Lompat ke isi

Huang Taiji

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Huang Taiji
Kaisar kedua Dinasti Qing
Berkuasa1626 – 21 September 1643
PendahuluNurhaci
PenerusKaisar Shunzhi
Kelahiran28 November 1592
Kematian21 September 1643
Pemakaman
PasanganBorjigit Jerjer, Permaisuri Xiao Duan Wen
KeturunanHooge, Pangeran Su
Loge
Gebohui
Yebušu
Sose
Gaose
Changshu
Fulin, Kaisar Shunzhi
Taose
Bombogor
Nama lengkap
Tionghoa: Aixin-Jueluo Huáng Tàijí 愛新覺羅皇太極
Manchu: Hung Taiji hala-i Aisin-Gioro
Nama periode
Nama anumerta
Kaisar Yingtian Xingguo Hongde Zhangwu Kuanwen Rensheng Ruixiao Wen (in 1643)
應天興國弘德彰武寬溫仁聖睿孝文皇帝
Manchu: Genggiyen su hūwangdi
Nama kuil
Qing Tàizōng
清太宗
WangsaHouse of Aisin-Gioro
AyahNurhaci, Taizu
IbuYehe-Nara Monggo Jerjer, Permaisuri Xiao Ci Gao

Huang Taiji (28 November 1592 – 21 September 1643) (Hanzi: 皇太極 - Huáng Táijí atau Hanzi: 洪太極 - Hóng Tàijí) adalah Kaisar kedua dari Dinasti Qing di Tiongkok.

Huang Taiji selalu membawa pulang tawanan perang orang suku Han dan memperlakukan tawanannya dengan baik dengan tujuan mempelajari pengetahuan, budaya dan adat suku Han. Pada akhirnya, terpikirkan olehnya bahwa untuk menguasai daratan Tiongkok dan merebut ibu kota tidak akan berhasil tanpa bantuan dari orang Han sendiri.

Huang Taiji adalah khan kedua dari dinasti Jin Akhir (memerintah dari tahun 1626 hingga 1636) dan kaisar pendiri dinasti Qing (memerintah dari tahun 1636 hingga 1643). Dia bertanggung jawab untuk mengkonsolidasikan kekaisaran yang telah didirikan ayahnya Nurhaci dan meletakkan dasar bagi penaklukan dinasti Ming, meskipun dia meninggal sebelum ini tercapai. Dia juga bertanggung jawab untuk mengubah nama etnis Jurchen menjadi "Manchu" pada tahun 1635, dan mengubah nama dinastinya dari "Jin Besar" menjadi "Qing Besar" pada tahun 1636. Dinasti Qing berlangsung hingga 1912.

Nama dan judul

Tidak jelas apakah "Hong Taiji" adalah gelar atau nama pribadi. Ditulis Hong taiji di Manchu, itu dipinjam dari gelar Mongolia Khong Tayiji.[1]  Istilah Mongolia itu sendiri berasal dari bahasa Cina huang taizi 皇太子 ("putra mahkota", "pangeran kekaisaran"), tetapi dalam bahasa Mongolia itu berarti, antara lain, sesuatu seperti "putra yang dihormati"[2].  Atau, sejarawan Pamela Crossley berpendapat bahwa "Hung Taiji" adalah gelar "inspirasi Mongolia" yang berasal dari hung, sebuah kata yang muncul dalam judul Mongolia lainnya pada saat itu.[3]  Sumber-sumber Cina dan Korea awal abad ketujuh belas membuat namanya sebagai "Hong Taiji" (洪台極).[4]  Terjemahan Tiongkok modern "Huang Taiji" (皇太極), yang menggunakan karakter huang ("kekaisaran"), secara menyesatkan menyiratkan bahwa Hong Taiji pernah memegang gelar "pangeran kekaisaran" atau pewarisnya, meskipun ayah dan pendahulunya Nurhaci tidak pernah menunjuk penggantinya.[5]

"Hong Taiji" sangat jarang digunakan dalam sumber-sumber Manchu, karena mereka mengamati tabu pada nama-nama pribadi kaisar. Dalam dokumen yang disunting, Hong Taiji hanya disebut "Beile Keempat" atau "pangeran keempat" (duici beile), menunjukkan bahwa ia adalah peringkat keempat di antara delapan beile yang ditunjuk Nurhaci dari antara putra-putranya.[6]  Namun, sebuah dokumen arsip yang ditemukan kembali pada tahun 1996 dan menceritakan peristiwa dari tahun 1621 memanggilnya "Hong Taiji" dalam sebuah diskusi mengenai kemungkinan penamaan ahli waris Nurhaci, sebuah judul yang oleh dokumen tersebut disebut sebagai taise.[7]  Tatiana Pang dan Giovanni Stary, dua spesialis sejarah Manchu awal, menganggap dokumen ini sebagai "bukti lebih lanjut" bahwa Hong Taiji adalah nama aslinya, "sama sekali tidak terhubung dengan gelar Cina huang taizi".[7]  Sejarawan Mark Elliott memandang ini sebagai bukti persuasif bahwa Hong Taiji bukanlah gelar, tetapi nama pribadi.[8]

Sarjana Barat dulu menyebut Hong Taiji sebagai "Abahai", tetapi sebutan ini sekarang dianggap keliru.[9]  Hong Taiji tidak pernah disebutkan dengan nama ini dalam bahasa Manchu dan sumber-sumber Cina; itu adalah kesalahan yang pertama kali dibuat oleh pendeta Rusia G.V. Gorsky dan kemudian diulangi oleh para ahli sinologi mulai awal abad kedua puluh.[10]  Giovanni Stary menyatakan bahwa nama ini mungkin berasal dari membingungkan "Abkai" dengan Abkai yakin, yang merupakan nama era Hong Taiji dalam bahasa Manchu.[11]  Meskipun "Abahai" memang "belum teruji dalam sumber-sumber Manchu", itu mungkin juga berasal dari kata Mongol Abaġai, nama kehormatan yang diberikan kepada putra-putra yang lebih muda dari raja turun-temurun.[12]  Menurut pandangan lain, Hong Taiji secara keliru disebut sebagai Abahai sebagai akibat dari kebingungan dengan nama permaisuri utama Nurhaci Lady Abahai.

Hong Taiji adalah Khan kedua dari Jin Akhir dan kemudian Kaisar dinasti Qing, setelah ia mengubah namanya. Gelarnya sebagai Khan Agung adalah Bogd Sécén Khaan (Manchu: Gosin Onco Hūwaliyasun Enduringge Han). Nama-nama pemerintahannya, yang digunakan dalam masa hidupnya untuk mencatat tanggal, adalah Tiancong 天聰 ("kebijaksanaan surgawi"; Manchu: Abka-i yakin) dari tahun 1627 hingga 1636, dan Chongde 崇德 ("kebajikan yang tinggi"; Manchu: Wesihun erdemungge, bahasa Mongolia: Degedü Erdemtü) dari tahun 1636 hingga 1643.

Nama kuil Hong Taiji, yang dengannya ia disembah di Kuil Leluhur Kekaisaran, adalah Taizong 太宗, nama yang secara konvensional diberikan kepada kaisar kedua dari sebuah dinasti.[13]  Nama anumertanya, yang dipilih untuk mencerminkan gaya pemerintahannya, adalah "Wen Huangdi" 文皇帝 (Manchu: šu hūwangdi), yang berarti "kaisar kultur" atau "kaisar huruf".[14]

Melawan Panglima Han

Selama pertempurannya dengan Komandan Han Cina yang terkenal, Fan Hau Ming, Huang Taiji berusaha mengepungnya dan tidak membiarkan Fan Hau Ming untuk kembali ke rumah dengan maksud mengajak Fan Hau Ming menjadi sekutunya. Namun, Fan Hau Ming sangat terpukul karena anak, istri, dan ibunnya dibantai oleh rajanya sendiri dengan alasan Fan Hau Ming kalah dalam pertempuran Hei San dan menjadi pemberontak.

Setelah Fan Hau Ming tertangkap, ia tidak mau menuruti Huang Taiji dan berniat bunuh diri dengan cara mogok makan dan minum. Akhirnya, Huang Taiji meminta bantuan selir kesayangannya. Namun, tetap saja akhirnya Fan Hau Ming meninggal karena bunuh diri.

Oleh karena tergerak oleh kelembutan dan kepintaran Selir Zhuang, Fan Hau Ming sempat menuliskan sepucuk surat yang inti isi surat tersebut mengatakan bahwa ia tidak bisa bersekutu dengan Huang Taiji karena untuk menunjukkan loyalitas kepada rajanya meskipun Kaisar Dinasti Ming pada waktu itu adalah penguasa yang sangat tidak berguna. Fan Hau Ming menuliskan rasa hormatnya kepada Huang Taiji dan Selir Zhuang, serta meminta maaf karena tidak bisa mengabdi kepadanya. Namun, ia memberitahukan kepada Huang Taiji bahwa ia mempunyai adik yang kepintaran yang sama hebat dengannya dan ia pasti akan bisa mengabdi untuk Dinasti Qing dan Huang Taiji, dikarenakan adiknya sudah memperkirakan kekalahannya dan keruntuhan Dinasti Ming yang akan terjadi.

Huang Taiji memerintahkan Suoni, penasehatnya untuk pergi ke Kekaisaran Ming guna menjemput adik Fan Hau Ming yang bernama Fan Hau Cen.

Fan Hau Cen

Setelah mengetahui ada orang Dinasti Qing menjemputnya, maka Fan Hau Cen pun langsung mengerti bahwa kakaknya pasti telah meninggal. Ia pun turut ke Dinasti Qing dan mengabdi kepada Huang Taiji.

Fan Hau Cen mengatakan kepada Huang Taiji agar jangan menyerang ke ibu kota meskipun pasukan besarnya telah menginjak daerah perbatasan dan memenangkan peperangan. Menurutnya, keberhasilan Huang Taiji akan dapat tercapai apabila bersabar menunggu 10 sampai 20 tahun ke depan dikarenakan Fan Hau Cen memperkirakan pada saat itu akan terjadi pergantian kekuasaan yang akan melibatkan pemberontakkan rakyat (pemberontakan petani Dashun).

Huang Taiji menurutinya dan mengangkat Fan Hau Cen sebagai Panesehat Raja dengan tingkat pejabat eselon tinggi pertama orang Han di Kekaisaran Qing. Setelah hampir belasan tahun akhirnya terlihat dengan jelas melemahnya Dinasti Ming dikarenakan masalah intern yang sangat kacau sesuai dengan perkiraan Fan Hau Cen.

Wafat

Huang Taiji sangat senang dengan melemahnya Dinasti Ming. Dia mengadakan perjamuan makan malam. Di tengah perjamuan, Huang Taiji mendadak jatuh sakit hingga pingsan beberapa hari dan akhirnya ia pun meninggal.

Kematian Huang Taiji yang mendadak yang tidak meninggalkan surat wasiat penunjukkan penerus atas tahta Pemimpin Dinasti Qing mengakibatkan kekacauan dan menimbulkan perebutan kekuasaan atas tahta tersebut.

Keluarga

Ayah

Ibu

Permaisuri Utama
(Primary Consort; Princess Consort)

  • Permaisuri Yuan
    dari Klan Niohuru. Wafat sebelum Huang Taiji naik tahta.
    • Lobohoi
  • Permaisuri Ji
    dari Klan Ula Nara. Wafat sebelum Huang Taiji naik tahta.
    • Hooge, Pangeran Su
    • Loge
    • Putri Aohan

Permaisuri
(Empress)

  • Borjigit Jerjer
    dari Klan Khorchin Borjigit.
    Gelar anumerta: Permaisuri Xiao Duan Wen
    • Makata, Putri Wenzhuang
    • Putri Jingduan
    • Putri Yong'an Duanzhen

Selir Mulia
(Noble Consort)

  • Borjigit Namjung
    dari Klan Abaga Borgigit.
    Gelar anumerta: Selir Mulia Yijing
    • Putri Duanshun
    • Bamubogor, Pangeran Xiangzhao

Selir
(Consort)

  • Borjigit Bumbutai, Selir Zhuang
    dari Klan Khorchin Borjigit.
    Gelar anumerta: Permaisuri Xiao Zhuang Wen
    • Yatu, Putri Yongmu
    • Atu, Putri Shuhui
    • Putri Shuzhe Duanxian
    • Fulin, Kaisar Shunzhi
  • Borjigit Harjol, Selir Chen
    dari Klan Khorchin Borjigit.
    Gelar anumerta: Selir Utama Min Hui
  • Borjigit Batmadzoo, Selir Shu
    dari Klan Abaga Borjigit.
    Gelar anumerta: Selir Kang Hui Shu

Selir Kedua
(Secondary Consort)

  • (nama pribadi tidak diketahui)
    dari Klan Yehe Nara.
    • Soše, Pangeran Chengzhe
  • (nama pribadi tidak diketahui)
    dari Klan Jarud Borjigit.

Gundik
(Mistress)

  • (nama pribadi tidak diketahui)
    dari Klan Yanja.
    • Yebušu
  • (nama pribadi tidak diketahui)
    dari Klan Nara.
    • Gose, Adipati Quehou
  • (nama pribadi tidak diketahui)
    dari Klan Sayin Nolan.
  • (nama pribadi tidak diketahui)
    dari Klan Irgen Gioro.
    • Cangšu
  • (nama prinadi tidak diketahui)
    dari Klan Keyikelei.
    • Toose
  • (nama pribadi tidak diketahui)
    dari Klan Cilei.
    • Putri Kechun

Rapat Dewan

Diadakan rapat Dewan Pangeran dan Menteri guna menunjuk pewaris tahta Huang Taiji. Anggota penting rapat dewan. :

1. Daišan, Pangeran Li

Putra Nurhaci dengan istri pertamanya, saudara tiri Huang Taiji. Daišan memimpin Pasukan Spanduk Merah.

2. Dorgon, Pangeran Rui

Putra Nurhaci dengan Abahai, saudara tiri Huang Taiji. Adik dari Ajige dan kakak dari Dodo. Dari saudara-saudaranya, Dorgon memegang dua Pasukan Spanduk Putih.

3. Jirgalang, Pangeran Zheng

Keponakan Nurhaci, sepupu Huang Taiji. Jirgalang memimpin Pasukan Spanduk Biru Perbatasan.

4. Dodo, Pangeran Yu

Putra Nurhaci dengan Abahai, adik Ajige dan Dorgon.

5. Ajige, Pangeran Ying

Putra Nurhaci dengan Abahai, kakak Dorgon dan Dodo.

6. Hooge, Pangeran Su

Putra sulung Huang Taiji dari selir utamanya. Hooge memimpin Pasukan Spanduk Kuning.

Pergantian suksesi hampir saja menimbulkan perang saudara. Melihat hal tersebut, Selir Zhuang memanggil Fan Hau Cen guna mencari jalan keluar dari masalah besar itu. Berkat kepintaran Fan Hau Cen dan kepiawaian Selir Zhuang, yang terpilih menjadi pewaris adalah Fulin, putra Selir Zhuang, dikarenakan permaisuri tidak mempunyai anak laki-laki.

Keputusan

1. Bahwa Fulin (4 tahun) adalah pewaris Kekaisaran Qing yang sah.

2. Demi meneruskan cita-cita Raja Huang Taiji dan cita-cita rakyat Manchuria untuk menguasai Tiongkok merebut ibu kota untuk menjadi kaisar maka Pasukan Spanduk Kuning (milik Huang Taiji) diserahkan kepada Dorgon. Peperangan ke Beijing tetap dilaksanakan.

3. Dikarenakan Fulin masih kecil, maka diangkatlah wali untuk menjalankan pemerintahan. Dorgon untuk memimpin seluruh pasukan merebut Beijing dan Jirgalang untuk masalah intern pemerintahan.

Akhirnya Dorgon pun berhasil memimpin pasukan besarnya masuk sampai ibu kota dan mendudukinya, dan membawa Fulin yang hanya berusia 5 tahun ke ibu kota Beijing sebagai kaisar pertama dari suku Manchuria yang berhasil menguasai daratan Tiongkok dan menjadikan Kaisar Dinasti Qing yang dalam sejarah Tiongkok adalah pemerintahan dinasti yang paling lama yang pernah ada.

Huang Taiji
Lahir: 28 November 1592 Meninggal: 21 September 1643
Didahului oleh:
Nurhaci
Kaisar Dinasti Qing
1626–1643
Diteruskan oleh:
Kaisar Shunzhi
  1. ^ Elliott, Mark C. (2001-11). "New Light on Manchu Historiography and Literature: The Discovery of Three Documents in Old Manchu Script. By Tatiana A. Pang and Giovanni Stary. Wiesbaden: Harrassowitz Verlag, 1998. 340 pp. DM 138 (cloth)". The Journal of Asian Studies. 60 (4): 1182–1185. doi:10.2307/2700061. ISSN 0021-9118. 
  2. ^ Polish Singulative Derivation in a Cross-linguistic Perspective: Bogdan Szymanek. Peter Lang. 
  3. ^ DeLisi, Lynn E (1999-10). "Editor's Note". Schizophrenia Research. 39 (3): 165. doi:10.1016/s0920-9964(99)00159-0. ISSN 0920-9964. 
  4. ^ Werner, Gerhard; Zimmer, Karlheinz (1999). Tragwerke der Hausdächer. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg. hlm. 65–164. ISBN 978-3-540-65145-1. 
  5. ^ About how Diego de Almagro returned to Panama, where he foundthat Pedrarias was recruiting people for Nicaragua, and what happenedto him as well as his partner, Captain Francisco Pizarro. Duke University Press. 1998. hlm. 71–73. 
  6. ^ Crossley, David (1999). Journal of Business Ethics. 21 (4): 291–302. doi:10.1023/a:1005937807850. ISSN 0167-4544 http://dx.doi.org/10.1023/a:1005937807850.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  7. ^ a b Stary, Angelika (1998-10). "URETHRITIS". Dermatologic Clinics. 16 (4): 723–726. doi:10.1016/s0733-8635(05)70037-1. ISSN 0733-8635. 
  8. ^ Elliott, Mark C. (2001-11). "New Light on Manchu Historiography and Literature: The Discovery of Three Documents in Old Manchu Script. By Tatiana A. Pang and Giovanni Stary. Wiesbaden: Harrassowitz Verlag, 1998. 340 pp. DM 138 (cloth)". The Journal of Asian Studies. 60 (4): 1182–1185. doi:10.2307/2700061. ISSN 0021-9118. 
  9. ^ CROSSLEY, C. (1999-01-01). "REVIEWS". French Studies. LIII (1): 70–71. doi:10.1093/fs/liii.1.70. ISSN 0016-1128. 
  10. ^ Stary, Sonja G. (1984-06). "Memory in Colette'sChéri". Orbis Litterarum. 39 (2): 114–122. doi:10.1111/j.1600-0730.1984.tb00502.x. ISSN 0105-7510. 
  11. ^ Stary, Sonja G. (1984-06). "Memory in Colette'sChéri". Orbis Litterarum. 39 (2): 114–122. doi:10.1111/j.1600-0730.1984.tb00502.x. ISSN 0105-7510. 
  12. ^ Berretti, B.; Grupper, Ch. (1984). Cutaneous Neoplasia and Etretinate. Dordrecht: Springer Netherlands. hlm. 187–194. ISBN 978-94-011-6351-4. 
  13. ^ Wilkinson, Paul (2012). Epilogue: The Co-Benefits for Health of Meeting Global Environmental Challenges. London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 270–273. ISBN 978-1-349-31322-8. 
  14. ^ Sauerbier, Thomas; Mildenberger, Otto (1999). Warteschlangensysteme. Wiesbaden: Vieweg+Teubner Verlag. hlm. 137–165. ISBN 978-3-528-03866-3.