Pembicaraan:Persaudaraan Setia Hati Terate
Ini adalah halaman pembicaraan untuk diskusi terkait perbaikan pada artikel Persaudaraan Setia Hati Terate. Halaman ini bukanlah sebuah forum untuk diskusi umum tentang subjek artikel. |
|||
| Kebijakan artikel
|
||
Cari sumber: "Persaudaraan Setia Hati Terate" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · HighBeam · JSTOR · gambar bebas · sumber berita bebas · The Wikipedia Library · Referensi WP |
Singkatan | PSHT |
---|---|
Tanggal pendirian | Dirintis pada tahun 1922 kemudian berubah dari bentuk Perguruan menjadi bentuk Organisasi pada tahun 1948 saat kongres pertama di Pilangbango, Madiun |
Tipe | Perguruan Pencak Silat |
Wilayah layanan | Indonesia, Malaysia, Belanda, Rusia (Moskwa), Timor Leste, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, Belgia, dan Prancis |
Jumlah anggota | headquarters = Jl. Merak No.10, Nambangan Kidul, Kec. Manguharjo, Kota Madiun, Jawa Timur 63128 |
Ketua Majelis Luhur | Ir.Eddy Asmanto |
Ketua Majelis Ajaran | Ir. R.B. Wiyono |
Ketua Umum | Dr. Ir. H. Muhammad Taufiq, S.H., M.Sc. |
Tokoh penting | Ki Hadjar Hardjo Oetomo R.M. Soetomo Mangkoedjojo Mas Irsjad Mas Imam Koesoepangat Mas Tarmadji Boedi Harsono |
Situs web | psht Persaudaraan Setia Hati Terate (dikenal luas sebagai PSHT atau SH Terate) adalah organisasi olahraga yang diinisiasi oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 dan kemudian disepakati namanya menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate pada kongres pertamanya di Madiun pada tahun 1948. PSHT merupakan organisasi pencak silat yang tergabung dan salah satu yang turut mendirikan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada tanggal 18 Mei 1948.[1][2] Saat ini PSHT diikuti sekitar 7 juta anggota, memiliki cabang di 236 kabupaten/kota di Indonesia, 10 komisariat di perguruan tinggi dan 10 komisariat luar negeri di Malaysia, Belanda, Rusia (Moskwa), Timor Leste, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, Belgia, dan Prancis.[3] SejarahAwal mula Setia HatiPada tahun 1903, Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo (EBI: Ki Ageng Surodiwiryo) meletakkan dasar gaya pencak silat Setia Hati di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya (kawasan dekat Tanjung Perak). Sebelumnya, gaya silat ini ia namai Djojo Gendilo Tjipto Muljo (EBI: Joyo Gendilo Cipto Mulyo) dengan sistem persaudaraan yang dinamai Sedulur Tunggal Ketjer. Pada tahun 1917, ia pindah ke Madiun dan mendirikan Persaudaraan Setia Hati di Winongo, Madiun.[4] Awal mula PSHTPada tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo (EBI: Ki Hajar Harjo Utomo) salah satu pengikut aliran pencak silat Setia Hati yang berasal dari Pilangbango,[5] meminta izin kepada Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo untuk mendirikan pusat pendidikan pencak silat dengan aliran Setia Hati. Niat ini dilatarbelakangi keadaan saat itu di mana ilmu pencak silat hanya diajarkan kepada mereka yang memiliki status bangsawan seperti bupati, wedana atau masyarkat bangsawan yang memiliki gelar raden, sehingga Ki Hardjo Oetomo berniat agar ilmu pencak silat ini bisa dipelajari oleh rakyat jelata dan pejuang perintis kemerdekaan.[5][6] Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo setuju atas ide ini asalkan pusat pendidikan nanti harus memiliki nama yang berbeda. Akhirnya didirikanlah SH PSC (Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club").[7] Pengikut Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo yang lain yang telah terhasut[8] beberapa pihak mengganggap pembukaan SH PSC sebagai sebuah pengkhianatan sehingga SH PSC dianggap "SH murtad".[4] Kelak, pihak-pihak yang mendukung pemurnian aliran Setia Hati dan mengklaim sebagai penerus sah ajaran Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo ini tergabung dalam SH Panti.[9] Selain itu, adanya tempat latihan ini dianggap oleh Pemerintah Kolonial Belanda sebagai sarana untuk melawan pemerintah kolonial sehingga Ki Hardjo Oetomo ditangkap dan menjalani hukuman pembuangan Belanda di Jember, Cipinang, dan Padangpanjang.[5] Sistem yang dianut SH PSC ini adalah sistem paguron (perguruan) di mana guru ditempatkan pada tingkat tertinggi sebagai patron perguruan. Sistem pendidikan inilah yang menjadi cikal bakal Persaudaraan Setia Hati Terate.[4] Pada tahun 1942, salah seorang murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang bernama Soeratno Sorengpati mengganti nama SH PSC menjadi Setia Hati Terate. Perubahan ini lalu disepakati saat kongres pertama yang diadakan di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Madiun pada tahun 1948.[5][7] PSHT lalu mengubah diri dari sistem yang berbentuk perguruan menjadi sistem berbentuk persaudaraan untuk mendukung konsep demokratisasi organisasi, namun konsepsi dan tradisi sistem perguruan masih tetap dilanjutkan.[10] Selanjutnya PSHT semakin berkembang, setelah Mas Irsjad (salah satu murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) menjadi ketua dan memperkenalkan 90 senam dasar, jurus 1–4, jurus belati, dan jurus toya.[4] Jurus-jurus perguruan juga diperbarui oleh Mas Imam Koesoepangat untuk membedakan diri dari jurus-jurus Djojo Gendilo Tjipto Muljo milik SH Winongo atau sekarang di kenal dengan Setia Hati Panti. Ketua dari masa ke masaPucuk kepemimpinan di PSHT berganti-ganti seiring waktu. Setelah wafatnya Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tanggal 12 April 1952, ketua dijabat oleh Soetomo Mangkoedjojo (EBI: Sutomo Mangkujoyo), yang merupakan karyawan BRI. Setelah Sutomo dipindahtugaskan ke Surabaya, ketua dijabat oleh Mas Irsjad. Pada dekade 1960-an, Mas Irsjad pindah ke Bandung dan kepemimpinan PSHT diserahkan kepada Mas Santoso Kartoatmodjo. Setelah itu terjadi pergolakan tahun 1965 sehingga ketua kembali dijabat oleh Soetomo Mangkoedjojo hingga 1974. Pada masa jabatan kedua ini PSHT membuka beberapa cabang di Magetan, Surabaya, Mojokerto, Yogyakarta, dan Solo. Pada tahun 1974, diadakan kongres di Madiun yang memutuskan Mas Imam Koesoepangat (dikenal dengan julukan Pandhita Wesi Kuning[11][12]) sebagai ketua pusat. 3 tahun berikutnya, diadakan kongres kembali dan menghasilkan nama Badini sebagai ketua selanjutnya. Pada masa ini organisasi mengalami masalah keuangan sehingga salah satu pendekarnya yang bernama Tarmidji Boedi Harsono keluar dengan solusi kontroversial, yakni mengubah sistem pembayaran pengesahan warga dari menggunakan uang logam lama (ketengan atau benggolan) menjadi uang logam yang berlaku (baik rupiah maupun yang lainnya seperti dolar, ringgit, atau riyal) agar dapat membantu keuangan organisasi. Sebelumnya uang ketengan dan benggolan didapat dengan cara membeli dari istri Ki Hardjo Oetomo, Inem, sekaligus sebagai bentuk terima kasih organisasi untuk membantu keluarga Ki Hardjo Oetomo. Maka Tarmidji meyakinkan pada semua pihak yang mempertanyakan usul tersebut karena PSHT sudah berubah menjadi organisasi modern yang menjadi milik anggota bukan perorangan lagi dan untuk membantu keluarga Ki Hardjo Oetomo sudah dipersiapkan solusi lain. Pada tahun 1981, Tarmidji Boedi Harsono diangkat sebagai ketua. Pada tahun 2000, kongres diadakan kembali dengan menjadikan kembali Tarmidji Boedi Harsono sebagai ketua dan dilengkapi dengan 9 tokoh lainnya sebagai dewan pusat atau yang dikenal sebagai Nawa Pandhita.[4][10] Saat ini ketua pusat PSHT dijabat oleh Dr. Ir. H. Muhammad Taufiq, S.H., M.Sc.HWKesalahan pengutipan: Tag Selain itu PSHT juga mengajarkan beberapa ajaran seperti Ajaran Setia Hati, di mana warga akan belajar mengenai upaya mendekatkan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam semesta. Ajaran Setia Hati mengharuskan warganya mampu memahami dirinya sendiri dan hati nuraninya, bahwa manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan (dibunuh) tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya sendiri dan tidak ada kekuatan apa pun di atas manusia yang bisa mengalahkan manusia kecuali kecuali kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.[13] Ajaran selanjutnya adalah Ajaran dan Gerakan Budi Luhur di mana warga PSHT harus ikut berupaya mewujudkan memayu hayuning bawana (Bahasa Indonesia: memperindah keindahan dunia) dalam upaya mewujudkan masyarakat nyaman, adil, makmur, dan sejahtera lahir batin.[1][14][15] Falsafah ajaranPSHT memiliki falsafah ajaran yang diambil dari ajaran luhur Jawa:[16]
TingkatanSiswaSiswa PolosSiswa polos atau siswa hitam adalah tingkatan awal pada PSHT, yang ditandai dengan sabuk berwarna hitam. Warna hitam melambangkan kebutaan karena siswa belum mengetahui dengan baik apa itu PSHT.[7][17] Pada tingkatan ini siswa diajarkan pengenalan tentang Setia Hati dan Setia Hati Terate, pengenalan gerak, gerakan, beberapa senam dan jurus. Gerak dan gerakan yang diajarkan termasuk senam untuk tangan dan kaki. Sedangkan jurus yang diajarkan pada tingkatan ini adalah 1 hingga 2 pukulan, tendangan dan pertahanan, 30 senam dan 5 sampai 6 jurus.[18] Siswa JambonSiswa Polos yang lulus ujian kenaikan tingkat akan menjadi Siswa Jambon yang ditandai sabuk berwarna merah jambu (merah muda). Warna merah muda melambangkan keragu-raguan. Jambon juga berarti sifat matahari yang terbit atau sifat matahari yang terbenam, yaitu sifat yang mulai mengarah ke suatu kepastian tetapi masih belum sempurna.[7][17] Pada tingkatan ini siswa diajarkan pemahaman dan pengamalan Ajaran Setia Hati. Dan penambahan kemampuan gerak dan gerakan menjadi 3 hingga 4 pukulan, tendangan dan pertahanan, 45 senam dan 13 jurus.[18] Siswa IjoSiswa Jambon yang lulus ujian kenaikan tingkat akan menjadi Siswa Ijo yang ditandai sabuk berwarna hijau. Warna hijau melambangkan keadilan dan keteguhan dalam menjalani sesuatu.[7][17] Pada tingkatan ini siswa diajarkan penambahan kemampuan gerak dan gerakan menjadi 5 hingga 6 pukulan, tendangan dan pertahanan, 60 senam dan 15 hingga 20 jurus.[18] Siswa PutihSesuai namanya, Siswa Putih menggunakan sabuk berwarna putih.[7] Dalam tingkatan ini semua pukulan, tendangan, teknik pertahanan, senam dan jurus sudah diajarkan kecuali jurus ke-36.[18] Warna putih melambangkan kesucian[17] sehingga siswa dalam tingkatan ini diharapkan telah mengerti arah yang sebenarnya dan telah mengetahui perbedaan antara benar dan salah, bertindak berdasarkan prinsip kebenaran, dan bersikap tenang. Siswa pada tingkatan ini sudah siap untuk menjalani pengesahan sebagai pendekar/warga PSHT.[18] WargaWarga atau Pendekar PSHT adalah mereka yang sudah menjalani ujian dan pengesahan. Warga PSHT dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Warga tingkat I (satria), tingkat II (ngalindra), dan tingkat III (pandhita).[19] Warga tingkat I menggunakan sabuk berwarna putih dari kain mori. Warga tingkat dua dan tiga menggunakan selendang.[18] Tokoh |
</ref><ref>Robertus Rimawan, ed. (10 Maret 2016). "Dinobatkan Jadi Warga Kehormatan PSHT, Pengakuan Menpora Mengejutkan". Tribunnews.com. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
Galeri
-
Tendangan terbang
-
Tendangan
-
Pembukaan
-
Jongkok saat pembukaan
Referensi
- ^ a b "SH Terate Ikut Wujudkan Bela Negara di Dunia Internasional". kemhan.go.id. Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. 27 Februari 2017. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ "Perguruan Historis IPSI". pencaksilatindonesia.org. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ Humas PSHT (28 November 2016). "Penyebaran Organisasi & Anggota". psht.or.id. Persaudaraan Setia Hati Terate. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ a b c d e Hendra W. Saputro (27 Februari 2011). "Pentjak Silat – The History which its related with PSHT". shterate.com. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ a b c d "Sejarah SH Terate (Bagian 1) Masa Perintisan". psht.or.id. 13 Mei 2014. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ Amin Fauzie, ed. (18 Maret 2019). "Pembinaan Warga & Deklarasi Pemilu Damai PSHT Cabang Tuban". radarbojonegoro.jawapos.com. Jawa Pos. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ a b c d e f Idris Rusadi Putra (25 Agustus 2013). "Persaudaraan Setia Hati Terate". Merdeka.com. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ Satria Kurniawan (16 Oktober 2016). "Ringkasan Jalan Panjang SH Terate dan SH Winongo, yang Sejatinya Adalah Satu Saudara". kompasiana.com. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ "Mengenal Persaudaraan SH Panti, Ajaran Asli Eyang Suro". madiuntoday.id. 1 Oktober 2018. Diakses tanggal 8 April 2021.
- ^ a b "Sejarah SH Terate (Bagian 2) Masa Transisi". shterate.or.id. 13 Mei 2014. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ psht
.or .id/kesetiaan-pendekar-wesi-kuning/|title=Kesetiaan Pendekar Wesi Kuning|date=13 Mei 2014|author=|website=shterate.or.id|publisher=|access-date=25 Februari 2020}} - ^ {{Cite webpsht
.or .id} /masa-riwayat-rm-imam-koesoepangat / - ^ Humas PSHT (28 November 2016). "Falsafah PSHT". psht.or.id. Persaudaraan Setia Hati Terate. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamasht4
- ^ madiuntoday (2021-03-13). "Hadiri Parapatan Luhur 2021, Wali Kota Apresiasi Penerapan Protokol Kesehatan". madiuntoday.id. Diakses tanggal 01 Januari 2022.
- ^ "Inilah 31 Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate". psht-online.blogspot.com. 6 Februari 2018. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ a b c d Rachmad Widodo (1 April 2019). "Macam-Macam Sabuk SH TERATE Beserta Artinya". rachmadwidodosemarang.blogspot.com. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ a b c d e f "Tingkatan Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate". infoshterate.blogspot.com. 21 Mei 2015. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ Humas PSHT Pusat Madiun (2 Oktober 2019). "Kedudukan Insan Setia Hati (Satrio, Ngalindro, Pandito)". shterate.com. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
Pranala luar
- psht
.or .id3 Januari 2022 06.16 (UTC)3 Januari 2022 06.16 (UTC)~~