Pertempuran Laut Jawa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 20: Baris 20:


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==
Serangan [[Jepang]] ke [[Hindia Belanda]] berkembang dengan cepat dari koloni mereka di [[Kepulauan Palau]] dan merebut markas di [[Sarawak]] dan [[Filipina]] selatan. Mereka menaklukkan sejumlah markas di [[Kalimantan]] timur dan [[Sulawesi]] utara sementara konvoi pasukan, yang dikawal [[kapal perusak]] dan [[kapal penjelajah|penjelajah]] dengan dukungan udara pesawat tempur yang beroperasi dari pangkalan yang telah ditaklukkan, berlayar ke selatan melalui [[Selat Makassar]] dan ke [[Laut Maluku]]. Untuk melawan penyerang itu hanya ada kekuatan kecil, yang sebagian besar terdiri atas kapal perang [[Amerika Serikat]] dan [[Belanda]], yang sebagian besar peninggalan Perang Dunia I, di bawah komando [[Laksamana]] [[Thomas C. Hart]].
Serangan [[Jepang]] ke [[Hindia Belanda]] berkembang dengan cepat dari koloni mereka di [[Kepulauan Palau]] dan Jepang merebut markas di [[Sarawak]] dan [[Filipina]] selatan. Mereka menaklukkan sejumlah markas di [[Kalimantan]] timur dan [[Sulawesi]] utara. Sementara konvoi pasukan, yang dikawal [[kapal perusak]] dan [[kapal penjelajah|penjelajah]] dengan dukungan udara oleh pesawat tempur yang beroperasi dari pangkalan yang telah ditaklukkan, berlayar ke selatan melalui [[Selat Makassar]] dan ke [[Laut Maluku]]. Untuk melawan penyerang itu hanya ada kekuatan kecil, yang sebagian besar terdiri atas kapal perang [[Amerika Serikat]] dan [[Belanda]], yang sebagian besar peninggalan Perang Dunia I, di bawah komando [[Laksamana]] [[Thomas C. Hart]].


[[Berkas:Japanese cruiser Haguro.jpg|thumb|right|Kapal penjelajah [[Kapal penjelajah Haguro|''Haguro'']] (di gambar) menenggelamkan [[HNLMS De Ruyter (1935)|HNLMS ''De Ruyter'']], membunuh Laksamana [[Karel Doorman]].]]
[[Berkas:Japanese cruiser Haguro.jpg|thumb|right|Kapal penjelajah [[Kapal penjelajah Haguro|''Haguro'']] (di gambar) menenggelamkan [[HNLMS De Ruyter (1935)|HNLMS ''De Ruyter'']], membunuh Laksamana [[Karel Doorman]].]]

Revisi per 22 Mei 2010 18.05

Pertempuran Laut Jawa
Bagian dari Perang Dunia II, Perang Pasifik

Bom dari pesawat terbang Jepang yang jatuh dekat kapal penjelajah Belanda Java selama pertempuran itu.
Tanggal27 Februari 1942
LokasiLaut Jawa
Hasil Kemenangan Jepang yang Menentukan
Pihak terlibat
Angkatan Laut Kerajaan Belanda
Angkatan Laut Amerika Serikat
Royal Navy
Royal Australian Navy
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
Tokoh dan pemimpin
Karel Doorman (terbunuh)
Conrad Helfrich
Takagi Takeo
Kekuatan
2 kapal jelajah berat
3 kapal jelajah ringan
12 kapal pemburu
2 kapal jelajah berat
2 kapal jelajah ringan
14 kapal pemburu
10 kapal pengangkut
Korban
5 kapal jelajah tenggelam
5 kapal pemburu tenggelam
2.300 pelaut terbunuh
4 kapal pengangkut penumpang bermuatan tenggelam

Pertempuran Laut Jawa adalah pertempuran laut yang utama dalam kampanye Pasifik selama Perang Dunia II. AL Sekutu mengalami kekalahan telak di tangan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada tanggal 27 Februari 1942, dan dalam aksi-aksi sekunder selama beberapa hari berturut-turut . Komandan American-British-Dutch-Australian Command (ABDA), Laksamana Karel Doorman terbunuh. Buntut dari perang itu termasuk beberapa aksi kecil di sekitar Jawa, termasuk Pertempuran Selat Sunda yang lebih kecil namun berarti. Ini merupakan pertempuran permukaan terbesar sejak Pertempuran Jutlandia dalam Perang Dunia I.

Latar belakang

Serangan Jepang ke Hindia Belanda berkembang dengan cepat dari koloni mereka di Kepulauan Palau dan Jepang merebut markas di Sarawak dan Filipina selatan. Mereka menaklukkan sejumlah markas di Kalimantan timur dan Sulawesi utara. Sementara konvoi pasukan, yang dikawal kapal perusak dan penjelajah dengan dukungan udara oleh pesawat tempur yang beroperasi dari pangkalan yang telah ditaklukkan, berlayar ke selatan melalui Selat Makassar dan ke Laut Maluku. Untuk melawan penyerang itu hanya ada kekuatan kecil, yang sebagian besar terdiri atas kapal perang Amerika Serikat dan Belanda, yang sebagian besar peninggalan Perang Dunia I, di bawah komando Laksamana Thomas C. Hart.

Kapal penjelajah Haguro (di gambar) menenggelamkan HNLMS De Ruyter, membunuh Laksamana Karel Doorman.

Pada tanggal 23 Januari 1942, 4 kapal perusak AS menyerang konvoi Jepang di Selat Makassar saat mendekati Balikpapan di Kalimantan. Pada tanggal 13 Februari, dalam Pertempuran Palembang, Sekutu tak berhasil mencegah Jepang menduduki pelabuhan minyak utama di Sumatera timur. Pada malam 9-20 Februari, sebuah angkatan Sekutu menyerang Armada Invasi Timur di lepas Bali dalam Pertempuran Selat Badung. Juga pada tanggal 19 Februari, Armada Udara Pertama Jepang, di bawah Laksamanan Chuichi Nagumo, menyerang dan menghancurkan pelabuhan di Darwin, Australia utara hingga tak mampu berfungsi sebagai markas suplai dan laut untuk mendukung operasi di Hindia Timur.

Ketika pertempuran akan mulai, Sekutu jauh lebih lemah. Mereka terpecah belah (kapal-kapalnya berasal dari 4 negara terpisah) dan moral pelautnya rendah karena serangan udara yang konstan dan rasa takut karena mengira Jepang sulit untuk dikalahkan. Selain itu, koordinasi antara AL dan AU Sekutu lemah.

Pertempuran

Formasi pengebom Jepang saat menerima tembakan antipesawat, terlihat dari kapal penjelajah Australia, HMAS Hobart.
HMS Exeter dan HMAS Hobart di bawah serangan udara pada tanggal 15 Februari 1942.
HMS Exeter tenggelam.

Pasukan amfibi Jepang berkumpul untuk menyerang Jawa, dan pada tanggal 27 Februari 1942, AL American-British-Dutch-Australian Command (ABDACOM) utama, di bawah Doorman, berlayar ke arah timur laut dari Surabaya untuk mencegat konvoi Angkatan Invasi Timur yang sedang mendekat dari Selat Makassar. Angkatan ABDA terdiri atas 2 kapal penjelajah berat (HMS Exeter, USS Houston) dan 3 kapal penjelajah ringan (HNLMS De Ruyter (kapal pemimpin Doorman), HNLMS Java, HMAS Perth), dan 9 kapal pemburu (HMS Electra, HMS Encounter, HMS Jupiter, HNLMS Kortenaer, HNLMS Witte de With, USS Alden, USS John D. Edwards, USS John D. Ford, dan USS Paul Jones.

Konvoi Jepang itu dikawal oleh 2 kapal penjelajah berat (Nachi, Haguro) dan 2 kapal penjelajah ringan (Naka, Jintsu) dan 14 kapal pemburu (Yudachi, Samidare, Murasame, Harusame, Minegumo, Asagumo, Yukikaze, Tokitsukaze, Amatsukaze, Hatsukaze, Yamakaze, Kawakaze, Sazanami, dan Ushio) di bawah komando Laksamana Muda Shoji Nishimura. Kapal penjelajah berat Jepang jauh lebih kuat, dipersenjatai dengan masing-masing 10 senapan 8 inci (203 mm) dan torpedo yang hebat. Exeter hanya dipersenjatai dengan 6 dari senapan itu. Sedangkan Houston membawa 9 senapan 8 inci, hanya 6 yang masih dapat dipakai setelah menara meriam di buritan telah dilumpuhkan di serangan udara yang lalu.

Angkatan ABDA melawan Jepang di Laut Jawa, dan perang merebak secara terputus-putus dari tengah hari ke tengah malam karena Sekutu mencoba mencapai dan menyerang kapal pengangkut penumpang di armada invasi Jawa, namun mereka dipukul mundur oleh daya tembak yang hebat. Sekutu memiliki keunggulan udara setempat selama jam-jam di siang hari, karena kekuatan udara Jepang tak dapat mencapai armada itu dalam cuaca buruk. Cuaca seperti itu juga menghambat komunikasi, membuat kerja sama di antara sejumlah pihak Sekutu yang terlibat — dalam pengintaian, lindungan udara dan markas armada — malahan memburuk daripada sebelumnya. Jepang juga mengganggu frekuensi radio. Exeter adalah satu-satunya kapal dalam pertempuran itu yang diperlengkapi dengan radar, teknologi yang muncul pada masa itu.

Pertempuran itu terdiri atas serangkaian percobaan lebih dari 7 jam oleh Angkatan Serangan Gabungan Doorman untuk mencapai dan menyerang konvoi penyerbu itu; masing-masing ditolak telak oleh angkatan pengawal dengan kekalahan berat yang dipanggul pihak Sekutu.

Armada itu bertemu satu masa lain sekitar pukul 16:00 pada tanggal 27 Februari dan dekat ke jarak tembak, mulai menembak pada pukul 16:16. Kedua belah pihak menunjukkan kecakapan penggunaan meriam dan torpedo yang rendah selama fase awal pertempuran ini. Satu-satunya contoh terkemuka penggunaan meriam ini adalah Exeter yang dibuat rusak parah dengan tabrakan di ruang ketel oleh granat 8 inci. Kapal itu kemudian berjalan terseok-seok ke Surabaya, dikawal oelh Witte de With. Jepang melincurkan 2 salvo torpedo besar berjumlah 92, namun hanya mencetak 1 hantaman ke Kortenaer yang dihantam oleh Laras Panjang, pecah menjadi 2 dan tenggelam dengan cepat setelah hantaman itu. Electra, yang melindungi Exeter, terlibat duel dengan Jintsu dan Asagumo, mencetak beberapa hantaman namun menderita kerusakan parah pada bangunan bagian atasnya. Setelah tembakan serius yang dimulai di Electra dan menara kecilnya yang tersisa kehabisan amunisi, perintah meninggalkan kapal diserukan. Di pihak Jepang, hanya Asagumo yang terpaksa mundur karena rusak.

Armada Sekutu terpecah dan pergi sekitar pukul 18:00, ditutupi oleh tabir asap yang diciptakan oleh 4 kapal pemburu US Destroyer Division (DesDiv) 58. Mereka juga melancarkan serangan torpedo namun kisarannya untuk efektif terlalu lama. Angkatan Doorman berbalik ke selatan menuju pesisir Jawa, kemudian ke barat dan ke utara untuk mencoba menyelamatkan diri dari kelompok pengawal Jepang namun terperangkap oleh konvoi itu. Di saat itulah kapal-kapal DesDiv 58 yang torpedonya dikeluarkan meninggalkan rencananya sendiri untuk kembali ke Surabaya.

Segera setelahnya, pada pukul 21:25, Jupiter terkena ranjau dan tenggelam, sedangkan sekitar 20 menit kemudian, armada itu melewati tempat di mana Kortenaer tenggelam lebih dulu, dan Encounter ditugaskan untuk mengangkut yang selamat. Komando Doorman, kini berkurang ke 4 kapal penjelajah, kembali menghadapi kelompok pengawal Jepang pada pukul 23:00; kedua pasukan itu saling menembak di kegelapan dalam kisaran panjang, hingga De Ruyter dan Java tenggelam, oleh salvo laras panjang yang menghancurkan. Doorman dan sebagian besar krunya tenggelam dengan De Ruyter; hanya 111 orang yang diselamatkan dari kedua kapal itu. Hanya kapal penjelajah Perth dan Houston yang tersisa; kekurangan bahan bakar dan amunisi, dan menyusul perintah terakhir Doorman, kedua kapal itu mundur, tiba di Tanjung Priok pada tanggal 28 Februari.

Meski armada Sekutu tak mencapai armada penyerang, pertempuran itu betul-betul memberikan penyerang Jawa itu istirahat sehari.

Kejadian sesudahnya

Pertempuran Selat Sunda

Perth dan Houston ada di Tanjung Priok pada tanggal 28 Februari saat menerima perintah untuk berlayar melewati Selat Sunda ke Tjilatjap. Perlengkapan amat minim di Jawa, dan tak bisa mempersenjatai kembali maupun mengisi bahan bakar secara penuh. Bertolak pada pukul 21:00 pada tanggal 28 Februari ke Selat Sunda, kebetulan mereka menghadapi armada penyerbu Jepang untuk Jawa Barat di Teluk Banten. Kapal-kapal Sekutu berhadapan dengan setidaknya 3 kapal penjelajah dan beberapa kapal pemburu. Dalam sebuah aksi malam yang ganas yang berakhir setelah tengah malam pada tanggal 1 Maret, Perth dan Houston tenggelam. Sebuah kapal penyapu ranjau dan kapal pengangkut pasukan Jepang ditenggelamkan oleh tembakan persahabatan, sedangkan 3 kapal pengangkut lainnya rusak dan harus menepi.

Laut Jawa

Setelah perbaikan darurat, Exeter yang rusak parah pergi menuju Ceylon; berangkat dari Surabaya menjelang malam pada tanggal 28 Februari dan berjalan tertatih-tatih ke Selat Sunda, dikawal oleh Encounter dan Pope. Namun, ketiga kapal itu dicegat, diserang, dan ditenggelamkan oleh kapal penjelajah berat Nachi dan Haguro pada pagi tanggal 1 Maret.

Selat Bali

Lihat USS Alden (DD-211)

4 kapal pemburu DesRon58 milik Amerika Serikat, Edwards, Ford, Alden dan Jones, juga di Surabaya; mereka bertolak di senjakala 28 Februari ke Australia. Setelah berhadapan dalam waktu singkat oleh kapal pemburu Jepang di Selat Bali, di mana mereka bisa lolos, mencapai Fremantle dengan aman pada tanggal 4 Maret.

Akibat

2 kapal pemburu milik Amerika Serikat dan 1 kapal pemburu milik Belanda lainnya tenggelam saat mencoba lari ke Australia. AL ABDA yang utama hampir seluruhnya: 10 kapal dan sekitar 2.173 pelaut hilang. Pertempuran Laut Jawa mengakhiri operasi AL Sekutu di Asia Tenggara pada tahun 1942, dan AD Jepang menyerang Jawa pada tanggal 28 Februari. United States Air Force dan Royal Air Force kemudian mulai mundur ke Australia. Pasukan Belanda yang dibantu oleh sisa Britania bertempur dengan dahsyat selama seminggu. Dalam gerakan itu Jepang melanjutkan teladannya melakukan pelanggaran terhadap hukum perang dan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di mana mereka banyak membunuh tawanan perang Sekutu dan orang Indonesia. Karena masalah logistiknya, faktor-faktor yang menentukan dalam kemenangan Jepang nampaknya kekuatan udara dan keberuntungan. Akhirnya Jepang memenangkan pertempuran yang menghabiskan tenaga lawan ini dan angkatan ABDA menyerah pada tanggal 9 Maret.

Rujukan

Buku

  • Brown, David (1990). Warship Losses of World War Two. Naval Institute Press. ISBN 1-55750-914-X. 
  • Burchell, David (1971). The Bells of the Sunda Strait. Adelaide, Australia: Rigby. 
  • Cain, T. J. (1959). HMS Electra. London: Futura Publications. 
  • D'Albas, Andrieu (1965). Death of a Navy: Japanese Naval Action in World War II. Devin-Adair Pub. ISBN 0-8159-5302-X. 
  • Dull, Paul S. (1978). A Battle History of the Imperial Japanese Navy, 1941-1945. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-097-1. 
  • Grove, Eric (1993). Sea Battles in Close-Up: World War II, vol. 2. Annapolis, MD, USA: Naval Institute Press. ISBN 07110 2118 X. 
  • Hara, Tameichi (1961). Japanese Destroyer Captain. New York & Toronto: Ballantine Books. ISBN 0-345-27894-1. - Firsthand account of the battle by the captain of the Japanese destroyer Amatsukaze.
  • Holbrook, Heber (1981). U.S.S. Houston: The Last Flagship of the Asiatic Fleet. Dixon, CA, USA: Pacific Ship and Shore. 
  • Hornfischer, James D. (2006). Ship of Ghosts: The Story of the USS Houston, FDR's Legendary Lost Cruiser, and the Epic Saga of Her Survivors. Bantam. ISBN 0-553-80390-5. 
  • Hoyt, Edwin P. (1976). The Lonely Ships: The Life and Death of the Asiatic Fleet. New York: David McKay Company. 
  • Lacroix, Eric (1997). Japanese Cruisers of the Pacific War. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-311-3. 
  • McKie, Ronald (1953). Proud Echo: The Great Last Battle of HMAS Perth. Sydney: Angus & Robertson. 
  • Morison, Samuel Eliot (1958 (reissue 2001)). The Rising Sun in the Pacific 1931 - April 1942, vol. 3 of History of United States Naval Operations in World War II. Castle Books. 0785813047. 
  • Parkin, Robert Sinclair (1995). Blood on the Sea: American Destroyers Lost in World War II. Da Capo Press. ISBN 0-306-81069-7. 
  • Payne, Alan (2000). HMAS Perth: The Story of a Six-Inch Cruiser, 1936-1942. Garden Island, NSW, Aus: The Naval Historical Society of Australia. 
  • Schultz, Duane (1985). The Last Battle Station: The Story of the USS Houston. St Martins Press. ISBN 0-312-46973-X. 
  • Thomas, David A. (1968). The Battle of the Java Sea. New York: Stein & Day. 
  • van Oosten, F. C. (1976). The Battle of the Java Sea (Sea battles in close-up; 15). Naval Institute Press. ISBN 0-87021-911-1. 
  • Spector, Ronald (1985). "The Short, Unhappy Life of ABDACOM". Eagle Against the Sun : The American War With Japan. Naval Institute Press. ISBN 0-394-74101-3. 
  • Whiting, Brendan (1995). Ship of Courage: The Epic Story of HMAS Perth and Her Crew. Australia: Allen & Unwin Pty., Limited. ISBN 1-86373-653-0. 
  • Winslow, Walter G. (1984). The Ghost that Died at Sunda Strait. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-218-4. - Firsthand account of the battle by a survivor from USS Houston
  • Winslow, Walter G. (1994). The Fleet the Gods Forgot: The U.S. Asiatic Fleet in World War II. Naval Institute Press. ISBN 1-55750-928-X. 

Media visual

  • Niek Koppen (Director). (1995) Slag in de Javazee, De (The Battle of the Java Sea) [Documentary film]. Netherlands: NFM/IAF. — 135 minute documentary of the battle. Won the "Golden Calf" award for "Best Long Documentary" at the 1996 Nederlands Film Festival.

Situs

Templat:Link FA