Lompat ke isi

Sartono (politikus)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sartono
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat 1
Masa jabatan
1949 – 1959
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Tidak Ada
Pengganti
Zainul Arifin
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1900-08-05)5 Agustus 1900
Belanda Slogohimo, Wonogiri, Hindia Belanda
Meninggal15 Oktober 1968(1968-10-15) (umur 68)
Indonesia Jakarta
Partai politikPartai Nasional Indonesia
Suami/istriSiti Zaenab
AnakR.M. Gunadi
R.A. Sri Mulyati
R.A. Rukmini
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Mr. Raden Mas Sartono (5 Agustus 1900 – 15 Oktober 1968) adalah tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menteri pada kabinet pertama Republik Indonesia. Tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partindo ini juga pernah menjabat ketua parlemen sementara (DPRS) pada Republik Indonesia Serikat (1949) dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat antara tahun 1950 sampai 1959, dan pernah menjabat Gubernur Bank Indonesia.

Menjelang Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928, ia termasuk yang memberi sponsor terlaksana Kongres II bersama temannya Mr. Soenario.

Ketua DPR Sartono terlihat sedang melakukan rapat dengan pimpinan fraksi pada tahun 1951.
Presiden Soekarno berfoto bersama Sartono dan istri setelah serah terima jabatan tahun 1958.
Presiden Soekarno menyematkan Bintang Mahaputera untuk Sartono.
Pada tahun 1958, saat Mr.Sartono sebagai pejabat presiden, ia bekerjasama dengan Jenderal AH Nasution dalam peristiwa pemberontakan PRRI, dan juga meratakan jalan bagi diberlakukannya kembali UUD 1945 pada tahun 1959.
Pejabat Presiden/Ketua Parlemen Sartono menerima ucapan selamat dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, di suatu resepsi kenegaraan. Perjuangan melawan penjajah yang dilakukan oleh kedua tokoh ini tidak diragukan, dan terhadap keduanya Belanda tidak pernah melakukan penahanan.
Mr.Sartono dilantik sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung pada Maret 1962. Sejak saat itu namanya mulai redup di kancah politik Indonesia, negara yang ia perjuangkan keberadaannya sejak berusia remaja sampai menutup mata.
Sartono bersama Lee Kuan Yew.
Mr.Sartono selaku Pejabat Presiden melakukan inspeksi pada suatu instalasi militer.

Dilahirkan sebagai keturunan bangsawan Jawa, Sartono berturut-turut mengikuti pendidikan di HIS, MULO, AMS, dan RHS yang ditamatkannya pada tahun 1922. Ia kemudian meneruskan pendidikannya ke Universitas Leiden Belanda dan mendapatkan gelar Meester in de Rechten pada tahun 1926.

Latar belakang dan keluarga

Bung Karno berada di tengah keluarga Sartono. Dari kiri ke kanan : R.A. Rukmini, Bung Karno, R.A. Sri Mulyati, Ny.Siti Zaenab, R.M. Sartono, dan R.M. Gunadi.

Nama Sartono, berasal dari kata Jawa, yaitu sarto dan ono. Arti nama tersebut ialah "keberadaannya menjadi pelengkap". Kelak dalam perjalanan hidupnya terbukti Sartono selalu menjadi pelengkap dari kekurangan masyarakat atau bangsanya. Beliau lahir dari keluarga bangsawan. Nama kedua orang tuanya adalah Raden Mas Martodikaryo dan Raden Ajeng Ramini. Ayahnya adalah cicit dari Mangkunegoro II, sedangkan ibunya adalah cucu dari Mangkunegoro III.

Sartono menikah dengan Siti Zaenab yang merupakan anak dari Wiryowiguno, seorang saudagar batik yang sukses dan mempunyai reputasi tinggi di kalangan masyarakat Solo pada tanggal 26 Mei 1930. Beliau menikah di kediaman keluarga Wiryowiguno yang terletak sekitar 100 meter dari rumah KH Samanhudi, pendiri Sarekat Islam. Sartono dikaruniai 3 anak yang bernama R.M. Gunadi, R.A. Sri Mulyati, dan R.A. Rukmini.

Demokrasi Terpimpin

Menjadi Wakil Ketua DPA

Pada bulan Maret 1962, Sartono menduduki posisi baru sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung. Proses pengangkatan Sartono sebagai Wakil Ketua DPA ini dimulai pada 4 Maret 1962. Pada hari itu, Presiden Soekarno memanggil dia, Abdul Haris Nasution, Juanda, dan Chaerul Saleh untuk membicarakan tentang regrouping pemerintahan agar lebih efektif. Pertemuan tersebut dilanjutkan pada keesokan harinya, tetapi yang dipanggil hanya Sartono, Iwa Kusumasumantri, dan Arifin Harahap. Baru keesokan harinya pengangkatan Sartono yang menggantikan Roeslan Abdulgani sebagai Wakil Ketua DPA diumumkan. Sartono dilantik sebagai Wakil Ketua DPA pada 8 Maret 1962, dan pada tanggal 9 Maret 1962 sebagai Wakil Menteri Pertama Kabinet Kerja.

Wafat

RM Sartono S.H. meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 15 Oktober 1968 setelah menjalani operasi karena penyakit prostat yang dideritanya. Beliau dimakamkan di Makam Kerabat Mangkunegaran "Astana Bibis Luhur".

Referensi

  • Daradjadi. 2014. Mr. Sartono Pejuang Demokrasi & Bapak Parlemen Indonesia. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
Jabatan politik
Jabatan baru Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
1949-1959
Diteruskan oleh:
Zainul Arifin