Lompat ke isi

Kerajaan Melayu Jambi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
Naval Scene (bicara | kontrib)
Baris 9: Baris 9:


===Dara Jingga===
===Dara Jingga===
Di tahun 1288, [[Kerajaan Dharmasraya]], termasuk [[Kerajaan Sriwijaya]], menjadi taklukan [[Kerajaan Singhasari]] di era Raja [[Kertanegara]], dengan mengirimkan Senopati '''Mahisa/Kebo/Lembu Anabrang''', dalam ekspedisi PAMALAYU 1 dan 2. Sebagai tanda persahabatan, [[Dara Jingga]] menikah dengan Senopati dari Kerajaan Singasari tersebut.
Di tahun 1288, [[Kerajaan Dharmasraya]] termasuk [[Kerajaan Sriwijaya]], menjadi taklukan [[Kerajaan Singhasari]] di bawah Raja [[Kertanegara]]. Kertanagara mengirimkan Senopati '''Mahisa Anabrang''' (disebut juga '''Kebo Anabrang''', atau '''Lembu Anabrang''') untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan tersebut dalam ekspedisi Pamalayu I dan II. Sebagai tanda persahabatan, [[Dara Jingga]] menikah dengan Senopati dari Kerajaan Singasari tersebut.

Mereka memiliki putra yang bernama [[Adityawarman]], yang di kemudian hari mendirikan [[Kerajaan Pagaruyung]], dan sekaligus menjadi penerus kakeknya, [[Mauliwarmadhewa]] sebagai penguasa Kerajaan [[Dharmasraya]] berikut jajahannya, termasuk eks [[Kerajaan Sriwijaya]] di [[Palembang]].
Mereka memiliki putra yang bernama [[Adityawarman]], yang di kemudian hari mendirikan [[Kerajaan Pagaruyung]], dan sekaligus menjadi penerus kakeknya, [[Mauliwarmadhewa]] sebagai penguasa Kerajaan Dharmasraya berikut jajahannya, termasuk eks Kerajaan Sriwijaya di [[Palembang]].


===Dara Petak===
===Dara Petak===

Revisi per 24 Januari 2007 13.52

Kerajaan Melayu Jambi adalah kerajaan Melayu yang berpusat di Jambi. Kerajaan ini berdiri setelah Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang mengalami kemunduran. Maka pada kesempatan ini wilayah Jambi yang tadinya merupakan daerah kekuasan Sriwijaya, melepaskan diri dan membentuk suatu kerajaan baru.

Kerajaan Melayu Jambi

Setelah Kerajaan Sriwijaya musnah di tahun 1025 karena serangan Kerajaan Chola dari India, banyak bangsawan Sriwijaya yang melarikan diri ke pedalaman, terutama ke hulu sungai Batang Hari. Mereka kemudian bergabung dengan Kerajaan Melayu Tua yang sudah lebih dulu ada di daerah tersebut, dan sebelumnya merupakan daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya.

Pada tahun 1088, Kerajaan Melayu Jambi, menaklukan Sriwijaya. Situasi jadi berbalik dimana daerah taklukannya adalah Kerajaan Sriwijaya. Pada masa itu Kerajaan Melayu Jambi, dikenal sebagai Kerajaan Dharmasraya. Lokasinya diperkirakan terletak di selatan Kabupaten Sawah Lunto, Sumatera Barat, dan di utara Jambi.

Hanya ada sedikit catatan sejarah mengenai Dharmasraya ini. Diantaranya yang cukup terkenal adalah rajanya yang bernama Shri Tribhuana Raja Mauliwarmadhewa (1270-1297) yang menikah dengan Puti Reno Mandi. Sang raja dan permaisuri memiliki dua putri yang cantik jelita, yaitu Dara Jingga dan Dara Petak

Dara Jingga

Di tahun 1288, Kerajaan Dharmasraya termasuk Kerajaan Sriwijaya, menjadi taklukan Kerajaan Singhasari di bawah Raja Kertanegara. Kertanagara mengirimkan Senopati Mahisa Anabrang (disebut juga Kebo Anabrang, atau Lembu Anabrang) untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan tersebut dalam ekspedisi Pamalayu I dan II. Sebagai tanda persahabatan, Dara Jingga menikah dengan Senopati dari Kerajaan Singasari tersebut.

Mereka memiliki putra yang bernama Adityawarman, yang di kemudian hari mendirikan Kerajaan Pagaruyung, dan sekaligus menjadi penerus kakeknya, Mauliwarmadhewa sebagai penguasa Kerajaan Dharmasraya berikut jajahannya, termasuk eks Kerajaan Sriwijaya di Palembang.

Dara Petak

Di tahun 1293, Mahisa/Kebo/Lembu Anabrang beserta Dara Jingga dan anaknya, Adityawarman, kembali ke Pulau Jawa. Dara Petak ikut dalam rombongan tersebut. Setelah tiba di Pulau Jawa ternyata Kerajaan Singasari telah musnah, dan sebagai penerusnya adalah Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu Dara Petak dipersembahkan kepada Raden Wijaya, yang kemudian memberikan keturunan: Raden Kalagemet yang bergelar Sri Jayanegara setelah menjadi Raja Majapahit kedua.

Asal-mula

Menurut teks Hikayat Negeri Jambi, kata Jambi berasal dari perintah seorang raja di yang bernama Tun Telanai, untuk untuk menggali kanal dari ibukota kerajaan hingga ke laut, dan tugas ini harus diselesaikan dalam tempo satu jam. Kata jam inilah yang kemudian menjadi asal kata Jambi.