Tarling
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Tarling | |
---|---|
Sumber aliran |
|
Sumber kebudayaan | Tahun 1930-an di Cirebon dan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat |
Alat musik yang biasa digunakan | |
Genre campuran (fusion) | |
Tarling-dangdut | |
Versi lokal | |
|
Musik dari Indonesia | ||||||||
Jenis | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bentuk khusus | ||||||||
|
||||||||
Media dan pertunjukan | ||||||||
|
||||||||
Musik nasional | ||||||||
|
||||||||
Musik daerah | ||||||||
|
||||||||
Tarling adalah salah satu bentuk kesenian yang berkembang di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat, terutama wilayah Cirebon dan Indramayu. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar (gitar) dan suling (seruling) serta istilah Sing Nelatar Kudu Eling (yang merantau harus eling/Ingat) Eling Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Eling terhadap tanah kelahirannya.
Asal mula kesenian TARLING muncul di sekitar wilayah perbatasan Cirebon dengan Indramayu, pada sekitar tahun 1920, dimana saat itu secara administratif wilayah tersebut berada dibawah Karesidenan Cirebon. Diceritakan Oleh Mang Sugra (anak dari Mang Sakim) kepada Sunarto Martaatmaja alias Kang Ato Ayame ilang (maestro TARLING). Seorang Residen Belanda (tidak diketahui namanya) meminta tolong kepada warga setempat yang bernama Mang Sakim, untuk memperbaiki gitar miliknya. Mang Sakim waktu itu dikenal sebagai ahli gamelan. Usai diperbaiki, sang Residen Belanda itu ternyata tak jua mengambil kembali gitarnya. Kesempatan itu akhirnya dipergunakan Mang Sakim untuk mempelajari nada-nada gitar, dan membandingkannya dengan nada-nada pentatonis gamelan.
Hal itupun dilakukan oleh anak Mang Sakim yang bernama Sugra. Bahkan, Sugra kemudian membuat eksperimen dengan memindahkan nada-nada pentatonis gamelan ke dawai-dawai gitar yang bernada diatonis. Karenanya, tembang-tembang (kiser) Dermayonan dan Cerbonan yang biasanya diiringi gamelan, bisa menjadi lebih indah dengan iringan petikan gitar. Keindahan itupun semakin lengkap setelah petikan dawai gitar diiringi dengan suling bambu yang mendayu-dayu. --- Alunan gitar dan suling bambu yang menyajikan musik Cerbonan & Dermayonan itu pun mulai mewabah sekitar dekade 1930-an.
Kala itu, anak-anak muda di berbagai pelosok desa di Cirebon & Indramayu menerimanya sebagai suatu gaya hidup. Sambil mengisi aktifitas keseharian mereka, para pemuda memainkan musik bernada Gamelan menggunakan gitar. Para Pemuda Petani memainkannya di Gubuk Ranggon sambil menunggu Sawah mereka ataupun juga Para Pemuda yang berkumpul sambil menunggu Pembakaran (pengobongan) batu bata. Pada Perkembangannya, Nada Gamelan yang dimainkan dengan Gitar, kemudian dilengkapi dengan alat musik Ritmik sebagai pengiring nya, berupa tetabuhan perkusi sederhana yang mereka kreasikan sendiri, lalu dilengkapi dengan alunan suara seruling bambu. musik ini kemudian berkembang pesat didalam masyarakat Pesisir Pantai Utara setelah RRI Cirebon secara rutin menyiarkannya.
Pada Tahun 1955 di dalam peringatan Hari Ulang Tahun RRI, Kepala Stasiun RRI Cirebon dalam pidato nya menyematkan sebuah nama terhadap kesenian yang berkembang di masyarakat dengan nama "MELODI KOTA UDANG".
Pada Tahung 1965, dalam peringatan Hari Ulang Tahun RRI, Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan dalam Pidatonya mengingatkan kepada masyarakat di Wilayah karesidenan Cirebon untuk tetap ingat dengan kampung halamannya. karena sebagian masyarakat pesisir pantai utara saat itu banyak yang berkerja di luar wilayah Karesidenan Cirebon, maka beliau menyatakan "SING NELATAR KUDU ELING" Artinya : 'Yang merantau harus ingat" maksudnya adalah mengingatkan kepada para perantau yang berasal dari wilayah pesisir pantura untuk tetap ingat kampung halamannya. Pada saat itu RRI adalah satu - satunya media yang yang berperan penting dalam memperkenalkan Kesenian Melodi Kota Udang. setelah Pidato Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan tersebut, maka sampai dengan saat ini, Kesenian tersebut dikenal dengan Nama "TARLING" - sing nelatar kudu eling - yang secara kebetulan, musik nya didominasi oleh petikan suara gitar dan suling.
Pada perkembangan berikutnya, ada beberapa tokoh penting yang mampu mengembangkan kesenian Tarling menjadi sebuah bentuk Perunjukan Lengkap.
- Uci Sanusi - pada awalnya beliau adalah seorang pimpinan sebuah Grup Keroncong, dengan pengalaman beliau dalam membentuk sebuah grup kesenian, belau melakukan transformasi, merubah Tarling menjadi sebuah Grup Pertunjukan yang lengkap. Uci Sanusi adalah orang yang menjadikan Tarling menjadi sebuah Grup Pertunjukan.
- H. Abdul Adjib - beliau adalah orang pertama yang menciptakan Lagu Tarling. pada awalnya Tarling hanya menyajikan musik Tarling Klasik yang mengikuti Pakem Gamelan. H. Abdul Adjib menciptakan sebuah lagu Tarling Modern pertama berjudul "Penganten Baru"
- Jayana (Mama John) - Jayana pada awalnya hanya seorang wiraswara yangg sering kali ikut mengisi dalam pertunjukan Tarling milik Uci Sanusi. dengan Suara yang sangat digandrungi, beliau adalah wiraswara Tarling Pria yang pertama kali mampu menjadi Tokoh Tarling (awalnya lebih didominasi oleh wanita/sinden)
- Sunarto Martaatmaja - beliau adalah tokoh Tarling yang memadukan unsur musik dengan teater didalam pertunjukan Tarling. Drama Tarling pertama kali diperkenalkan Oleh Sunarto Martaatmaja, dengan salah satu karya yang terkenal yaitu "GANDRUNG KAPILAYU" (Kasih Tak Sampai), sebuah drama Tarling yang berbentuk Drama satu Babak (FRAGMEN). Pada Drama Tarling inilah, Sunarto Martaatmaja kemudian dikenal denga sebutan "Kang Ato Ayame ilang"
Tapi satu hal yang pasti, seni tarling saat ini meskipun telah hampir punah. Namun, tarling selamanya tidak akan bisa dipisahkan dari sejarah masyarakat pesisir pantura. Dikarenakan tarling adalah jiwa mereka, dengan ikut sawer keatas panggung atau sekadar melihatnya, dan mendengarnya seolah mampu menghilangkan beratnya beban hidup yang menghimpit. Lirik lagu maupun kisah yang diceritakan di dalamnya, juga mampu memberikan pesan moral yang mencerahkan dan menghibur.
Penyebaran musik tarling
Awalnya tarling hanya berkembang di daerah Cirebon dan Indramayu namun seiring berjalannya waktu tarling mulai merambah ke daerah tetangga seperti Subang dan Karawang serta daerah pantura Jawa Tengah seperti Brebes, Tegal, dan bagian barat Pemalang. Bahasa dalam lagu tarling yang selaras dengan bahasa keseharian masyarakat menjadi faktor utama penyebaran tarling hingga ke luar daerah asal
Karya tarling legendaris
- Saida Saini
- Kang Ato Ayame Ilang
- Baridin
- Ajian Semar Mesem
- Kuntilanak (Lakon Sruet)
Beberapa lagu tarling populer
- Warung Pojok (Abdul Adjib)
- Sekulit Bawang (Yoyo S)
- Kembang Kilaras
- Waru Doyong
- Pemuda Idaman (Sadi M.)
Tokoh-tokoh tarling
- Uci Sanusi
- Jayana
- Sunarto Martaatmadja
- Abdul Adjib (pencipta lagu Warung Pojok)
- Lulut Casmaya
- Hj. Dariyah
- Maman Suparman
- Pepen Effendi
- Uun Kurniasih
Penyanyi tarling dangdut
- Aas Rolani (pelantun Mabok Bae, Kembang Kilaras)
- Cucun Novia (penyanyi Waru Doyong, SMS versi Tarling)
- Nunung Alvi (penyanyi Nunggu Dudae)
- Yoyo Suwaryo (penyanyi Jawa Sunda, Mboke Bocah)
- Dewi Kirana (penyanyi Pengen Dikawin, Pecak Welut)
- Ella Susanti (penyanyi Sambel Goang)
- Dian Anic (penyanyi Rebutan Lanang, Rangda ABG)
- Susy Arzetty (penyanyi Mega Nyisik, Iwak Peda)
- Besiken Band (Grup Band "Kesepian")
Pranala luar
- (Inggris) Cohen, M.I. 1999. The Incantation of Semar Smiles: A Tarling Musical Drama by Pepen Effendi. Asian Theatre Journal 16:139-193 (pranala mungkin terlindungi).
- http://sejarah.kompasiana.com/2010/07/30/tarling-dan-evolusinya/
- Diana Sastra Artis pantura meramaikan TV Nasional SCTV dalam acara inbox.