Arquebus Jawa
Arquebus Jawa atau bedil Jawa merujuk pada senjata api panjang dari kepulauan Nusantara, asalnya dapat dilacak kembali ke awal abad ke-16. Senjata itu digunakan oleh tentara lokal, meskipun dalam jumlah rendah dibandingkan dengan jumlah total pasukan,[1] sebelum kedatangan penjelajah Iberia (orang Portugis dan Spanyol) pada abad ke-16. Dalam catatan sejarah, senjata ini dapat digolongkan sebagai arquebus (senapan sundut) atau musket (senapan lontak).[Catatan 1]
Etimologi
Istilah "arquebus Jawa" (arquebus adalah sinonim dari senapan sundut) adalah terjemahan dari kata bahasa China 爪哇銃 (Zua Wa Chong)[2][3] atau 瓜哇銃 (Gua Wa Chong).[4] Dalam bahasa lokal senjata itu dikenal dengan berbagai nama, bedil atau bedhil lebih umum digunakan. Namun, istilah ini memiliki arti luas — mungkin merujuk pada berbagai jenis senjata api dan senjata bubuk mesiu, dari pistol kecil sampai meriam pengepungan yang besar. Istilah bedil berasal dari kata wedil (atau wediyal) dan wediluppu (atau wediyuppu) dari bahasa Tamil.[5] Dalam bentuk aslinya, kata-kata ini secara berurut merujuk pada ledakan mesiu dan niter (kalium nitrat). Tapi setelah terserap menjadi bedil pada bahasa Melayu, dan di sejumlah budaya lain di kepulauan Nusantara, kosakata Tamil itu digunakan untuk merujuk pada semua jenis senjata yang menggunakan bubuk mesiu. Pada bahasa Jawa dan Bali istilah bedil dan bedhil dikenal, pada bahasa Sunda istilahnya adalah bedil, di bahasa Batak sebagai bodil, di bahasa Makassar, badili, di bahasa Bugis, balili, di bahasa Dayak, badil, di bahasa Tagalog, baril, di bahasa Bisaya, bádil, di rumpun bahasa Bikol, badil, dan orang Melayu orang memanggilnya badel atau bedil.[5][6][7]
Sejarah
Pengetahuan membuat senjata berbasis serbuk mesiu di Nusantara sudah dikenal setelah serangan Mongol ke Jawa (1293 M).[8][9][10][11] Meriam galah (bedil tombak) dicatat digunakan oleh Jawa pada tahun 1413.[12][13] Namun pengetahuan membuat senjata api sejati datang jauh setelahnya, setelah pertengahan abad ke-15. Ia dibawa oleh negara-negara Islam di Asia Barat, kemungkinan besar oleh orang Arab. Tahun pengenalan yang tepat tidak diketahui, tetapi dapat dengan aman disimpulkan tidak lebih awal dari tahun 1460.[14]
Jawa
Kerajaan Majapahit memelopori penggunaan senjata berbasis mesiu di kepulauan Nusantara. Suatu catatan tentang penggunaan senjata api pada pertempuran melawan pasukan Giri pada sekitar tahun 1500–1506 berbunyi:[15]
"... wadya Majapahit ambedili, dene wadya Giri pada pating jengkelang ora kelar nadhahi tibaning mimis ..."
"... pasukan Majapahit menembaki (bedil=senjata api), sedangkan pasukan Giri tampak jatuh berjumpalitan tidak mampu menerima peluru (mimis=peluru bulat)..."
Arquebus ini memiliki kemiripan dengan arquebus Vietnam pada abad ke-17. Senjata ini sangat panjang, dapat mencapai 2,2 m panjangnya.[2][18] Catatan Tome Pires tahun 1513 menyebutkan pasukan tentara Gusti Pati (Patih Udara), wakil raja Batara Vojyaya (mungkin Brawijaya atau Ranawijaya), berjumlah 200.000 orang, 2.000 diantaranya adalah prajurit berkuda dan 4.000 adalah musketir.[19] Duarte Barbosa sekitar tahun 1514 mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon (cetbang atau rentaka), senapan lontak panjang, spingarde (arquebus), schioppi (meriam tangan), api Yunani, gun (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya. Setiap tempat disana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.[20][21][22]
Orang-orang Tiongkok memuji senjata api negara Selatan:
Liuxianting (劉獻廷 — ahli geografi era Qing awal) dari Dinasti Ming dan Qing mengatakan: "Orang Selatan pandai dalam peperangan senjata api, dan senjata api Selatan adalah yang terbaik di bawah langit". Qu Dajun (屈大均) berkata: "Arquebus Selatan, khususnya arquebus Jawa (爪哇銃) diibaratkan crossbow yang kuat. Mereka digantung di bahu mereka dengan tali, dan mereka akan dikirim bersama saat bertemu musuh. Mereka bisa menembus beberapa baju zirah berat".[23][24][25]
Dinasti Ming Cina mencatat ekspor produk Jawa yang diimpor ke Cina. Ini termasuk lada, dupa cendana, gading, kuda, meriam besi, budak hitam, balahu chuan (叭喇唬船 — perahu), zhaowa chong (爪哇銃 — bedil Jawa), dan belerang.[26] Bedil Jawa lebih disukai oleh tentara Ming karena fleksibilitas dan akurasinya yang tinggi — dikatakan bahwa senjata tersebut dapat digunakan untuk menembak burung.[27] Guangdong Tongzhi (广东通志) yang disusun seawal tahun 1535 mencatat bahwa prajurit berbaju zirah Jawa dan senapan Jawa adalah yang terbaik di antara orang-orang timur.[28] Orang Jawa menggunakannya dengan sangat terampil dan dapat mengenai burung pipit dengan akurat. Orang Cina juga menggunakannya. Ia bisa mematahkan jari, telapak tangan, dan lengan jika tidak digunakan dengan hati-hati.[27]
Semenanjung Melayu
Portugis menemukan berbagai senjata serbuk mesiu setelah penaklukan Malaka pada tahun 1511. Diketahui bahwa orang-orang Melayu mendapatkan senjata dari Jawa.[14] Meskipun memiliki banyak artileri dan senjata api, senjata kesultanan Malaka umumnya dan sebagian besarnya dibeli dari orang Jawa dan Gujarat, di mana orang Jawa dan Gujarat bertugas sebagai operator senjata. Pada awal abad ke-16, sebelum kedatangan Portugis, orang Melayu kekurangan senjata bubuk mesiu. Sejarah Melayu menyebutkan bahwa pada tahun 1509 mereka tidak mengerti "mengapa peluru membunuh", menunjukkan ketidakbiasaan mereka menggunakan senjata api dalam pertempuran, jika tidak dalam upacara.[29] Buku Lendas da India karya Gaspar Correia dan Asia Portuguesa karya Manuel de Faria y Sousa mengkonfirmasi catatan Sejarah Melayu. Mereka mencatat kisah serupa, walaupun tidak se-spektakuler yang digambarkan dalam Sejarah Melayu.[30][31]
Wan Mohd Dasuki Wan Hasbullah menjelaskan beberapa fakta akan keadaan persenjataan bubuk mesiu di Melaka dan negara Melayu lainnya sebelum kedatangan bangsa Portugis:[32]
- Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa bedil, meriam, dan bubuk mesiu dibuat di negara-negara Melayu.
- Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa bedil pernah digunakan oleh Kesultanan Melaka sebelum penjarahan Portugis, bahkan dari sumber-sumber Melayu sendiri.
- Berdasarkan laporan banyaknya meriam yang ditemukan dan ditangkap oleh Portugis, mereka masuk dalam kategori artileri kecil (meriam kecil), jenis inilah yang lebih banyak digunakan oleh orang Melayu.
Dalam The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque "senapan matchlock besar"[Catatan 2] sering disebutkan di buku itu. Dalam serangan pertama ke Malaka, orang-orang Portugis yang mendekat ditembak oleh orang-orang muslim di Malaka:[33]
"Dua jam sebelum fajar, Afonso Dalboquerque memerintahkan terompet ditiup, untuk membangunkan mereka, dan mereka segera berangkat dengan semua orang-orang bersenjata dan naik ke atas kapalnya, dan ketika sebuah pengakuan umum telah telah dibuat, semua berangkat bersama-sama dan datang ke mulut sungai tepat saat pagi hari, dan menyerang jembatan, masing-masing batalion dalam urutan yang telah ditugaskan untuk itu. Kemudian orang-orang Moor (muslim) mulai menembaki mereka dengan artileri mereka, yang dipasang di kubu-kubu, dan dengan senapan matchlock besar mereka melukai beberapa orang kami."
Mereka juga digunakan ketika orang Portugis mundur dalam serangan pertama:[33]
"Ketika orang-orang Moor merasa bahwa mereka (pasukan Portugis) sedang mundur, mereka mulai melepaskan tembakan dengan senapan matchlock besar, panah, dan sumpitan, dan melukai beberapa orang kami, namun dengan cepat Afonso Dalboquerque memerintahkan orang-orang itu untuk membawa lima puluh bombard besar[Catatan 3] yang telah ditangkap di kubu-kubu di jembatan"
Joao de Barros menggambarkan suatu kejadian saat penaklukan itu di buku Da Asia:[14][34]
"Begitu jung itu melewati tepi pasir dan membuang jangkar, tidak jauh dari jembatan, artileri orang muslim melepaskan tembakan ke arahnya. Beberapa senjata melepaskan peluru timah pada jarak waktu tertentu, yang melewati kedua sisi kapal, melakukan banyak pembunuhan di antara para kru. Di tengah panasnya aksi itu Antonio d'Abreu, sang komandan, tertembak di pipi oleh sebuah fusil (espingardão), yang membawa banyak giginya."
Senapan-senapan matchlock yang menembak menembus melalui kedua sisi kapal mereka, memiliki laras yang sangat panjang dan kaliber 18 mm.[35]
Sejarawan Fernão Lopes de Castanheda menyebutkan senapan matchlock (espingardão — espingarda / arquebus besar), dia mengatakan bahwa mereka menembak mimis (peluru bulat), beberapa terbuat dari batu, dan sebagian dari besi tertutup timah.[14][36] Putra Afonso de Albuquerque menyebutkan persenjataan Malaka: Ada senapan matchlock besar, sumpitan beracun, busur, panah, baju berlapis besi (laudeis de laminas), tombak Jawa, dan jenis senjata lainnya.[33][37] Setelah Malaka dikuasai Portugis, mereka menangkap 3000 dari 5000 senapan yang telah diberi Jawa.[38]
Afonso de Albuquerque menganggap pembuat senjata api dan meriam di Melaka berada di level yang sama dengan Jerman. Namun, dia tidak menyebutkan etnis apa yang membuat senjata api dan meriam Melaka.[33][39][29] Duarte Barbosa menyatakan bahwa pembuat arquebus di Melaka adalah orang Jawa.[40] Orang Jawa juga membuat meriam secara mandiri di Melaka.[41] Anthony Reid berpendapat bahwa orang Jawa menangani banyak pekerjaan produktif di Melaka sebelum tahun 1511 dan di Pattani pada abad ke-17.[40]
Indochina
Đại Việt dianggap oleh dinasti Ming China telah menghasilkan senapan matchlock yang sangat maju selama abad 16–17, bahkan melampaui senjata api Ottoman, Jepang, dan Eropa. Pengamat Eropa dari perang Lê–Mạc dan perang Trịnh–Nguyễn juga mencatat kemampuan pembuatan matchlock oleh orang Vietnam. Senapan matchlock Vietnam dikatakan mampu menembus beberapa lapis baju besi, membunuh dua hingga lima orang dalam satu tembakan, namun juga menembak dengan sunyi untuk senjata sekalibernya. Orang China menyebut senjata ini sebagai Jiao Chong (交銃, berarti arquebus Jiaozhi), dan mencatat kesamaannya dengan Zhua Wa Chong / arquebus Jawa.[2][23][3][18][Catatan 4]
Catatan
- ^ Musket awalnya mengacu pada varian arquebus yang lebih berat, yang mampu menembus baju besi yang berat (lihat Arnold, 2001, The Renaissance at War, hal. 75–78). Arquebus Jawa lebih besar dari arquebus biasa dan memiliki kemampuan penetrasi yang baik.
- ^ Ditulis sebagai espingardões (jamak) atau espingardão (tunggal).
- ^ Bombard adalah jenis meriam kaliber besar dan berlaras pendek. Orang Melayu di Malaka memiliki bombard yang melemparkan peluru timah sebesar espera — sejenis artileri tua yang besar. Lihat Birch 1875, hlm. 121.
- ^ Perlu dicatat bahwa arquebus Vietnam (Jiaozhi) dapat merujuk pada beberapa jenis senjata matchlock: Arquebus bermodel istinggar, arquebus dengan bipod di bawah laras, arquebus dengan tripod dan dudukan putar, dan arquebus bergaya jinjal. Lihat arquebus Vietnam.
Lihat juga
Referensi
- ^ Tarling, Nicholas, ed. (1992). The Cambridge History of Southeast Asia: Volume One, From Early Times to c. 1800. Cambridge University Press. ISBN 0521355052.
- ^ a b c Tiaoyuan, Li (1969). 南越筆記 (South Vietnamese Notes). Guangju Book Office.
- ^ a b 调元 (Tiaoyuan), 李 (Li) (1777). 南越笔记 (South Vietnamese Notes). hlm. 268–269 – via Chinese Text Project.
- ^ Fan, Zhang (1979). 東西洋考: 12卷, Volume 164. 台灣商務印書館 (Taiwan Commercial Press).
- ^ a b Kern, H. (January 1902). "Oorsprong van het Maleisch Woord Bedil". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia. 54: 311–312.
- ^ Syahri, Aswandi (6 August 2018). "Kitab Ilmu Bedil Melayu". Jantung Melayu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-15. Diakses tanggal 10 February 2020.
- ^ Rahmawati, Siska (2016). "Peristilahan Persenjataan Tradisional Masyarakat Melayu di Kabupaten Sambas". Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 5.
- ^ Schlegel, Gustaaf (1902). "On the Invention and Use of Fire-Arms and Gunpowder in China, Prior to the Arrival of European". T'oung Pao. 3: 1–11.
- ^ Partington, J. R. (1999). A History of Greek Fire and Gunpowder (dalam bahasa Inggris). JHU Press. ISBN 978-0-8018-5954-0.
- ^ Lombard, Denys (2005). Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 208.
- ^ Reid, Anthony (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid II: Jaringan Perdagangan Global. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal. 255.
- ^ Mayers (1876). "Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century". The China Review. IV: p. 178.
- ^ Manguin, Pierre-Yves (1976). "L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises". Arts Asiatiques. 32: 233–268.
- ^ a b c d Crawfurd, John (1856). A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries. Bradbury and Evans.
- ^ De Graaf, Hermanus Johannes (1985). Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Jakarta: Temprint. hlm. 180.
- ^ Kalamwadi, Ki (1990). Serat Darmogandhul. Dahara Prize.
- ^ Huda, Nurul (2005). Darmo Gandhul. Pura Pustaka.
- ^ a b 東洋學 硏究所 (Institute of Oriental Studies) (1999). 漢韓大辭典 (Chinese-Korean Dictionary). 檀國大學教出版部 (Dankook University Department of Education and Publication). hlm. 45. ISBN 9788970922430.
漢,趙曄《吳越春秋,王使公子光傳》以刺王僚,貫甲達背./清,李調元《南越筆記,粵人善鳥槍》其曰爪哇銃者,形如强弩,以繩懸絡臂上,遇敵萬銃齊發,貫甲數重. .《晉書,李歆傳》士業聞,引兵還,爲遜所逼,士業親貫甲先登,大敗之.
- ^ Cortesão, Armando (1944). The Suma oriental of Tomé Pires : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515 volume I. London: The Hakluyt Society. ISBN 9784000085052. Artikel ini memuat teks dari sumber tersebut, yang berada dalam ranah publik.
- ^ Jones, John Winter (1863). The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508. Hakluyt Society.
- ^ Stanley, Henry Edward John (1866). A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century by Duarte Barbosa. The Hakluyt Society.
- ^ Partington, J. R. (1999). A History of Greek Fire and Gunpowder (dalam bahasa Inggris). JHU Press. ISBN 978-0-8018-5954-0.
- ^ a b Bozhong, Li (2017). 火槍與帳簿:早期經濟全球化時代的中國與東亞世界 (The Gun and the Ledger: China and the East Asian World in the Age of Early Economic Globalization). Beijing: 三 聯聯書書店店 (Sanlian Bookstore). hlm. 141. ISBN 978-7-108-05674-0.
在明末,安南人開發出了一種性能優良的火繩槍,中國人稱之為「交銃」(意即交趾火銃)。有人認為這種交銃在威力及性能等方面都優越於西方和日本的「鳥銃」及「魯密銃」。明清之際人劉獻廷說:「交趾......善火攻,交槍為天下最。」屈大均則說:「有交槍者,其曰爪哇銃者,形如強弩,以繩懸絡肩上,遇敵萬銃齊發,貫甲數重。」
- ^ Lý Bá Trọng (2019). 火槍與帳簿:早期經濟全球化時代的中國與東亞世界 (Guns and Account Books: China and the East Asian World in the Era of Early Economic Globalization) (dalam bahasa Tionghoa). 聯經出版事業公司 (Lianjing Publishing Company). hlm. 142. ISBN 978-957-08-5393-3. Diakses tanggal 2020-07-12.
明清之際人劉獻廷說:「交善火攻,交槍為天下最。」屈大均則說:「有交槍者,其日爪哇銃者,形如強弩,以繩懸絡肩上,遇敵萬統齊發,貫甲數重。」
- ^ Kesheng, Zheng (2021). 明清政争与人物探实 (Political Controversy and Characters in Ming and Qing Dynasties). Beijing Book Co. Inc. ISBN 9787101151480.
同《鸟枪》谈“ (趾)枪”,“其曰爪哇铳者,形如,绳悬络上,遇敌万铳齐发,贯甲重”。同《》谈“洋者为上,其草随而,人得织,然复而不单,单者作细斜纹,洋国人织”。一五《绵布》说“东绵布,苦不一......故东人殓死者为面,是曰洋布,来自番者为”。(47)
- ^ Shu, Yuan, ed. (2017). 中国与南海周边关系史 (History of China's Relations with the South China Sea). Beijing Book Co. Inc. ISBN 9787226051870.
一、药材:胡椒、空青、荜拨、番木鳖子、芦荟、闷虫药、没药、荜澄茄、血竭、苏木、大枫子、乌爹泥、金刚子、番红土、肉豆蔻、白豆蔻、藤竭、碗石、黄蜡、阿魏。二、香料:降香、奇南香、檀香、麻滕香、速香、龙脑香、木香、乳香、蔷薇露、黄熟香、安息香、乌香、丁皮(香)。三、珍宝:黄金、宝石、犀角、珍珠、珊瑙、象牙、龟筒、 孔雀尾、翠毛、珊瑚。四、动物:马、西马、红鹦鹉、白鹦鹉、绿鹦鹉、火鸡、白 鹿、白鹤、象、白猴、犀、神鹿(摸)、鹤顶(鸟)、五色鹦鹉、奥里羔兽。五、金 属制品:西洋铁、铁枪、锡、折铁刀、铜鼓。六、布匹:布、油红布、绞布。[4]此 外,爪哇还向明朝输入黑奴、叭喇唬船、爪哇铣、硫黄、瓷釉颜料等。爪哇朝贡贸易 输人物资不仅种类多,而且数虽可观,如洪武十五年(1382年)一次进贡的胡椒就达 七万五千斤。[5]而民间贸易显更大,据葡商Francisco de Sa记载:“万丹、雅加达等港 口每年自漳州有帆船20艘驶来装载3万奎塔尔(quiutai)的胡椒。"1奎塔尔约合59 公斤则当年从爪哇输入中国胡椒达177万公斤。
- ^ a b Wenbin, Yan, ed. (2019). 南海文明圖譜:復原南海的歷史基因◆繁體中文版 (Map of South China Sea Civilization: Restoring the Historical Gene of the South China Sea. Traditional Chinese Version). Rúshì wénhuà. hlm. 70. ISBN 9789578784987.
除了裝備叭喇唬船以外,明朝軍隊還裝備了爪哇產的火器,稱為爪哇銃。這種火銃與爪哇船一樣,也以小巧靈活著名,射擊精度高,可用於打鳥。當時中國進口並裝備軍隊的外國銃不僅來自爪哇,還有佛郎機,即西班牙和葡萄牙。相比之下,「佛郎機銃大、爪哇銃小」,但前者精準度不如後者。《海國廣記》記載,爪哇「甲兵火銃為東洋諸蕃之冠」。《廣東通志》描繪:「爪哇統小,(爪哇)國人用之甚精,小者可擊雀。中國人用之,積不戒 則擊去數指,或斷 , 掌, 臂。
- ^ Yuan, Wei (2011). 魏源全集(五) [The Complete Works of Wei Yuan (5)]. Beijing Book Co. Inc. ISBN 9787999009627.
《广东通志》:瓜哇国,古诃陵也。一曰阇婆,又名莆家龙,在真腊之南海中洲上。东与婆利,西与(惰)〔堕〕婆登,北接真腊国,南临大海。自占城起程,顺风二十昼夜可至其国。地广人稠,甲兵药铳为东洋诸番之雄。其港口入去马头曰新村。屋店连行为市,买卖商旅最众。
- ^ a b Charney, Michael (2012). Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After. Dalam Waffen Wissen Wandel: Anpassung und Lernen in transkulturellen Erstkonflikten. Hamburger Edition.
- ^ Koek, E. (1886). "Portuguese History of Malacca". Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society. 17: 117–149.
- ^ Pintado, M.J. (1993). Portuguese Documents on Malacca: 1509–1511. National Archives of Malaysia. ISBN 9789679120257.
- ^ Hasbullah, Wan Mohd Dasuki Wan (2020). Senjata Api Alam Melayu. Dewan Bahasa dan Pustaka.
- ^ a b c d Birch, Walter de Gray (1875). The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque, Second Viceroy of India, translated from the Portuguese edition of 1774 volume 3. London: The Hakluyt Society.
- ^ De Barros, João (1552). Primeira decada da Asia. Lisboa.
- ^ "Fine Malay matchlock musket | Mandarin Mansion". www.mandarinmansion.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-10.
- ^ De Castanheda, Fernão Lopes (1552). História do descobrimento & conquista da India pelos portugueses. Coimbra.
- ^ The son of Afonso de Albuquerque (1774). Commentários do Grande Afonso Dalbuquerque parte III. Lisboa: Na Regia Officina Typografica. hlm. 144.
- ^ Egerton, W. (1880). An Illustrated Handbook of Indian Arms. W.H. Allen.
- ^ Reid, Anthony (1993). Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680. Volume Two: Expansion and Crisis. New Haven and London: Yale University Press.
- ^ a b Reid, Anthony (1989). The Organization of Production in the Pre-Colonial Southeast Asian Port City. In Broeze, Frank (Ed.), Brides of the Sea: Asian Port Cities in the Colonial Era (pp. 54–74). University of Hawaii Press.
- ^ Furnivall, J. S. (2010). Netherlands India: A Study of Plural Economy. Cambridge University Press. Halaman 9: "when Portuguese first came to Malacca they noticed a large colony of Javanese merchants under its own headman; the Javanese even founded their own cannon, which then, and for long after, were as necessary to merchant ships as sails."