Semur
Semur | |
---|---|
Nama lain | Smoor (dialek Belanda) |
Sajian | Utama |
Tempat asal | Indonesia |
Daerah | Asia Tenggara |
Dibuat oleh | Adaptasi Indonesia dari "Smoor" Belanda |
Suhu penyajian | Panas atau suhu ruangan |
Bahan utama | Daging sapi dan kentang dimasak dalam kecap manis dibumbui dengan bawang putih, bawang merah, pala, cengkih, dan kayu manis, ditaburi dengan bawang merah goreng |
Variasi | Lidah sapi, ayam, tahu, telur, ikan |
195 kalori kkal | |
Sunting kotak info • L • B | |
Semur adalah hidangan daging rebus dari Indonesia yang diolah dalam kuah berwarna coklat pekat yang terbuat dari kecap manis, bawang merah, bawang bombay, pala dan cengkih. Kecap manis yang terbuat dari kedelai hitam adalah bahan paling penting dalam proses pembuatan semur karena berfungsi untuk menguatkan cita rasa, tetapi harus tetap terasa menyatu harmonis dengan bahan-bahan lainnya. Selain berbahan utama daging sapi dan kentang, semur juga berdiri dari bermacam-macam variasi dalam penyajiannya, seperti penambahan tahu, tempe, telur, ikan, dan bahan lain-lain sesuai dengan selera masyarakat di daerah masing-masing.
Etimologi
Semur berasal dari bahasa Belanda yaitu "Smoor" yang berarti masakan itu telah direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan-lahan.[1] "Smoor" dalam bahasa Belanda juga berarti braising atau teknik masak dengan cara merebus lama dengan api kecil hingga daging empuk.
Sejarah dan asal mula
Sejarah menunjukkan bahwa hidangan daging rebus berbumbu di Indonesia ternyata telah dikenal sejak abad ke-9 Masehi. Hal ini terlihat dari beberapa prasasti, relief candi dan kakawin di Jawa yang menceritakan “Ganan, hadanan prana wdus” atau disediakan sayuran kerbau dan kambing. Akan tetapi apakah hidangan daging kerbau dan kambing ini adalah mirip semur belum dapat dipastikan.
Sejak berabad-abad lalu, Indonesia yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan dunia telah dikenal sebagai kawasan yang memiliki kekayaan alami rempah-rempah. Eksotisme citarasa rempah-rempah ini kemudian mengundang minat para pedagang dan pendatang dari berbagai bangsa untuk datang ke Nusantara dan melakukan ekspedisi. Pedagang dan pendatang tersebut masing-masing membawa budaya yang lambat laun berbaur dengan keseharian masyarakat asli Indonesia pada saat itu. Pembauran tersebut kemudian menciptakan interaksi budaya dan mengembangkan berbagai tradisi nusantara yang istimewa, termasuk di bidang kuliner. Kekhasan citarasa rempah-rempah Indonesia berpadu dengan berbagai variasi teknik pengolahan makanan menghasilkan kreasi hidangan unik seperti Semur, yang sudah ada dari tahun 1600.
Interaksi antara masyakat Belanda dan Indonesia terutama dalam pengolahan makanan juga turut mengembangkan cita rasa semur. Makanan yang pernah dijadikan sebagai menu utama dalam perjamuan bangsa Belanda ini berasal dari kata ‘smoor’ (bahasa Belanda) menjadi ‘semur’ (bahasa serapan). ‘Smoor’ dalam bahasa Belanda berarti masakan itu telah direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan. Salah satu buku resep tertua dan paling lengkap mendokumentasikan resep masakan di Hindia Belanda, Groot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek yang terbit pada 1902, memuat enam resep semur (Smoor Ajam I, Smoor Ajam II, Smoor Ajam III, Smoor Bandjar van Kip, Smoor Banten van Kip, Solosche Smoor van Kip). Buku ini menegaskan bahwa smoor yang kemudian dilafalkan sebagai semur adalah masakan yang dikembangkan di dalam dapur Indis, kaum peranakan Eropa.[2][3]
Seiring berjalannya waktu, Semur kemudian melekat menjadi tradisi bangsa Indonesia dan dihidangkan di berbagai perhelatan adat. Masyarakat Betawi menjadikan Semur sebagai bagian dari tradisi yang selalu dihidangkan saat Lebaran dan acara perkawinan. Tak hanya menjadi primadona dalam kebudayaan Betawi, Semur juga kerap muncul pada acara-acara perayaan di berbagai penjuru nusantara seperti Kalimantan dan Sumatra. Tentunya, dengan citarasa dan tampilan yang disesuaikan dengan selera masyarakat setempat.
Pada awalnya konotasi semur lekat dengan hidangan daging sapi yang diolah dalam kuah berwarna coklat pekat, tetapi kemudian dikreasikan dengan daging kambing, ayam, telur, juga untuk produk nabati, seperti tahu, tempe, terong, dan lainnya. Hidangan semur menjadi sajian sehari-hari di Indonesia. Tak heran apabila semur ditemukan di berbagai wilayah Indonesia dengan ragam citarasanya.
Semur sebagai merupakan contoh seni kuliner sebagai hasil interaksi berbagai suku bangsa di Indonesia yang diwariskan secara turun-menurun dalam suatu masyarakat tertentu sebagai salah satu identitas. Jadi dapat dikatakan bahwa Semur adalah juga sebuah bagian identitas budaya kuliner Indonesia.
Variasi semur
- Semur Betawi (semur jengkol) [4]
- Semur Manado
- Semur Malbi (Palembang)[5]
- Semur Lidah dari Bali
- Semur Daging ala Aceh
- Semur Goreng dari Samarinda
- Semur Ikan (Purwokerto)
- Semur Ternate (ditambahkan cuka)
- Semur Santan Maluku,
- Semur Terong, dan Tahu (dari Jawa Barat)
Resep
Banyak variasi yang pembuatan masakan Semur, tetapi pada dasarnya, resep Semur adalah seperti ini[6]:
Dengan bahan utama:
- 2 sdt minyak atau mentega
- 400 gram potongan daging atau ayam
- 750 ml kaldu daging
- 1 liter air
- 100 gram bawang
- 5 lbr daun salam
- 5 buah cengkih
- Garam dan lada secukupnya untuk penyedap rasa
- 1 sdt cuka
- Kecap manis
Dan cara membuatnya:
- Tumis bawang dan daging dalam minyak atau mentega
- Tambahkan kaldu daging, daun salam, cengkih, cuka dan kecap manis
- Setelah mendidih, kecilkan api dan masak hingga daging empuk
- Tambahkan garam dan lada sebagai penyedap rasa
- Sajikan dengan kentang atau nasi
Referensi
- ^ http://www.femina.co.id/kuliner/info.kuliner/asalusul.semur/004/002/67
- ^ Koleksi Resep Semur 2012 Penerbit PT. Media Boga Utama, kompas gramedia hal 16-19
- ^ http://www.youtube.com/watch?v=9ssp10OSOUE
- ^ http://www.warisankuliner.com/recipes/details/9/semur-jengkol/
- ^ http://www.warisankuliner.com/recipes/details/21/semur-malbi/
- ^ http://www.warisankuliner.com/recipes/details/18/semur-ayam/