Kudeta Guinea 2021
Artikel ini membahas suatu peristiwa terkini. Informasi pada halaman ini dapat berubah setiap saat seiring dengan perkembangan peristiwa dan laporan berita awal mungkin tidak dapat diandalkan. Pembaruan terakhir untuk artikel ini mungkin tidak mencerminkan informasi terkini. Silakan hapus templat ini apabila sudah lebih dari satu bulan (September 2021) |
Upaya kudeta Guinea 2021 | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Peta Guinea. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Pemerintah | Komite Rekonsiliasi dan Pembangunan Nasional | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Alpha Condé | Mamady Doumbouya | ||||||
Upaya kudeta Guinea 2021 adalah upaya kudeta militer yang sedang berlangsung di Guinea pada 5 September 2021. Dalam upaya kudeta ini, Presiden Alpha Condé ditangkap setelah baku tembak di ibukota Conakry. Anggota pasukan khusus menerbitkan sebuah video yang menunjukkan Alpha ditawan dan komandan pasukan khusus Mamady Doumbouya menerbitkan siaran di televisi negara yang mengumumkan pembubaran konstitusi dan pemerintah.
Latar belakang
Dari kemerdekaan negara dari Prancis pada tahun 1958 sampai 2010, Guinea diperintah oleh pemerintahan otokratis termasuk dasawarsa pemerintahan korup.[1] Pada tahun 2008, kudeta militer dimulai tak lama setelah kematian Lansana Conté. Pemerintahan militer membubarkan diri pada tahun 2010. Alpha Condé adalah presiden pertama yang terpilih secara damai dan demokratis untuk menjabat sebagai Presiden Guinea pada 2010,[2] yang kemudian terpilih kembali pada 2015.[3][4] Negara ini memiliki batas masa jabatan presiden sebanyak dua kali, tetapi referendum konstitusi 2020 memasukkan ketentuan yang memperpanjang masa jabatan dan memungkinkan Alpha untuk mengatur ulang batas masa jabatannya dan mengupayakan dua masa jabatan lagi.[5] Langkah itu terbukti kontroversial dan memicu dampak besar yang ditekan secara brutal, sehingga menyebabkan lebih dari tiga puluh kematian antara 2018 dan 2022.[6]
Langkah yang diambil itu kontroversial sehingga memicu unjuk rasa besar-besaran sebelum dan menyebabkan lebih dari tiga puluh kematian antara Oktober 2019 dan Maret 2020.[7] Setelah amandemen konstitusi disetujui, Alpha memenangi pemilihan umum presiden tahun 2020 dan dengan demikian mengamankan masa jabatan ketiga. Namun, ini kembali diikuti oleh protes terhadap Presiden, dengan calon oposisi menuduh Alpha menggunakan surat suara ganda.[2][8] Unjuk rasa berlanjut sepanjang tahun dan ditindas dengan keras oleh pasukan keamanan yang merenggut sedikitnya 12 nyawa warga sipil, termasuk dua anak di Conakry.[9] Prancis menjauhkan diri dari Alpha setelah pemilihan ulang tahun 2020, sehingga meninggalkan Mesir, Rusia, Tiongkok, dan Turki sebagai negara-negara kuat yang terus mendukungnya.[10][11][12][13] This happened as fellow West African and Central African countries have experienced democratic backsliding: Chad went through its own military takeover in April 2021, Mali had two such overthrows in a year (in August 2020 and May 2021), while Ivory Coast elected a president for a third term amid considerable controversy and allegations of fraud.[10]
Tanggapan
Dalam negeri
Jacques Gbonimy, ketua partai oposisi Persatuan Kemajuan Guinea (UPG), menyatakan dalam wawancara dengan Guinée Matin bahwa ia tidak terkejut dengan kudeta sembari mempertahankan bahwa semua persyaratan dipenuhi bagi tentara untuk merebut kekuasaan dan menyalahkan salah urus pemerintahan Alpha. Meskipun ia tidak mendukung atau menentang kudeta, ia mengaku puas dengan cara militer menangani pengambilalihan.[14] Saikou Yaya dari Persatuan Tenaga Republik (UFR) yang juga menjadi partai oposisi semasa pemerintah Alpha berpendapat bahwa pemerintah tidak mendengarkan oposisi dan rakyat Guinea sehingga menyebabkan kudeta.[15]
Luar negeri
- Amerika Serikat: Kementerian Luar Negeri telah mengeluarkan komunike yang mengutuk kudeta dengan mengatakan bahwa kekerasan dan tindakan yang tidak konstitusional hanya akan mengikis prospek Guinea untuk perdamaian, kestabilan, dan kemakmuran serta mendesak penegakan kedaulatan hukum.[16]
- Ghana: Presiden Ghana dan Pejabat Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) Nana Akufo-Addo mengeluarkan pernyataan atas nama ECOWAS yang mengutuk upaya kudeta dan menyerukan pembebasan Alpha dengan menegaskan kembali ketidaksetujuan dari setiap perubahan politik yang inkonstitusional.[17]
- Meksiko: Sekretariat Luar Negeri mengutuk kudeta dengan keras dan menyerukan pembebasan segera Alpha.[18]
- Nigeria: Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa kudeta nyata Guinea melanggar aturan ECOWAS dan mendesak negara itu untuk kembali ke tatanan konstitusional.[19][17]
- Prancis: Kementerian Eropa dan Luar Negeri mengutuk kudeta dan menyerukan pembebasan segera Alpha.[20]
- Qatar: Kementerian Luar Negeri mengutuk kudeta dan menyerukan kepada semua pihak untuk menghindari eskalasi.[21]
- Tiongkok: Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin mengutuk kudeta, menyerukan pembebasan segera Alpha, dan mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri sambil meminta menyelesaikan konflik melalui dialog dan konsultasi.[22]
- Turki: Kementerian Luar Negeri mengutuk kudeta dan menyerukan agar Alpha dibebaskan.[23]
Organisasi
- Uni Afrika: Felix Tshisekedi, President of the Democratic Republic of the Congo and head of the African Union, and Moussa Faki Mahamat, head of the African Union Commission has denounced the coup and demanded immediate release of the president.[24]
- Uni Eropa: Josep Borrell, the High Representative of the Union for Foreign Affairs and Security Policy, demanded "respect for the state of law, the interests of peace and the well-being of the Guinean people".[25]
- Perserikatan Bangsa-Bangsa: António Guterres, Secretary-General of the United Nations, in a tweet, has "strongly condemned the takeover of the government by force of the gun" and called for release of Condé.[26][17]
Referensi
- ^ "Guinea: Soldiers claim to have seized power and dissolved government as president 'detained'". Sky News (dalam bahasa Inggris). 2021-09-05. Diakses tanggal 2021-09-05.
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:5
- ^ Bah, Youssouf; Paquette, Danielle (2021-09-05). "Guinea's president is detained in apparent military takeover". The Washington Post. Diakses tanggal 2021-09-05.
- ^ editing (2021-09-05). "BREAKING: Fear Of Military Coup Hits Guinea As Heavy Gunfire Is Reported Near Presidential Palace". Sahara Reporters. Diakses tanggal 2021-09-05.
- ^ "Guinea elections: Alpha Condé wins third term amid violent protests". BBC News (dalam bahasa Inggris). 2020-10-24. Diakses tanggal 2021-09-05.
- ^ "Guinée : quatre choses à savoir sur le référendum constitutionnel reporté qui a plongé le pays dans une nouvelle impasse politique". Franceinfo. 01 March 2020. Diakses tanggal 6 September 2021. .
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamafrancetvinfo
- ^ "Guinea: At least 50 people killed with impunity during protests in less than a year". Amnesty International (dalam bahasa Inggris). 2020-10-01. Diakses tanggal 2021-09-05.
- ^ "World Report 2021: Rights Trends in Guinea". Human Rights Watch (dalam bahasa Inggris). 2020-12-18. Diakses tanggal 2021-04-10.
- ^ a b Bariyo, Nicholas; Faucon, Benoît (2021-09-05). "Military Faction Stages Coup in Mineral-Rich Guinea". Wall Street Journal (dalam bahasa Inggris). ISSN 0099-9660. Diakses tanggal 2021-09-05.
- ^ "China offers backing to Guinea president after disputed election". Reuters. 9 November 2020.
- ^ "Guinean president appreciates Egypt's support to his country in different domains". Egypt Today. 31 March 2021.
- ^ "Turkey congratulates Guinean leader on election victory". Anadolu Agency. 8 November 2020.
- ^ Guineematin (2021-09-05). "Coup d'Etat en Guinée : « ça ne nous étonne pas » (Jacques Gbonimy)". Guinée Matin - Les Nouvelles de la Guinée profonde (dalam bahasa Prancis). Diakses tanggal 2021-09-06.
- ^ Guineematin (2021-09-05). "Saïkou Yaya (UFR) sur le coup d'Etat en Guinée : « Alpha Condé a fait la sourde oreille… »". Guinée Matin - Les Nouvelles de la Guinée profonde (dalam bahasa Prancis). Diakses tanggal 2021-09-06.
- ^ "On the Military Seizure of Power in Guinea". United States Department of State (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-09-06.
- ^ a b c "Nigeria, UN condemn Guinea coup, demand release of detained President Condé". Premium Times (dalam bahasa Inggris). 2021-09-05. Diakses tanggal 2021-09-05.
- ^ Murillo, Eduardo (5 September 2021). "Gobierno de México condena golpe de Estado en Guinea" [Government of Mexico condemns coup in Guinea] (dalam bahasa Spanish). MSN. Diakses tanggal 5 September 2021.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:2
- ^ "Guinée : la France condamne la tentative de putsch et appelle à la libération du président Alpha Condé". Franceinfo (dalam bahasa Prancis). 2021-09-05. Diakses tanggal 2021-09-06..
- ^ "Qatar condemns coup in Guinea". m.gulf-times.com. 2021-09-05. Diakses tanggal 5 September 2021.
- ^ 于潇清, 刘栋 (2021-09-06). "外交部回应几内亚局势:反对政变夺权,呼吁立即释放总统" (dalam bahasa Tionghoa). 澎湃新闻. Diakses tanggal 2021-09-06.
- ^ "Turkey condemns military takeover in Guinea". dailysabah.com. 2021-09-05. Diakses tanggal 5 September 2021.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:8
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:7
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:4