Lompat ke isi

Nusa Tenggara Timur: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 9°24′S 122°4′E / 9.400°S 122.067°E / -9.400; 122.067
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Micowendy (bicara | kontrib)
k Sejarah: perbaikan teks dan salah eja.
Baris 64: Baris 64:
Ketika tahun 1510, Goa-India dikuasai [[Portugis]], mereka melanjutkan eskpansinya dengan cara menguasai [[Malaka]] pada tahun [[1511]]. Malaka dijadikan pusat perdagangan serta penguasaan wilayah nusantara. Portugis berhasil mencapai Maluku, Solor (Flores). Tahun 1511 armada [[Ferdinand Magellan]] (dua kapal) singgah di [[Alor]] dan [[Timor]] ([[Kupang]]). Dalam penyeberangan ke selat Pukuafu, kedua kapal ini tertimpa badai, salah satu kapal karam dan hancur. Salah satu jangkar raksasa kapal ini hingga kini masih ada di pantai Rote. Satu lainnya berhasil lolos dari amukan ombak melanjutkan perjalanan ke Sabu, kemudian ke [[Tanjung Harapan]] dan kembali ke [[Spanyol]].<ref name=laporankupang/>
Ketika tahun 1510, Goa-India dikuasai [[Portugis]], mereka melanjutkan eskpansinya dengan cara menguasai [[Malaka]] pada tahun [[1511]]. Malaka dijadikan pusat perdagangan serta penguasaan wilayah nusantara. Portugis berhasil mencapai Maluku, Solor (Flores). Tahun 1511 armada [[Ferdinand Magellan]] (dua kapal) singgah di [[Alor]] dan [[Timor]] ([[Kupang]]). Dalam penyeberangan ke selat Pukuafu, kedua kapal ini tertimpa badai, salah satu kapal karam dan hancur. Salah satu jangkar raksasa kapal ini hingga kini masih ada di pantai Rote. Satu lainnya berhasil lolos dari amukan ombak melanjutkan perjalanan ke Sabu, kemudian ke [[Tanjung Harapan]] dan kembali ke [[Spanyol]].<ref name=laporankupang/>


Ketika Belanda, dengan [[VOC]]nya, mencekram Nusantara, tahun 1614, mereka menempatkan Pdt. M van den Broeck di Kupang dan Rote, untuk melayani warga [[Kristen]] di sana. Ini juga bermakna, walau VOC masih berusia muda (berdiri [[1602]]), kongsi dagang itu telah menempatkan kantor, benteng, pegawainya di Timor dan pulau-pulau sekitar; dan dengan itu perlu seorang pendeta sebagai pemelihara rohani. [Pada era V0C, tahun 1600an – 1799, dan bahkan sampai tahun 1900, tidak banyak catatan sejarah yang bisa menjadi pengetahuan publik; dan sekaligus bisa menjadi tanmbahan pengetahuan kepada anak-anak NTT]. Belanda waktu itu masih dikuasai oleh pemerintah boneka dari kekaisaran Perancis dibawah Napoleon. Keadaan tersebut dimanfaatkan Inggris untuk memperluas jajahannya dengan merebut jajahan Belanda. Armada Inggris mengganggu daerah kekuasaan Belanda, sehingga pada tahun 1799 hampir seluruh wilayahIndonesia (kecuali Jawa, Palembang, Banjarmasin dan Timor) dalam kekuasaan Inggris. Dua kapal Inggris memasuki pelabuhan Kupang pada l0 Juni l797, namun berhasil dipukul mundur oleh Greving yang mengarahkan pada mardijkers. Pada waktu VOC dibubarkan pada th 1799, segala hak dan kewajiban Indonesia diambil alih oleh pemerintah Belanda. Peralihan ini tidak membawa perubahan apapun , karena pada waktu itu Belanda menghadapi perang yang dilancarkan oleh negara tetangga.<ref name=laporankupang/>
Ketika Belanda, dengan [[VOC]]nya, mencekram Nusantara, tahun 1614, mereka menempatkan Pdt. M van den Broeck di Kupang dan Rote, untuk melayani warga [[Kristen]] di sana. Ini juga bermakna, walau VOC masih berusia muda (berdiri [[1602]]), kongsi dagang itu telah menempatkan kantor, benteng, pegawainya di Timor dan pulau-pulau sekitar; dan dengan itu perlu seorang pendeta sebagai pemelihara rohani. [Pada era V0C, tahun 1600an – 1799, dan bahkan sampai tahun 1900, tidak banyak catatan sejarah yang bisa menjadi pengetahuan publik; dan sekaligus bisa menjadi tambahan pengetahuan kepada anak-anak NTT]. Belanda waktu itu masih dikuasai oleh pemerintah boneka dari kekaisaran Perancis dibawah Napoleon. Keadaan tersebut dimanfaatkan Inggris untuk memperluas jajahannya dengan merebut jajahan Belanda. Armada Inggris mengganggu daerah kekuasaan Belanda, sehingga pada tahun 1799 hampir seluruh wilayah Indonesia (kecuali Jawa, Palembang, Banjarmasin dan Timor) dalam kekuasaan Inggris. Dua kapal Inggris memasuki pelabuhan Kupang pada l0 Juni l797, namun berhasil dipukul mundur oleh Greving yang mengarahkan pada mardijkers. Pada waktu VOC dibubarkan pada th 1799, segala hak dan kewajiban Indonesia diambil alih oleh pemerintah Belanda. Peralihan ini tidak membawa perubahan apapun, karena pada waktu itu Belanda menghadapi perang yang dilancarkan oleh negara tetangga.<ref name=laporankupang/>


Di era kolonial sampai 1942, rakyat NTT, harus terbagi-bagi sesuai keinginan Belanda, dalam bentuk Raja – Swapraja, fetor – Kefetoran, dan seterusnya; dan kemudian menjadi daerah taklukan di bawah pemerintahan residen. Ketika [[Jepang]] berkuasa di Nusantara, wilayah NTT yang strategis, ditata ulang sebagai basis pertahanan. Penataan administrasi pemerintahan pun nyaris tidak mengalami perubahan, hanya ada perubahan istilah.<ref name=laporankupang/>
Di era kolonial sampai 1942, rakyat NTT, harus terbagi-bagi sesuai keinginan Belanda, dalam bentuk Raja – Swapraja, fetor – Kefetoran, dan seterusnya; dan kemudian menjadi daerah taklukan di bawah pemerintahan residen. Ketika [[Jepang]] berkuasa di Nusantara, wilayah NTT yang strategis, ditata ulang sebagai basis pertahanan. Penataan administrasi pemerintahan pun nyaris tidak mengalami perubahan, hanya ada perubahan istilah.<ref name=laporankupang/>


Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, [[17 Agustus 1945]], NTT sebagai bagian Nusantara yang dijajah [[Belanda]], bebas dari cengkraman kolonial. Akan tetapi, karena keinginan Belanda untuk tetap berkuasa di Nusantara termasuk NTT, maka mereka mereka melakukan berbagai upaya untuk tetap ada di bumi Flobamor. Keadaan tersebut, membangkitkan semangat “Nasionalisme – Kebebasan – Kemerdekaan NTT” pada/dalam diri anak NTT. Semangat yang tak pantang menyerah tersebut, bahkan, malahirkan Pemerintah Negara Indonesia Timor dan Pemerintah Otonom NTT. Bisa dikatakan bahwa NTT hampir sama dengan Yogyakarta, pada waktu itu, yang menyatakan diri setia kepada [[Soekarno]] – Hatta. Perjuangan yang gigih anak NTT tidak berhenti, dan juga tidak pernah terbit dalam pikrian untuk melepaskan diri dari RI, yang baru merdeka. Ada semangat kesatuan Indonesia pada jiwa dan darah A.H. Koroh, I.H. Doko, Th. Oematan, Pastor Gabriel Manek, Drs. A. Roti, Y.S. Amalo, dan lain-lain agar NTT tidak berada dalam kekuasaan penjajah, tetapi menjadi bagian dari [[RI]]. Ketika negeri ini [NKRI] masih belum tegak berdiri tegak, NTT menjadi bagian dari Provinsi Administratif dengan nama "'''propinsi Sunda kecil'''". Nama "Sunda kecil" kemudian diganti dengan nama "Nusa Tenggara", berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1950. Tidak lama setelah itu, pada tahun [[1957]] berlaku UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan dengan UU No. 64 tahun 1958, sehingga "Propinsi Nusa Tenggara" dibagi menjadi tiga daerah Swantantra Tingkat 1, yaitu masing-masing Swantantra Tingkat 1 [[Bali]], [[Nusa Tenggara Barat]] dan [[Nusa Tenggara Timur]]. Sejak [[20 Desember]] [[1958]], pulau [[Flores]], [[Sumba]], [[Timor]], dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu provinsi, dalam/di kesatuan Republik Indonesia.<ref name=laporankupang/>
Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, [[17 Agustus 1945]], NTT sebagai bagian Nusantara yang dijajah [[Belanda]], bebas dari cengkraman kolonial. Akan tetapi, karena keinginan Belanda untuk tetap berkuasa di Nusantara termasuk NTT, maka mereka melakukan berbagai upaya untuk tetap ada di bumi Flobamor. Keadaan tersebut, membangkitkan semangat “Nasionalisme – Kebebasan – Kemerdekaan NTT” pada/dalam diri anak NTT. Semangat yang tak pantang menyerah tersebut, bahkan, melahirkan Pemerintah Negara Indonesia Timor dan Pemerintah Otonom NTT. Bisa dikatakan bahwa NTT hampir sama dengan Yogyakarta, pada waktu itu, yang menyatakan diri setia kepada [[Soekarno]] – Hatta. Perjuangan yang gigih anak NTT tidak berhenti, dan juga tidak pernah terbit dalam pikiran untuk melepaskan diri dari RI, yang baru merdeka. Ada semangat kesatuan Indonesia pada jiwa dan darah A.H. Koroh, I.H. Doko, Th. Oematan, Pastor Gabriel Manek, Drs. A. Roti, Y.S. Amalo, dan lain-lain agar NTT tidak berada dalam kekuasaan penjajah, tetapi menjadi bagian dari [[RI]]. Ketika negeri ini [NKRI] masih belum tegak berdiri tegak, NTT menjadi bagian dari Provinsi Administratif dengan nama "'''propinsi Sunda kecil'''". Nama "Sunda kecil" kemudian diganti dengan nama "Nusa Tenggara", berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1950. Tidak lama setelah itu, pada tahun [[1957]] berlaku UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan dengan UU No. 64 tahun 1958, sehingga "Propinsi Nusa Tenggara" dibagi menjadi tiga daerah Swantantra Tingkat 1, yaitu masing-masing Swantantra Tingkat 1 [[Bali]], [[Nusa Tenggara Barat]] dan [[Nusa Tenggara Timur]]. Sejak [[20 Desember]] [[1958]], pulau [[Flores]], [[Sumba]], [[Timor]], dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu provinsi, dalam/di kesatuan Republik Indonesia.<ref name=laporankupang/>


== Pemerintahan ==
== Pemerintahan ==

Revisi per 16 Juli 2015 13.20

Nusa Tenggara Timur
Bendera Nusa Tenggara Timur
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU 64/1958
Ibu kotaKupang
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 21
  • Kota: 1
  • Kecamatan: 186
  • Kelurahan: 2.650
Pemerintahan
 • GubernurFrans Lebu Raya
Luas
 • Total48.718,10 km2 (18,810,16 sq mi)
Populasi
 • Total4.683.827
 • Kepadatan96/km2 (250/sq mi)
Demografi
 • AgamaKatolik Roma (55,85%), Kristen Protestan (34.06%),Islam (8.66%), Hindu (0.21%), Buddha (0,02%), Lain-Lain (1.20%)
 • BahasaBahasa Indonesia
Kode Kemendagri53 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS53 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 1.003.991.703.000.-
Lagu daerahMoree
Situs webwww.nttprov.go.id

Di awal kemerdekaan Indonesia, kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil[1][2]. yang beribukota di kota Singaraja, kini terdiri atas 3 provinsi (berturut-turut dari barat): Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Setelah pemekaran, Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, di bagian barat pulau Timor.

Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat (biasa dipanggil Timor).

Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.

Arti lambang

Arti lambang Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:

  • Berbentuk perisai dengan sudut lima dengan maksud, selain melambangkan makna perlindungan rakyat juga melambangkan Pancasila.
  • Dalam perisai terberkas: bintang, komodo, padi dan kapas, tombak dan pohon beringin.
  • Bintang melambangkan keagungan Tuhan yang Maha Esa, komodo (buaya darat) satu-satunya reptil prasejarah yang hingga kini masih lestari. Binatang purba ini merupakan reptil raksasa yang oleh dunia dinyatakan dilindungi karena jenis hewan ini hanya terdapat di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di pulau Komodo. Banyak wisatawan dari seluruh dunia datang ke pulau ini hanya untuk melihat komodo.
  • Padi-kapas melambangkan kemakmuran.
  • Tombak melambangkan keagungan dan kejayaan.
  • Pohon beringin melambangkan persatuan dan kesatuan yang tetap terpelihara.
  • Hari terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Timur dilukiskan melalui jumlah padi (14) dan tahun 1958 tertera langsung pada sudut bawah lambang.

Sejarah

Bentangan kepulauan yang terletak antara 80-120 Lintang Selatan dan 1180 – 1250 Bujur Timur, merupakan bagian dari NKRI; mempunyai makna tersendiri pada hidup dan kehidupan banyak orang. Gugusan pulau-pulau tersebut disapa dengan berbagai sebutan, antara lain, "Sunda Kecil, Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Timur", dan juga "Flobamora". Sebutan tersebut juga bisa bermakna ada aneka suku dan sub-suku di/pada wilayah tersebut, namun mempunyai satu tanda kesamaan yaitu sama-sama menyatukan diri sebagai anak-anak Flobamor atau pun NTT.[3]

Jauh sebelum nama NTT tersebar, gugusan pulau-pulau di selatan Nusantara tersebut telah menjadi perhatian dunia. Harumnya aroma cendana dari Timor telah menerobos sampai Timur Tengah, Tiongkok, dan Eropa, dan berbagai penjuru bumi. Kekuatan aroma cendana tersebut menjadikan para pedagang dari Malaka, Gujarat, Jawa dan Makasar, Cina melakukan pelayaran niaga untuk mencapai wilayah sumber cendana. Dan mereka melakukan kontak dagang secara langsung dengan raja-raja di Timor dan pulau-pulau sekitarnya, sang pemilik wilayah dan pemimpin rakyat.[3]

Catatan sejarah dari Tiongkok, "manuskrip Dao Zhi", sejak tahun 1350 dinasti Sung sudah mengenal Timor dan pulau-pulau sekitar, dan salah satu pelabuhan terkenal di Timor adalah "Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am", yang ramai dikunjungi kapal dari Makasar, Malaka, Jawa, Tiongkok dan kemudian Eropa seperti Spanyol, Inggris, Portugis, Belanda. Negarakertagama (1365) mencatat bahwa Timor yang terkenal dengan hasil cendananya merupakan wilayah Majapahit, namum mempunyai raja-raja yang otonom dan mandiri.[3]

Ketika tahun 1510, Goa-India dikuasai Portugis, mereka melanjutkan eskpansinya dengan cara menguasai Malaka pada tahun 1511. Malaka dijadikan pusat perdagangan serta penguasaan wilayah nusantara. Portugis berhasil mencapai Maluku, Solor (Flores). Tahun 1511 armada Ferdinand Magellan (dua kapal) singgah di Alor dan Timor (Kupang). Dalam penyeberangan ke selat Pukuafu, kedua kapal ini tertimpa badai, salah satu kapal karam dan hancur. Salah satu jangkar raksasa kapal ini hingga kini masih ada di pantai Rote. Satu lainnya berhasil lolos dari amukan ombak melanjutkan perjalanan ke Sabu, kemudian ke Tanjung Harapan dan kembali ke Spanyol.[3]

Ketika Belanda, dengan VOCnya, mencekram Nusantara, tahun 1614, mereka menempatkan Pdt. M van den Broeck di Kupang dan Rote, untuk melayani warga Kristen di sana. Ini juga bermakna, walau VOC masih berusia muda (berdiri 1602), kongsi dagang itu telah menempatkan kantor, benteng, pegawainya di Timor dan pulau-pulau sekitar; dan dengan itu perlu seorang pendeta sebagai pemelihara rohani. [Pada era V0C, tahun 1600an – 1799, dan bahkan sampai tahun 1900, tidak banyak catatan sejarah yang bisa menjadi pengetahuan publik; dan sekaligus bisa menjadi tambahan pengetahuan kepada anak-anak NTT]. Belanda waktu itu masih dikuasai oleh pemerintah boneka dari kekaisaran Perancis dibawah Napoleon. Keadaan tersebut dimanfaatkan Inggris untuk memperluas jajahannya dengan merebut jajahan Belanda. Armada Inggris mengganggu daerah kekuasaan Belanda, sehingga pada tahun 1799 hampir seluruh wilayah Indonesia (kecuali Jawa, Palembang, Banjarmasin dan Timor) dalam kekuasaan Inggris. Dua kapal Inggris memasuki pelabuhan Kupang pada l0 Juni l797, namun berhasil dipukul mundur oleh Greving yang mengarahkan pada mardijkers. Pada waktu VOC dibubarkan pada th 1799, segala hak dan kewajiban Indonesia diambil alih oleh pemerintah Belanda. Peralihan ini tidak membawa perubahan apapun, karena pada waktu itu Belanda menghadapi perang yang dilancarkan oleh negara tetangga.[3]

Di era kolonial sampai 1942, rakyat NTT, harus terbagi-bagi sesuai keinginan Belanda, dalam bentuk Raja – Swapraja, fetor – Kefetoran, dan seterusnya; dan kemudian menjadi daerah taklukan di bawah pemerintahan residen. Ketika Jepang berkuasa di Nusantara, wilayah NTT yang strategis, ditata ulang sebagai basis pertahanan. Penataan administrasi pemerintahan pun nyaris tidak mengalami perubahan, hanya ada perubahan istilah.[3]

Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, NTT sebagai bagian Nusantara yang dijajah Belanda, bebas dari cengkraman kolonial. Akan tetapi, karena keinginan Belanda untuk tetap berkuasa di Nusantara termasuk NTT, maka mereka melakukan berbagai upaya untuk tetap ada di bumi Flobamor. Keadaan tersebut, membangkitkan semangat “Nasionalisme – Kebebasan – Kemerdekaan NTT” pada/dalam diri anak NTT. Semangat yang tak pantang menyerah tersebut, bahkan, melahirkan Pemerintah Negara Indonesia Timor dan Pemerintah Otonom NTT. Bisa dikatakan bahwa NTT hampir sama dengan Yogyakarta, pada waktu itu, yang menyatakan diri setia kepada Soekarno – Hatta. Perjuangan yang gigih anak NTT tidak berhenti, dan juga tidak pernah terbit dalam pikiran untuk melepaskan diri dari RI, yang baru merdeka. Ada semangat kesatuan Indonesia pada jiwa dan darah A.H. Koroh, I.H. Doko, Th. Oematan, Pastor Gabriel Manek, Drs. A. Roti, Y.S. Amalo, dan lain-lain agar NTT tidak berada dalam kekuasaan penjajah, tetapi menjadi bagian dari RI. Ketika negeri ini [NKRI] masih belum tegak berdiri tegak, NTT menjadi bagian dari Provinsi Administratif dengan nama "propinsi Sunda kecil". Nama "Sunda kecil" kemudian diganti dengan nama "Nusa Tenggara", berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1950. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1957 berlaku UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan dengan UU No. 64 tahun 1958, sehingga "Propinsi Nusa Tenggara" dibagi menjadi tiga daerah Swantantra Tingkat 1, yaitu masing-masing Swantantra Tingkat 1 Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sejak 20 Desember 1958, pulau Flores, Sumba, Timor, dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu provinsi, dalam/di kesatuan Republik Indonesia.[3]

Pemerintahan

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[4] Jumlah penduduk (SP 2020)[5] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
Peta lokasi
1 Kabupaten Alor Kalabahi Zet Sony Libing (Pj.) 2.928,559 220.146 17 17/158
2 Kabupaten Belu Atambua Agustinus Taolin 1.127,250 227.866 12 12/69
3 Kabupaten Ende Ende Agustinus Gaja Ngasu (Pj.) 2.085,244 227.589 21 23/255
4 Kabupaten Flores Timur Larantuka Sulastri Rasyid (Pj.) 1.748,517 276.896 19 21/229
5 Kabupaten Kupang Oelamasi Alex Lumba (Pj.) 5.136,510 366.383 24 17/160
6 Kabupaten Lembata Lewoleba Paskalis Ola Tapobali (Pj.) 1.268,105 135.930 9 7/144
7 Kabupaten Malaka Betun Simon Nahak 1.109,162 183.898 12 -/127
8 Kabupaten Manggarai Ruteng Herybertus Geradus Laju Nabit 1.343,834 312.855 12 26/145
9 Kabupaten Manggarai Barat Labuan Bajo Edistasius Endi 3.128,997 256.317 12 5/164
10 Kabupaten Manggarai Timur Borong Boni Hasudungan Siregar (Pj.) 2.389,530 275.603 9 17/159
11 Kabupaten Nagekeo Mbay Raimundus Raymond Nggajo (Pj.) 1.396,164 159.732 7 16/97
12 Kabupaten Ngada Bajawa Andreas Paru 1.735,635 165.254 12 16/135
13 Kabupaten Rote Ndao Baa Oder Maks Sombu (Pj.) 1.286,453 143.764 10 7/112
14 Kabupaten Sabu Raijua Menia Nikodemus Nithanel Rihi Heke 460,957 89.327 6 5/58
15 Kabupaten Sikka Maumere Adrianus Firminus Parera (Pj.) 1.671,649 321.953 21 13/147
16 Kabupaten Sumba Barat Kota Waikabubak Johanes Dade 757,408 145.097 6 11/63
17 Kabupaten Sumba Barat Daya Kota Tambolaka Yohanes Oktovianus (Pj.) 1.383,312 303.650 11 2/173
18 Kabupaten Sumba Tengah Waibakul Jusuf Lery Rupidara (Pj.) 1.789,659 85.482 5 -/65
19 Kabupaten Sumba Timur Kota Waingapu Khristofel Praing 6.984,014 244.820 22 16/140
20 Kabupaten Timor Tengah Selatan Kota Soe Seperius Edison Sipa (Pj.) 3.933,151 455.410 32 12/266
21 Kabupaten Timor Tengah Utara Kota Kefamenanu Juandi David 2.623,2 259.829 24 33/160
22 Kota Kupang - Linus Lusi (Pj.) 159,334 442.758 6 51/-


Daftar gubernur

Gubernur Nusa Tenggara Timur
# Potret Nama
(masa hidup)
Mulai menjabat Selesai menjabat Jabatan Sebelumnya Wakil Gubernur Periode Ket.
sebelum dilakukan pemilihan gubernur defenitif oleh DPRD Prov. NTT, William Johanes Lalamentik yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah Flores, ditunjuk menjadi Pejabat Sementara Gubernur NTT (20 Desember 1958–4 Februari 1960)[6]
1 William Johanes "Hein" Lalamentik[7]
(1913–1985)
4 Februari 1960 12 Juli 1966 Pejabat Sementara Gubernur NTT Tidak Ada I
Elias Tari
(sejak 18 Juli 1965)
selama masa peralihan ini, Wakil Gubernur NTT, Elias Tari menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (12 Juli–Desember 1966)
2 Elias "El" Tari
(1926–1978)
Desember 1966 Agustus 1972 Penjabat Gubernur NTT Tidak Ada II [ket. 1]
selama masa peralihan ini, Gubernur NTT sebelumnya, Elias Tari menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (Agustus 1972–15 Februari 1973)
(2) Elias "El" Tari
(1926–1978)
15 Februari 1973 29 April 1978 Penjabat Gubernur NTT Tidak Ada III [ket. 2]
selama masa peralihan ini, Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Depdagri, Wang Suwandi menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (5 Mei–1 Juli 1978)
3 Aloysius Benedictus "Ben" Mboi
(1935–2015)
1 Juli 1978 1 Juli 1983 Kepala Ladokprev AD
merangkap
SPRI Waka BAKIN
Tidak Ada IV
1 Juli 1983 1 Juli 1988 V
Godlief Boeky
(sejak 1986)
4 Hendrikus "Endi" Fernandez
(1932–2014)
1 Juli 1988 1 Juli 1993 Ketua DPRD Provinsi NTT Godlief Boeky
(sampai 1991)
VI
Samuel Hermanus Michiel Lerrick
(sejak 1991)
5 Herman Musakabe[8]
(l.1940)
1 Juli 1993 15 Juli 1998 Komandan Seskoad Samuel Hermanus Michiel Lerrick
(sampai 1996)
VII
Pieter Alexander Tallo
(sejak 1996)
6 Pieter Alexander "Piet" Tallo
(1942–2009)
15 Juli 1998 16 Juli 2003 Wakil Gubernur NTT Lowong VIII
Johanes Pake Pani
(sejak 1999)
16 Juli 2003 16 Juli 2008 Frans Lebu Raya IX
7 Frans Lebu Raya
(1960–2021)
16 Juli 2008 16 Juli 2013 Wakil Gubernur NTT Esthon Leyloh Foenay X [ket. 3]
16 Juli 2013 16 Juli 2018 Benny Alexander Litelnoni XI
selama masa peralihan ini, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri, Robert Simbolon menjabat sebagai Penjabat Gubernur NTT (17 Juli–5 September 2018)
8 Viktor Bungtilu Laiskodat
(l.1965)
5 September 2018 5 September 2023 Anggota DPR-RI Josef Nae Soi XII

(2018)

selama masa peralihan ini, Sekretaris Kemenkomarves, Ayodhia G. L. Kalake bertugas sebagai Penjabat Gubernur NTT (5 September 2023–5 September 2024)
selama masa peralihan ini, Deputi III Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto bertugas sebagai Penjabat Gubernur NTT (6 September 2024–sekarang)

Legenda

  Non Partai / Penugasan Pemerintah

Populasi

Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.357.340 jiwa (2010). Kepadatan penduduk di Nusa Tenggara Timur sebesar 96 jiwa/km2, dengan presentasi penduduk yang tinggal di perkotaan kurang lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami kawasan pedesaan. Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan rincian persentase kurang lebih sebagai berikut Katolik 54,14% Protestan 34,74%, Islam 9,05% , Hindu 0,11% Buddha 0,01% dan sebanyak 1,73% menganut agama dan kepercayaan lainnya.

Nusa Tenggara Timur menjadi tempat perlindungan untuk kalangan Kristen di Indonesia yang menjauhkan diri dari konflik agama di Maluku dan Irian Jaya.

Tingkat pendaftaran sekolah menengah adalah 39% yang jauh dibawah rata-rata Indonesia, yaitu 80.49% tahun 2003/04 (menurut UNESCO). Minuman berupa air bersih, sanitasi dan kurangnya sarana kesehatan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi anak (32%) dan kematian bayi (71 per 1000) juga lebih besar dari kebanyakan provinsi Indonesia lainnya.

Ekonomi

Menurut berbagai standar ekonomi, ekonomi di provinsi ini lebih rendah dari pada rata-rata Indonesia, dengan tingginya inflasi (15%), pengangguran (30%) dan tingkat suku bunga (22-24%).

Kepulauan

Seperti halnya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang didominasi oleh kepulauan, tiga pulau utama di wilayah ini adalah Pulau Flores, Pulau Sumba, dan Pulau Timor Barat.

Sedangkan pulau-pulau lain diantaranya adalah Pulau-pulauAdonara, Alor, Babi, Besar, Bidadari, Dana, Komodo, Rinca, Lomblen, Loren, Ndao, Palue, Pamana, Pamana Besar, Pantar, Rusa, Raijua, Rote (pulau terselatan di Indonesia), Sawu, Semau dan Solor.

Pulau Komodo
Formasi Batu di Kepulauan Komodo
Pemandangan dari Labuan Bajo

Batas wilayah

Utara Laut Flores
Timur Timor Leste, Provinsi Maluku, dan Laut Banda
Selatan Samudra Hindia
Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat

Lihat pula

  • Sasando, instrumen musik petik dari daerah ini
  • Pasola, permainan lempar lembing dari atas kuda
  • Padoa

Referensi

  1. ^ "Badak Sunda dan Harimau Sunda". "[...] Mr. Muhamad Yamin yang pada 1950-an ketika menjadi Menteri P.P. dan K. mengganti istilah Kepulauan Sunda Kecil menjadi Kepulauan Nusa Tenggara. Sebab, istilah Kepulauan Sunda Kecil diganti dengan Kepulauan Nusa Tenggara, maka istilah Kepulauan Sunda Besar juga tidak lagi digunakan dalam ilmu bumi dan perpetaan nasional Indonesia – meskipun dalam perpetaan Internasional istilah Greater Sunda Islands dan Lesser Sunda Islands masih tetap digunakan." - Ajip Rosidi: Penulis, budayawan. Pikiran Rakyat, 21 Agustus 2010. Diakses tanggal Juli 7, 2015. 
  2. ^ JAN B. AVE; 'INDONESIA', 'INSULINDE' AND 'NUSANTARA': DOTTING THE I'S AND CROSSING THE T p. 14
  3. ^ a b c d e f g Laporan dari Kupang, Sambutan Sederhana untuk Presiden Sederhana
  4. ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-10. 
  5. ^ "Jumlah Penduduk Hasil SP menurut Wilayah dan Jenis Kelamin, Provinsi Nusa Tenggara Timur 2020". Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-21. Diakses tanggal 27 Juni 2021. 
  6. ^ Uly, Nicky (2023-02-02). "William Johanis Lalamentik". nicky write history. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 2023-03-09. 
  7. ^ Marho, Maxi (2018-10-28). "Begini Biografi Mantan Gubernur NTT, WJ Lalamentik Menurut Ketiga Putrinya". Teropong Nusa Tenggara Timur. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-17. Diakses tanggal 2023-02-17. 
  8. ^ "Di Usia 78 Tahun, Herman Musakabe Menerbitkan buku Ziarah Kehidupan". ExpoNTT.com. 2019-04-15. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-17. Diakses tanggal 2023-02-17. 

Pranala luar

9°24′S 122°4′E / 9.400°S 122.067°E / -9.400; 122.067
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "ket.", tapi tidak ditemukan tag <references group="ket."/> yang berkaitan