Lompat ke isi

Salem, Brebes: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 37: Baris 37:


==Sejarah==
==Sejarah==
Semua penduduk Kecamatan Salem berbahasa dan berkebudayaan Sunda sejak berabad-abad yang lampau, sehingga mereka adalah penduduk asli di daerah ini. Pada masa lampau, daerah Salem termasuk dalam wilayah [[Kerajaan Galuh]] dan [[Kerajaan Pajajaran]]. Pada abad ke-19 ditemukan naskah lontar tua di situs Gunung Sagara yang menggunakan Bahasa Sunda kuna. Naskah ini dibawa bupati Brebes RAA. Tjandranegara dan diserahkan ke KF. Holle untuk kemudian disimpan di Batavia. Paling tidak ada dua naskah Sunda yang terkenal, yaitu ''Sewaka Darma'' [[dari Kabuyutan Ciburuy, Garut]]dan ''Carita Ratu Pakuan'', yang menyebut sendiri bahwa (isi) naskahnya berasal dari (dan hasil bertapa dari) Gunung Kumbang (1218). Mungkin yang dimaksud dari ini Gunung Sagara, sebuah tempat lemah dewasasana bagi para intelektual masa kerajaan Sunda. Gunung Sagara terletak di lereng selatan Gunung Kumbang tersebut.
Semua penduduk Kecamatan Salem berbahasa dan berkebudayaan Sunda sejak berabad-abad yang lampau, sehingga mereka adalah penduduk asli di daerah ini. Pada masa lampau, daerah Salem termasuk dalam wilayah [[Kerajaan Galuh]] dan [[Kerajaan Pajajaran]]. Pada abad ke-19 ditemukan naskah lontar tua di situs Gunung Sagara yang menggunakan Bahasa Sunda kuna. Naskah ini dibawa bupati Brebes RAA. Tjandranegara dan diserahkan ke KF. Holle untuk kemudian disimpan di Batavia. Paling tidak ada dua naskah Sunda yang terkenal, yaitu ''Sewaka Darma'' [[dari Kabuyutan Ciburuy, Garut]] dan ''Carita Ratu Pakuan'', yang menyebutkan sendiri bahwa (isi) naskahnya berasal dari (dan hasil bertapa dari) Gunung Kumbang (1218). Gunung Kumbang masa lampau mungkin adalah sebuah tempat lemah dewasasana, kabuyutan, dan tempat bagi para intelektual masa kerajaan Sunda. Mungkin di sini termasuk pula Gunung Sagara, di mana Gunung Sagara terletak di lereng selatan Gunung Kumbang tersebut.


Pada zaman Hindia Belanda, Salem sempat ditetapkan menjadi sebuah [[kawedanan]]. Pada era kemerdekaan, Salem juga sempat menjadi pusat pertahanan pemberontak [[DI/TII]] pimpinan Amir Fatah.
Pada zaman Hindia Belanda, Salem sempat ditetapkan menjadi sebuah [[kawedanan]]. Pada era kemerdekaan, Salem juga sempat menjadi pusat pertahanan pemberontak [[DI/TII]] pimpinan Amir Fatah.

Revisi per 28 September 2006 12.58

Kecamatan Salem

Peta lokasi Kecamatan Salem
Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Brebes
Camat
Luas - km²
Jumlah penduduk -
 - Kepadatan - jiwa/km²
Desa/kelurahan -

Salem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia.

Kecamatan ini terletak di ujung barat daya wilayah Kabupaten Brebes. Berbatasan dengan Kecamatan Banjarharjo dan Ketanggungan di utara, Kecamatan Bantarkawung di timur, Kecamatan Majenang (Kabupaten Cilacap) di selatan, serta Kabupaten Kuningan (Jawa Barat di barat.

Geografi

Salem merupakan lembah yang dikelilingi hutan dan deretan pegunungan di sekitarnya, berhawa sejuk (16-22° C) dan memiliki panorama yang indah. Salem merupakan wilayah yang masih cukup terisolir.

Fasilitas

Masyarakat Salem sudah bisa menikmati fasilitas telepon (PSTN dan ponsel), internet, jaringan listrik, dan angkutan umum. Jaringan PLN masuk ke wilayah sejak tahun 2000.

Transportasi

Salem dapat diakses dengan jalan darat melalui tiga jalur utama yaitu: dari Bumiayu (timur) sekitar 25 km, dari Majenang (selatan) sekitar 20 km, atau dari Banjarharjo melalui desa Malahayu, Bandung Sari dan mendaki Gunung Lio (utara sekitar 30 km). Akses menuju Salem dari jalur manapun harus melalui jalan yang terjal dan sempit dengan kualitas aspal yang kurang begitu bagus.

Budaya

Semua penduduk Salem menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Budaya dan kesenian banyak kesamaannya dengan kesenian Priangan Timur.

Perekonomian

Sebagian besat penduduk Salem adalah petani, dengan hasil pertanian padi, kelapa, sayur mayur, dan palawija. Selain itu salem merupakan penghasil kayu hasil hutan lainnya, terutama kayu pinus, bambu, mahoni dan al-basiah (umumnya hasil perkebunan rakyat), serta getah pinus. Hasil pertanian lain yang juga cukup banyak adalah hasil buah-buahan seperti mangga, durian, petai, pisang, nangka dan buah lainnya.

Sebagian penduduk Salem juga merantau ke daerah lain seperti Jakarta, Bandung, atau Yogyakarta.

Pendidikan

Kecamatan Salem terdapat darana pendidikan dari tingkat SD hingga SLTA. Setiap desa sedikitnya memiliki sebuah SD Negeri. Salem juga terdapat sejumlah pondok pesantren seperti di Desa Tembong Raja, Gunung Sugih dan Ganggawang, Indrajaya dan Bentar. Pesantren ini umumnya memiliki hubungan dengan pesantren di Jawa Barat seperti Ciamis dan Tasikmalaya.

Sejarah

Semua penduduk Kecamatan Salem berbahasa dan berkebudayaan Sunda sejak berabad-abad yang lampau, sehingga mereka adalah penduduk asli di daerah ini. Pada masa lampau, daerah Salem termasuk dalam wilayah Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran. Pada abad ke-19 ditemukan naskah lontar tua di situs Gunung Sagara yang menggunakan Bahasa Sunda kuna. Naskah ini dibawa bupati Brebes RAA. Tjandranegara dan diserahkan ke KF. Holle untuk kemudian disimpan di Batavia. Paling tidak ada dua naskah Sunda yang terkenal, yaitu Sewaka Darma dari Kabuyutan Ciburuy, Garut dan Carita Ratu Pakuan, yang menyebutkan sendiri bahwa (isi) naskahnya berasal dari (dan hasil bertapa dari) Gunung Kumbang (1218). Gunung Kumbang masa lampau mungkin adalah sebuah tempat lemah dewasasana, kabuyutan, dan tempat bagi para intelektual masa kerajaan Sunda. Mungkin di sini termasuk pula Gunung Sagara, di mana Gunung Sagara terletak di lereng selatan Gunung Kumbang tersebut.

Pada zaman Hindia Belanda, Salem sempat ditetapkan menjadi sebuah kawedanan. Pada era kemerdekaan, Salem juga sempat menjadi pusat pertahanan pemberontak DI/TII pimpinan Amir Fatah.