dengan diundangnya Pemerintah Tihulale untuk menghadiri pelantikan Upu Latu atau Raja Seith.[7]
Agama
Sebelum masuknya pengaruh Kekristenan oleh Portugis dan Belanda, Tradisi keagamaan yang dianut masyarakat Negeri Tihulale adalah Kakehan. Namun sejak masuknya pengaruh kolonialisme dengan membawa ajaran Kekristenan atau penginjilan barulah Masyarakat Negeri Tihulale mengenal agama Kristen. Saat ini, Mayoritas penduduk Negeri Tihulale beragama Kristen Protestan dengan Gereja Protestan Maluku sebagai gerejanya. Selain itu ada juga Gereja Masehi Advent walaupun pengikutnya hanya terdiri dari beberapa orang.[8]
Lihat pula
Referensi
- ^ http://www.tihulale.com/2015/06/Letak-Astronomis-Geografis-Negeri-Tihulale.html
- ^ http://www.tihulale.com/2015/01/suku-alune-pata-alaone-halune-bangsa.html
- ^ http://www.tihulale.com/2015/06/Soa-Dan-Fam-Asli-Negeri-Tihulale.html
- ^ http://www.tihulale.com/2015/06/fam-malamait-di-negeri-tihulale.html
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02. Diakses tanggal 2015-03-01.
- ^ http://www.tihulale.com/2015/06/Sejarah-Pela-Hatuhaha-Amarima-Tihulale.html
- ^ "Gubernur Maluku Hadiri Pengukuhan Adat Raja Seith". Maluku Terkini. 12 Januari 2022. Diakses tanggal 15 Juni 2024.
- ^ http://www.tihulale.com/2015/06/Agama-Masyarakat-Negeri-Tihulale.html
Pranala luar
- (Indonesia) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau tahun 2021
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan