Lompat ke isi

Sunan Kalijaga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Januari 2024 09.02 oleh Gaung Tebono (bicara | kontrib) (Referensi: clean up: perbaikan kategori)
As-Syekh

Said
( Sunan Kalijaga )
Informasi pribadi
Lahir
Said

Meninggal1592
AgamaIslam
Pasangan
Anak
Pernikahan dengan Dewi Sarah :
  • 1. Umar Said
    (Sunan Muria)
  • 2. Dewi Ruqayyah
  • 3. Dewi Sofiah
Pernikahan dengan Dewi Sarokah :
  • 1. Ratu Pembayun
    (Istri dari Sultan Trenggana)
  • 2. Nyai Ageng Panenggak
    (Istri Kyai Ageng Panenggak/Kyai Ageng Pakar/Pangeran Hadikusumo/Panembahan Agung bin Kyai Ageng Ngerang II/Kyai bodo ing Pajang Sumare Sela butuh sragen) Nyai Ageng Panenggak Ibu dari Panembahan Pangulu).
  • 3. Sunan Hadi
    Berputra Pangeran Jayaprana (Sumare Kota Gede Yogyakarta)
    Berputra Sunan Adilangu
    Berputra Panembahan Seda Kepuh
    Berputra Panembahan Natapraja ing Kadilangu.
  • 4. Raden Abdurrahman
  • 5. Raden Ayu Panengah / Nyai Ageng Ngerang ke 3 (III)
    (Ibu dari Ki Panjawi)
Pernikahan dengan Syarifah Zaenab :
Orang tua
  • Raden Ahmad Sahur / Raden Arya Mlayakusuma / Tumenggung Wilwatikta (ayah)
  • Dewi Nawang Arum (ibu)
DenominasiSunni
Dikenal sebagaiWali Songo
Pemimpin Muslim
PendahuluSyekh Subakir
PenerusSunan Muria

Sunan Kalijaga merupakan Waliyullah yang tergabung dalam anggota dewan Walisongo.

Beliau dikenal sebagai wali yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Selain menjadi Ulama' ia juga menjadi penasihat keraton, seniman, dan arsitek yang ulung.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Oleh karena itulah, beliau menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.Makamnya berada di Kadilangu, Demak.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati.

Silsilah

Sunan Kalijaga merupakan anggota dewan Wali Songo yang masih keturunan Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka Sesuai Penetapan Pejabat Majapahit Surat Keputusan Raja di Prasasti Kudadu halaman II no 7 hari Sabtu legi tanggal 52 bulan bhadrapada tahun 1216 saka/1294 masehi), Pendapat ini didasarkan pada catatan historis Babad Tuban dan data keluarga besar keturunan Sunan Kalijaga.

Di dalam babad tersebut diceritakan, Aria Teja alias Tumenggung Wilwatikta berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan tersebut Aria Teja kemudian memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Catatan Babad Tuban ini diperkuat juga dengan catatan masyhur penulis dan bendahara Portugis Tome Pires (1468 - 1540).

Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1400M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban yakni Aria Wilakita, dan Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta.

Berikut Nasab lengkapnya menurut Kitab Tarikh Aulia dari KH Bisri Mustofa [1][2] dan Kitab Syamsu Dzahirah[3]:

  1. Rasulullah SAW.
  2. Fatimah Az-Zahra
  3. Husain bin Ali
  4. Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad al-Baqir
  6. Ja’far ash-Shadiq
  7. Ali Al Uraidhi
  8. Muhammad an-Naqib
  9. Isa ar-Rumi
  10. Ahmad al-Muhajir
  11. Sayyid Muhammad
  12. Sayyid Alwi
  13. Ali Khali’ Qasam
  14. Muhammad Shahib Mirbath
  15. Muhammad al-Faqih Muqaddam
  16. Abdul Malik bin Alwi
  17. Sayyid Abdullah Azmatkhan
  18. Husein Jalaluddin Al Bukhori
  19. Ahmad Al Kabir
  20. Jalaluddin Husein
  21. Ali Nuruddin
  22. Syech Subakir
  23. Tumenggung Wilwatikta
  24. Aria Wilwatikta
  25. Sunan Kalijaga alias Raden Said


Sunan Kalijaga alias Raden Said / Lokajaya alias Syekh Malaya / Pangeran Tuban / Raden Abdurrahman (Generasi ke-24 dari Rasul, Turunan Rasul ke-23) bin Ahmad alias Raden Sahur alias Tumenggung Wilatikta (Tuban) bin Syekh Subakir alias Muhammad Al-Baqir alias Mansur bin Ali Nuruddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah bin Abd

Rekam Jejak

Menjadi Murid Sunan Bonang

Menurut cerita, Sebelum menjadi Walisongo, Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin.

Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.

Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.

Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Pernikahan

Berdasarkan naskah Pustaka Darah Agung, Sunan Kalijaga diketahui menikah dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishaq, dan mempunyai 3 putra :

  1. Sunan Muria,
  2. Dewi Ruqayyah,
  3. Dewi Sofiah

Sunan Kalijaga juga memiliki istri bernama Dewi Sarokah, yang merupakan puteri Sunan Gunung Jati dan memperoleh 5 orang anak, yaitu :

  1. Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi isteri Sultan Trenggono
  2. Nyai Ageng Panenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar.
  3. Sunan Hadi, kelak menggantikan Sunan Kalijaga sebagai Kepala Perdikan Kadilangu.
  4. Raden Abdurrahman.
  5. Raden Ayu Penengah (Ibu dari Ki Panjawi.

Selain itu, Sunan Kalijaga juga menikah dengan Syarifah Zainab putri Syekh Siti Jenar Dan memperoleh seorang putri bernama Nyai Ratu Mandoko (Ibu dari Sultan Hadiwijaya).

Penerus Dakwah

Setelah Sunan Kalijaga Wafat, Perjuangan dakwah dilanjutkan oleh putranya sendiri yakni Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak.

Pemakaman

Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 12 Muharram 1513 saka (sekitar 17 Oktober 1592 M).

Beliau dimakamkan di Daerah Kadilangu, Kabupaten Demak. Makam ini hingga sekarang, ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia.

Haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu, Demak.

Warisan Budaya

Berikut adalah daftar warisan budaya dari Sunan Kalijaga, yaitu :

  • Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul.
  • Dialah Penggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Ratu").
  • Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
  • Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Pusat Inspirasi

Kisah perjalanan hidup Sunan Kalijaga juga sudah dibuatkan Film, diantaranya :

Referensi

Situs web

Buku

  • Soekirno, Ade (1994). Sunan Kalijaga: asal-usul mesjid agung demak: cerita rakyat Jawa Tengah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 9795534629.
  • Nasuhi, Hamid (2017). "Shakhṣīyat Sunan Kalijaga fī taqālīd Mataram al-Islāmīyah". Studia Islamika. Vol. 24 no. 1. Republic of Indonesia: Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. ISSN 2355-6145.
  • Chodjim, Achmad (2013). Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. ISBN 9789790242920.
  • Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. p. 10. ISBN 0-333-57689-6.
  • Sunyoto, Agus (2014). Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. 6th edition. Depok: Pustaka IIMaN. ISBN 978-602-8648-09-7
  • Sufisme Sunan Kalijaga