Lompat ke isi

Dewi Sri: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 7 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q2746595
Tag: menghilangkan referensi [ * ]
Baris 11: Baris 11:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Oogstfeest ter ere van Iboe-paré de rijstgodin Karangtengah TMnr 10011186.jpg|thumb|300px|Upacara untuk Dewi Sri ([[mapag Sri]]) pada saat panen di [[Karang Tengah, Tuntang, Semarang]] (sekitar 1910)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Oogstfeest ter ere van Iboe-paré de rijstgodin Karangtengah TMnr 10011186.jpg|thumb|300px|Upacara untuk Dewi Sri ([[mapag Sri]]) pada saat panen di [[Karang Tengah, Tuntang, Semarang]] (sekitar 1910)]]
Kebanyakan kisah mengenai Dewi Sri terkait dengan [[mitos]] asal mula terciptanya tanaman padi, bahan pangan utama di kawasan ini. Berikut ini adalah salah satu kisah mengenai Dewi Sri sebagai dewi padi berdasarkan "[[Wawacan Sulanjana]]":<ref>[http://www.sunda.org/sundanese/myths.htm Early Mythology - Dewi Sri.]</ref>
Kebanyakan kisah mengenai Dewi Sri terkait dengan [[mitos]] asal mula terciptanya tanaman padi, bahan pangan utama di kawasan ini. Berikut ini adalah salah satu kisah mengenai Dewi Sri sebagai dewi padi berdasarkan "[[Wawacan Sulanjana]]":<ref>[http://www.sunda.org/sundanese/myths.htm Early Mythology - Dewi Sri.]</ref>
<ref>[http://my.opera.com/mrtaufik/blog/2008/03/01/mitos-nyi-pohaci-sanghyang-asri-dewi-sri (Indonesian) Mitos Nyi Pohaci/Sanghyang Asri/Dewi Sri]</ref>
<ref>[http://my.opera.com/mrtaufik/blog/20


Dahulu kala di [[Kahyangan]], [[Batara Guru]] yang menjadi penguasa tertinggi kerajaan langit, memerintahkan segenap dewa dan dewi untuk bergotong-royong, menyumbangkan tenaga untuk membangun istana baru di kahyangan. Siapapun yang tidak menaati perintah ini dianggap pemalas, dan akan dipotong tangan dan kakinya.
Dahulu kala di [[Kahyangan]], [[Batara Guru]] yang menjadi penguasa tertinggi kerajaan langit, memerintahkan segenap dewa dan dewi untuk bergotong-royong, menyumbangkan tenaga untuk membangun istana baru di kahyangan. Siapapun yang tidak menaati perintah ini dianggap pemalas, dan akan dipotong tangan dan kakinya.

Revisi per 13 Juni 2013 03.42

Arca perunggu perwujudan Dewi Sri dalam gaya Jawa Tengahan

Dewi Sri atau Dewi Shri (Bahasa Jawa), Nyai Pohaci Sanghyang Asri (Bahasa Sunda), adalah dewi pertanian, dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan di pulau Jawa dan Bali. Pemuliaan dan pemujaan terhadapnya berlangsung sejak masa pra-Hindu dan pra-Islam di pulau Jawa.

Atribut dan legenda

Ia dipercaya sebagai dewi yang menguasai ranah dunia bawah tanah juga bulan. Perannya mencakup segala aspek Dewi Ibu, yakni sebagai pelindung kelahiran dan kehidupan. Ia juga dapat mengendalikan bahan makanan di bumi terutama padi: bahan makanan pokok masyarakat Indonesia; maka ia mengatur kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran. Berkahnya terutama panen padi yang berlimpah dan dimuliakan sejak masa kerajaan kuno di pulau Jawa seperti Majapahit dan Pajajaran.

Dewi Sri juga mengendalikan segala kebalikannya yaitu ; kemiskinan, bencana kelaparan, hama penyakit, dan hingga batas tertentu, memengaruhi kematian. Karena ia merupakan simbol bagi padi, ia juga dipandang sebagai ibu kehidupan. Seringkali ia dihubungkan dengan tanaman padi dan ular sawah.

Mitos dewi padi

Upacara untuk Dewi Sri (mapag Sri) pada saat panen di Karang Tengah, Tuntang, Semarang (sekitar 1910)

Kebanyakan kisah mengenai Dewi Sri terkait dengan mitos asal mula terciptanya tanaman padi, bahan pangan utama di kawasan ini. Berikut ini adalah salah satu kisah mengenai Dewi Sri sebagai dewi padi berdasarkan "Wawacan Sulanjana":[1] Kesalahan pengutipan: Tag <ref> harus ditutup oleh </ref>

Pada saat memanen padi pun masyarakat tradisional Sunda tidak boleh menggunakan arit atau golok untuk memanen padi, mereka harus menggunakan ani-ani atau ketam, pisau kecil yang dapat disembunyikan di telapak tangan. Masyarakat Sunda percaya bahwa Dewi Sri Pohaci yang berjiwa halus dan lemah lembut akan ketakutan melihat senjata tajam besar seperti arit atau golok. Selain itu ada kepercayaan bahwa padi yang akan dipanen, yang juga perwujudan sang dewi, harus diperlakukan dengan hormat dan lembut satu persatu, tidak boleh dibabat secara kasar begitu saja.

Masyarakat petani di Bali biasanya menyediakan kuil kecil di sawah untuk memuliakan Dewi Sri. Kuil kecil ini sering kali diberi sesajen sebagai persembahan agar Dewi Sri sudi melindungi sawah mereka dan mengkaruniai kemakmuran dan panen yang berlimpah. Pada sistem kepercayaan Hindu Dharma, Dewi Sri dianggap sebagai perwujudan atau perpaduan beberapa dewi-dewi Hindu seperti dewi Lakshmi, Dewi, dan Shri (gabungan sifat sakti dewi Hindu). Di Bali Dewi ini dianggap sebagai dewi padi, kesuburan, penjamin keberhasilan panen, serta kemakmuran dan pelindung keluarga.

Bahasa

Dalam bahasa Indonesia istilah Sri juga digunakan sebagai kata sandang untuk menyebut orang yang dihormati, misalnya: Sri Baduga Maharaja, Sri Paduka Raja, Sri Ratu, Sri Paus, Sri Krishna, Sri Rama dan lain sebagainya.

Lihat juga

Referensi