Kabupaten Pati
Kabupaten Pati ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦛꦶ | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Kawasan Alun-Alun Pati | |
Julukan: Pati Bumi Mina Tani | |
Motto: Kridane Panembah Gebyaring Bumi ("Bekerja keras meningkatkan kesejahteraan daerah") | |
Koordinat: 6°46′00″S 111°06′00″E / 6.76667°S 111.1°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Dasar hukum | UU No. 13/1950 |
Ibu kota | Pati |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Haryanto |
• Wakil Bupati | Saiful Arifin |
Luas | |
• Total | 1.419,07 km2 (54,791 sq mi) |
Populasi ((2017)) | |
• Total | 1.420.292 |
• Kepadatan | 797/km2 (2,060/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam, Kejawen, Kristen , Konghucu, dll. |
• Bahasa | Indonesia, Jawa |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0295 |
Kode Kemendagri | 33.18 |
DAU | 1.207.508.997.000,00 |
Semboyan daerah | "Bumi Mina Tani" |
Flora resmi | Kapuk randu |
Fauna resmi | Bandeng |
Situs web | www |
Pati (bahasa Jawa: ꦥꦛꦶ, translit. Pathi) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di barat. Kabupaten ini terkenal dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani.
Sejarah Pati
Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: "keris rambut pinutung dan kuluk kanigara".
Menurut cerita rakyat yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu "keris rambut pinutung dan kuluk kanigara" merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbul kesatuan dan persatuan.
Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.
Kekosongan pemerintahan di Pulau Jawa
Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi di Pulau Jawa vakum penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singasari surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.
Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.
Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu.
- Penguasa Kadipaten Paranggaruda
Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah kekuasaannya meliputi sungai Juwana ke selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Mempunyai putra bernama Raden Jasari.
- Penguasa Kadipaten Carangsoka
Adipatinya bernama: Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya meliputi utara sungai Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan
Kadipaten Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan
Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, kedua adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya itu. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan dalang kondang yang bernama "Sapanyana".
Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dulu Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan bantuan Sondong Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka itu diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan Pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.
Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan (berhasil dengan baik).
Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan kemudian melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara " Raden Jasari " dan " Rara Rayungwulan " gagal total.
Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka memimpin prajurit Carangsoka, mengalami luka parah dan kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana) meneruskan peperangan. Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan yang menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit Paranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati dan putera lelakinya gugur dalam palagan membela kehormatan dan gengsinya.
Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama " Singasari ".
Kadipaten Pesantenan
Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama " Kadipaten Pesantenan dengan gelar " Adipati Jayakusuma di Pesantenan.
Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu " Raden Tambra ". Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan, dengan gelar " Adipati Tambranegara ". Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan dan kesejahteraannya semakin meningkat.
Kabupaten Pati
Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di Desa Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.
Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan di museum Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuno. Pada lempengan yang keempat antara lain berbunyi bahwa : ..... Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan Abhiseka Wiralanda Gopala pada tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama Dyah Malayuda dengan gelar "Rakai", Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya.
Pati bagian dari Majapahit
Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para adipati itu dengan memberi status sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga.
Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati yang disusun oleh K.M. Sosrosumarto dan S. Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula yang lengkapnya berbunyi:
...Tan alami pajajaran kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka.
Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati, yang bernama Tambranegara menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit.
Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta hadir dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu pada bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus 1323.
Hari jadi Pati
Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SMA se Kabupaten Pati, Konsultan, Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah UNDIP Semarang, secara musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus 1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati.
Tanggai 6 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994 tanggal 31 Mei 1994, sehingga menjadi momentum Hari Jadi Kabupaten Pati dengan surya sengkala " KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI " yang bermakna " Dengan bekerja keras dan penuh do'a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah ". Untuk itu maka setiap tanggal 6 Agustus 1323 yang ditetapkan dan diperingati sebagai "Hari Jadi Kabupaten Pati".
Geografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang. Sungai terbesar adalah Sungai Juwana, yang bermuara di daerah Juwana.
Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Kelemahan terbesar dari jalur ini adalah kecilnya jalan, hanya memuat dua jalur, sehingga untuk berpapasan cukup sulit.
Terdapat sungai besar yaitu Sungai Juwana. Saat musim penghujan sudah terbiasa sungai ini meluap, sehingga pemerintah Jawa Tengah membentuk lembaga yang berfungsi menanggulangi banjir yang bernama Jatrunseluna.
Tokoh-tokoh dari Pati
Tokoh masyarakat
- K.H. Sahal Mahfudz
- KH. Abdullah Salam
- Hj. Fatimatuzzahro
- KH. Suyuthi Abdul Qadir
- Ismail Saleh
- Sukawi Sutarip
- Kwik Kian Gie
- Moh. A Safaudin (Tokoh Falsisme Murbaism)
- Anis Sholeh Ba'asyin (Budayawan)
- H. Muhammad Zuhri (Budayawan)
- Marwan Ja'far ( Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada Kabinet Kerja 2014–2019)
- Ulil Abshar-Abdalla (Tokoh Islam Liberal, Politikus)
- Budi Waseso (Kepala BNN)
- Kyai Amnan Turehan Pengging Wangi atau ISKGDAAS Pakunegoro IV dari Kasunanan Pakunagara Hadiningrat
Tokoh selebriti
Pemain Sepak bola
Pembagian administratif
Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana di sebelah timur, Tayu di sebelah utara,dan Kayen di bagian selatan. Untuk Juwana dan Tayu keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa. Sedangkan Kota Kayen berada di bawah pegunungan Kendeng. Di Kayen pula, berdiri RSUD milik pemerintah kabupaten dan merupakan satu-satunya kecamatan di luar ibukota kabupaten yang memiliki fasilitas RS milik pemerintah.
Kecamatan di Kabupaten Pati adalah:
- Batangan
- Cluwak
- Dukuhseti
- Gabus
- Gembong
- Gunungwungkal
- Jaken
- Jakenan
- Juwana
- Kayen
- Margorejo
- Margoyoso
- Pati
- Pucakwangi
- Sukolilo
- Tambakromo
- Tayu
- Tlogowungu
- Trangkil
- Wedarijaksa
- Winong
Pariwisata
Wisata alam
Pati memiliki tempat wisata alami, yaitu:
- Arga Pesona, di Desa Beketel Kayen
- Danau Terpus Beketel, di Desa Beketel Kayen
- Air Terjun Grenjengan Sewu, di Desa Jrahi
- Air Terjun Tadah Hujan, di Desa Sukolilo
- Air Terjun Grenjengan Seno, di Payak, Cluwak, Pati
- Gua Wareh, di Desa Kedumulyo Kayen
- Gua Pancur, di Desa Jimbaran Kayen
- Rawa Teratai, di Pengging Wangi, Kasiyan
- Air Terjun Klating, di Desa Mojoagung / dukuh Klating
- Bukit Pandang Ki Santa Mulya, di Desa Durensawit Kayen
- Waduk Seloromo, di Desa Gembong
- Air Terjun Plorodan Semar, di Sumbersari, Kayen
Wisata sejarah
Pati memiliki tempat wisata sejarah, yaitu:
- Masjid Agung Pati, di Desa Puri
- Pintu Gerbang Majapahit, di Desa Muktiharjo/Rendole
- Petilasan Syech Jangkung, di Desa kayen
- Genuk Kemiri (Peninggalan Raden Kembang Joyo), di Dukuh Kemiri, Desa Kalidoro
Wisata keluarga
Pati memiliki tempat wisata untuk keluarga, yaitu:
- Juwana Water Fantasy, di Desa Bumimulyo (Mujil)
- Byar-Byur Water Park, di Desa Winong
- Sendang Tirta Marta Sani, di Desa Tamansari
- Kebun Binatang TPA Pati, di Desa Banyuurip
Wisata religi
Pati memiliki tempat wisata ziarah, yaitu:
- Makam Nyai Ageng Ngerang, di Desa Tambakromo
- Makam Syeh Jangkung (Saridin), Desa Landoh
- Makam Mbah Tabek Merto, di Desa Prawoto
- Makam Syeh Ahmad Mutamakkin, di Desa Kajen
- Makam KH. Abdullah Salam (Mbah Dullah), di Desa Kajen
- Makam KH. Sahal Mahfudz, di Desa Kajen
- Makam KH. Suyuthi Abdul Qadir, di Desa Guyangan, Trangkil
- Makam Sunan Ngerang (Guru Sunan Muria), di Dukuh Ngerang, Desa Trimulyo
- makam Sunan Makhdum (Sayyid Abdurrahman Al-Makhdum) Pimpinan Walisongo I , di Desa Parenggan, Pati Kota
- Makam Syeh Ronggo Kusumo, di Desa Ngemplak Kidul, Margoyoso
- Makam Sunan Prawoto (Raja Kerajaan Demak Ke-4), di Desa Prawoto
- Makam Bandung Bondowoso Ratu Pengging ,
- Makam Prabu Angling Dharma, di Dukuh Mlawat Baleadi
- Makam Mahapatih Batik Madrim, di Desa Kedung Winong
Wisata belanja
Pati memiliki tempat wisata khusus belanja, yaitu:
- Ada Swalayan
- Luwes Mall
- Galaxy Swalayan
- Plasa pati
- Salsa Pati
- Borobudur Plaza pati
- Plaza Puri
- Surya baru Swalayan
- Pati Trade center
- Pasar Pargola (Pasar Pragolo) Mall and Resto, di Margorejo
- Plaza juwana
- Laris Toserba
- Pati Town Square
- Lippo Plaza Juwana
- Juwana Mega Plaza
- Kajar Trade Center
- Pasar Seleko Pati
- Pengging Wangi Trade Center
- Pengging Wangi Square
Seni Budaya
Kesenian budaya tradisional Pati adalah:
Perayaan
Acara event yang diadakan setiap tahun di Pati, di antaranya:
- Meron
- Sedekah Bumi Pati
- Sedekah Laut Juwana
- Sedekah Laut Tayu
- Pati Batik Carnival
- Haul 10 Syuro Kajen
- Pati Cooking Expo (masih perencanaan Pemkab Pati) untuk memperingati hari pangan sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober. acara Pameran masakan khas Pati juga untuk mengenalkan berbagai jenis masakan khas Kabupaten Pati.
Kuliner Khas Pati
Masakan
Masakan khas kabupaten Pati, yaitu:
- Nasi Gandul
- Mangut Ndas Manyung
- Soto Kemiri
- Petis Kambing Runting
- Kotokan Gereh Tongkol
- Sego Tewel
- Kempleng Urang
- Botok Masin
- Sayur Tempe Bosok
- Kela mrica (Baca: Kelo mrico)
Jajanan
Jajanan khas kabupaten Pati, yaitu:
- Gethuk Runting
- Jenang Landoh (Jatimulyo)
- Tape Gembong
Minuman
Minuman khas kabupaten Pati, yaitu:
Oleh-oleh
Oleh-oleh khas kabupaten Pati, yaitu:
- Bandeng Presto Juwana
- Kerupuk Daging
- Kerupuk Ampo
- Kerajinan Kuningan
- Batik Bakaran
- Jenang Landoh (Jatimulyo)
Potensi
Selain terkenal dengan Bandeng Prestonya, Pati adalah salah satu dari dua kabupaten penghasil buah Manggis terbesar di Jawa Tengah selain Cilacap.
- Sentra Buah Jambu monyet, di Desa Margorejo
- Sentra Buah Kelapa kopyor Genjah (kelapa yang dagingnya terpisah dengan tempurung) di Jawa Tengah
- Sentra Buah Manggis, di Desa Jepalo dan Gunungsari
- Kerajinan Kuningan, di Desa Juwana
- Usaha Susu Sapi, di Desa Sukoharjo
- Industri Garam, di Kecamatan Batangan
- Pabrik Gula Trangkil, di Desa Trangkil
- Pabrik Gula Pakis Baru, di Desa Pakis
- industri criping singkong aneka rasa(banyuurip)
- Centra Pengodol Kapuk Randu, di Desa Karaban, Kecamatan Gabus (produk kasur, bantal, guling dll).
- Sentra padi dan kacang hijau , di Desa Jambean Kidul, Margorejo Pati.
- Perkebunan Kopi , di Desa Jrahi, Gunungwungkal dan Sitiluhur
- Industri Tepung Tapioka, di Desa Ngemplak, Margoyoso
- Industri Kain Batik Bakaran, di Desa Bakaran, Juwana
- Industri Batu Bata, di Desa Trangkil
- Industri Terasi Udang Rebon, di Desa Juwana, Margoyoso dan Tayu
Julukan Pati
- Bumi Mina Tani
Karena Kabupaten Pati penduduknya mayoritas bekerja dalam bidang pertanian, bahkan 70% kabupaten Pati adalah sawah.
- Kota Manggis
Karena Kabupaten Pati merupakan penghasil manggis terbesar alias terbanyak se Jawa Tengah, Selain membanjiri pasar Jawa Tengah juga dikirim ke Jakarta, Surabaya, Bandung
- Kota Pensiunan
Karena kotanya sebagian besar dihuni oleh para pensiunan yang lahir atau dibesarkan di kota ini, juga terdapat warga pensiunan dari luar kota menghabiskan masa tuanya di Pati, karena Kabupaten Pati sangat tenang karena kotanya tidak berkembang sehingga masih berupa pedesaan/perkampungan menjadikan kabupaten Pati menjadi kota pensiunan juga menjadi kota liburannya para pensiunan. Sedangkan para pemudanya memilih mencari kerja di tempat lain atau merantau ke luar negeri sebagai TKI/TKW, karena minimnya industri di kota ini.
- Kota Kacang
Karena sebagai tempat pabrik yang memproduksi pengolahan berbagai macam varian kacang terbesar di Indonesia, diantaranya yang terkenal adalah Kacang Garuda (PT. Garudafood Putra Putri Jaya) berada di timur kota Jl. P. Sudirman (Pati-Juana) dan Kacang Dua Kelinci (PT. Dwi Kelinci) berada di barat kota (Jl. Raya Pati - Kudus) Kec. Margorejo Kab. Pati.
Kesehatan
Klinik
- Klinik Sejahtera
- BKIA Bhayangkari
- Klinik Keluarga Sehat
Rumah sakit
- RS Kristen Tayu
- RSUD RAA Soewondo
- RS Keluarga Sehat Hospital (KSH)
- RS Mitra Bangsa
- RS Fastabiq
- RSB Harapan
- RSB Asifa
- RS Paru-paru
- RS Islam Pati
- RS Assuyuthiyyah Guyangan
- RSU Kayen
- RS Internasional Pengging Wangi (Tahap perencanaan)
Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi Pemerintahan Kabupaten Pati