Lompat ke isi

Jelangkung (film): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k perbaikan kecil
k perbaikan kecil
Baris 24: Baris 24:
| imdb_id = 0298943
| imdb_id = 0298943
}}
}}
'''Jelangkung''' adalah sebuah [[film]] [[horor]] dari [[Indonesia]] yang dirilis tahun [[2001]]. Film yang disutradarai [[Rizal Mantovani]] dan [[Jose Poernomo]] ini menceritakan tentang legenda seputar ritual mistis ''[[jelangkung]]'' di Indonesia. Saat dirilis, film ini cukup sukses di bioskop-bioskop di Indonesia. Berbiaya produksi Rp 400 juta, film ini ditonton sekitar 1,5 juta penonton di layar bioskop.<ref name="penonton">[http://kompas.com/kompas-cetak/0710/07/utama/3907145.htm "Dan Hantu-hantu Bergentayangan..."], [[Kompas]]'', 7 Oktober 2007</ref>
'''Jelangkung''' adalah sebuah [[film]] [[horor]] dari [[Indonesia]] yang dirilis tahun [[2001]]. Film yang disutradarai [[Rizal Mantovani]] dan [[Jose Poernomo]] ini menceritakan tentang legenda seputar ritual mistis ''[[jelangkung]]'' dari Indonesia. Berbiaya produksi Rp 400 juta, film ini ditonton sekitar 1,5 juta penonton di layar bioskop. <ref name="penonton">[http://kompas.com/kompas-cetak/0710/07/utama/3907145.htm "Dan Hantu-hantu Bergentayangan..."], [[Kompas]]'', 7 Oktober 2007</ref> Saat dirilis, film ini dinilai cukup sukses dalam menghidupkan perfilman horor di bioskop Indonesia.


[[Sekuel]] pertama, ''[[Tusuk Jelangkung]]'', diproduksi tahun [[2003]] dan disutradarai [[Dimas Djayadiningrat]], sedangkan sekuel berikutnya ''[[Jelangkung 3]]'', dirilis pada tahun 2007 dan disutradarai [[Angga Dwimas Sasongko]].
[[Sekuel]] pertama, ''[[Tusuk Jelangkung]]'', diproduksi tahun [[2003]] dan disutradarai [[Dimas Djayadiningrat]], sedangkan sekuel berikutnya ''[[Jelangkung 3]]'', dirilis pada tahun 2007 dan disutradarai [[Angga Dwimas Sasongko]].
Baris 31: Baris 31:
{{spoiler}}
{{spoiler}}
Ferdy ([[Winky Wiryawan]]), Gita ([[Melanie Ariyanto]]), Gembol ([[Rony Dozer]]), dan Soni ([[Harry Panca|Harry Pantja]]) adalah empat sekawan berbeda karakter yang selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan [[hantu|makhluk halus]] di tempat-tempat [[angker]]. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan ber[[hantu]], namun tak kunjung menjumpai yang mereka cari. Suatu hari mereka mendapatkan informasi tentang sebuah [[desa]] bernama [[Angkerbatu]] di daerah [[Jawa Barat]] yang dikabarkan banyak mendapat penampakan makhluk halus.
Ferdy ([[Winky Wiryawan]]), Gita ([[Melanie Ariyanto]]), Gembol ([[Rony Dozer]]), dan Soni ([[Harry Panca|Harry Pantja]]) adalah empat sekawan berbeda karakter yang selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan [[hantu|makhluk halus]] di tempat-tempat [[angker]]. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan ber[[hantu]], namun tak kunjung menjumpai yang mereka cari. Suatu hari mereka mendapatkan informasi tentang sebuah [[desa]] bernama [[Angkerbatu]] di daerah [[Jawa Barat]] yang dikabarkan banyak mendapat penampakan makhluk halus.
Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah [[kubur]] tanpa nama di tengah hutan desa tersebut, yang sangat misterius dan tidak diletakkan bersama kubur lain seperti kubur-kubur pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, tengah malam Soni diam-diam bermain ''[[jelangkung]]'' di kubur tersebut. Jelangkung adalah sebuah [[ritual]] [[mistik]] kuno yang konon bisa memanggil arwah dari [[alam baka]] untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke boneka dari [[batok]] [[kelapa]]. Soni menancapkan [[boneka]] ''jelangkung'' ke kubur tersebut dan mengucapkan [[mantra]]: "''Jelangkung, jelangkung, datang tak dijemput, pulang tak diantar''" yang menjadi tagline film ini. Ferdi, Gita, dan Gembol mengetahui perbuatan Soni dan memaksa Soni untuk menghentikan perbuatan isengnya tersebut. Walau kecewa, Soni pun berhenti melaksanakan ritualnya dan mereka pun meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka jelangkung tadi dari kubur misterius. Setibanya di rumah, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka masing-masing dengan cara tersendiri, yang mencapai puncak kengerian di sebuah bangunan tua yang dikabarkan digentayangi oleh arwah hantu penasaran ''[[suster ngesot]]''.
Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah [[kubur]] tanpa nama di tengah hutan desa tersebut, yang sangat misterius dan tidak diletakkan bersama kubur lain seperti kubur-kubur pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, tengah malam Soni diam-diam bermain ''[[jelangkung]]'' di kubur tersebut. ''Jelangkung'' adalah sebuah [[ritual]] [[mistik]] kuno yang konon bisa memanggil arwah dari [[alam baka]] untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke boneka dari [[batok]] [[kelapa]]. Soni menancapkan [[boneka]] ''jelangkung'' ke kubur tersebut dan mengucapkan [[mantra]]: "''Jelangkung, jelangkung, datang tak dijemput, pulang tak diantar''" yang menjadi tagline film ini. Ferdi, Gita, dan Gembol mengetahui perbuatan Soni dan memaksa Soni untuk menghentikan perbuatan isengnya tersebut. Walau kecewa, Soni pun berhenti melaksanakan ritualnya dan mereka pun meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka ''jelangkung'' tadi dari kubur misterius. Setibanya di rumah, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka masing-masing dengan cara tersendiri, yang mencapai puncak kengerian di sebuah bangunan tua yang dikabarkan digentayangi oleh arwah hantu penasaran ''[[suster ngesot]]''.
Mereka akhirnya memutuskan untuk menemui seorang [[paranormal]] yang mereka kira bisa membantu mereka keluar dari masalah ini. Paranormal tersebut mengetahui perbuatan mereka dan menyuruh mereka untuk segera kembali ke desa [[Angkerbatu]], menemukan kubur misterius tersebut dan mencabut boneka ''jelangkung'' yang mereka tinggalkan. Namun perjalanan mereka tidak akan semudah yang mereka bayangkan. Nasib mengerikan sedang menanti mereka di kubur misterius desa Angkerbatu tersebut. <ref>[http://jibis.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thn/2008/bln/01/tgl/24/id/2350 Jelangkung], diakses pada 23 Juni 2009</ref>
Mereka akhirnya memutuskan untuk menemui seorang [[paranormal]] yang mereka kira bisa membantu mereka keluar dari masalah ini. Paranormal tersebut mengetahui perbuatan mereka dan menyuruh mereka untuk segera kembali ke desa [[Angkerbatu]], menemukan kubur misterius tersebut dan mencabut boneka ''jelangkung'' yang mereka tinggalkan. Namun perjalanan mereka tidak akan semudah yang mereka bayangkan. Nasib mengerikan sedang menanti mereka di kubur misterius desa Angkerbatu tersebut. <ref>[http://jibis.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thn/2008/bln/01/tgl/24/id/2350 Jelangkung], diakses pada 23 Juni 2009</ref>



Revisi per 15 Oktober 2009 15.47

Jelangkung
Berkas:Posterjelangkung.jpg
SutradaraRizal Mantovani
Jose Poernomo
ProduserJose Poernomo
Ditulis olehRizal Mantovani
PemeranWinky Wiryawan
Melanie Ariyanto
Rony Dozer
Harry Pantja
Ian Bahtiar
Azmi Suhaimi
Arief RG
Chandra
Martoeti
Sri Hartini
Plonto
Arief Rudiharto
Penata musikDavid Poernomo
SinematograferJose Poernomo
PenyuntingJose Poernomo
Rizal Mantovani
DistributorRexinema
Tanggal rilis
2001
Durasi102 menit
NegaraIndonesia
AnggaranRp 400 Juta

Jelangkung adalah sebuah film horor dari Indonesia yang dirilis tahun 2001. Film yang disutradarai Rizal Mantovani dan Jose Poernomo ini menceritakan tentang legenda seputar ritual mistis jelangkung dari Indonesia. Berbiaya produksi Rp 400 juta, film ini ditonton sekitar 1,5 juta penonton di layar bioskop. [1] Saat dirilis, film ini dinilai cukup sukses dalam menghidupkan perfilman horor di bioskop Indonesia.

Sekuel pertama, Tusuk Jelangkung, diproduksi tahun 2003 dan disutradarai Dimas Djayadiningrat, sedangkan sekuel berikutnya Jelangkung 3, dirilis pada tahun 2007 dan disutradarai Angga Dwimas Sasongko.

Sinopsis

Templat:Spoiler Ferdy (Winky Wiryawan), Gita (Melanie Ariyanto), Gembol (Rony Dozer), dan Soni (Harry Pantja) adalah empat sekawan berbeda karakter yang selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan makhluk halus di tempat-tempat angker. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan berhantu, namun tak kunjung menjumpai yang mereka cari. Suatu hari mereka mendapatkan informasi tentang sebuah desa bernama Angkerbatu di daerah Jawa Barat yang dikabarkan banyak mendapat penampakan makhluk halus. Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah kubur tanpa nama di tengah hutan desa tersebut, yang sangat misterius dan tidak diletakkan bersama kubur lain seperti kubur-kubur pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, tengah malam Soni diam-diam bermain jelangkung di kubur tersebut. Jelangkung adalah sebuah ritual mistik kuno yang konon bisa memanggil arwah dari alam baka untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke boneka dari batok kelapa. Soni menancapkan boneka jelangkung ke kubur tersebut dan mengucapkan mantra: "Jelangkung, jelangkung, datang tak dijemput, pulang tak diantar" yang menjadi tagline film ini. Ferdi, Gita, dan Gembol mengetahui perbuatan Soni dan memaksa Soni untuk menghentikan perbuatan isengnya tersebut. Walau kecewa, Soni pun berhenti melaksanakan ritualnya dan mereka pun meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka jelangkung tadi dari kubur misterius. Setibanya di rumah, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka masing-masing dengan cara tersendiri, yang mencapai puncak kengerian di sebuah bangunan tua yang dikabarkan digentayangi oleh arwah hantu penasaran suster ngesot. Mereka akhirnya memutuskan untuk menemui seorang paranormal yang mereka kira bisa membantu mereka keluar dari masalah ini. Paranormal tersebut mengetahui perbuatan mereka dan menyuruh mereka untuk segera kembali ke desa Angkerbatu, menemukan kubur misterius tersebut dan mencabut boneka jelangkung yang mereka tinggalkan. Namun perjalanan mereka tidak akan semudah yang mereka bayangkan. Nasib mengerikan sedang menanti mereka di kubur misterius desa Angkerbatu tersebut. [2]

Tokoh dan pemeran

Referensi

  1. ^ "Dan Hantu-hantu Bergentayangan...", Kompas, 7 Oktober 2007
  2. ^ Jelangkung, diakses pada 23 Juni 2009

Pranala luar