Lompat ke isi

Nipah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 26 Juli 2008 06.00 oleh Borgxbot (bicara | kontrib) (Robot: Cosmetic changes)
Nipah
Tegakan nipah di tepi sungai
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Steck
Spesies:
N. fruticans
Nama binomial
Nypa fruticans
Wurmb
Artikel ini mengenai nipah sebagai tumbuhan. Untuk nipah sebagai bahan naskah silakan melihat nipah (naskah).

Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti daon, daonan (Sd., Bms.), buyuk (Jw., Bali), bhunyok (Md.), bobo (Menado, Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, parenga (Seram, Ambon dan sekitarnya).[1]

Di beberapa negara lain, tumbuhan ini dikenal dengan nama (dalam bahasa Inggris) Attap Palm (Singapura), Nipa Palm atau losa (Filipina), atau umumnya disebut Nypa palm. Nama ilmiahnya adalah Nypa fruticans Wurmb, dan diketahui sebagai satu-satunya anggota marga Nypa. Tumbuhan ini merupakan satu-satunya jenis palma dari wilayah mangrove. Fosil serbuk sari palma ini diketahui berasal dari sekitar 70 juta tahun yang silam.

Pemerian

Batang nipah terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah

Akar serabut nipah menjalar dengan panjang akar mencapai 13m. Karena perakaran nipah hanya terletak dalam lumpur tanah yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat dihayutkan oleh air sampai ke laut.

Sebagaimana rumbia (Metroxylon spp.), batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang.

Melalui rimpang akan tumbuh tangkai-tangkai daun yang cukup panjang: jumlahnya antara 3-5 tangkai. Panjang tangkai daun 5-7 m. Warna tangkai daun yang masih muda adalah hijau dan berangsur akan berubah menjadi cokelat sampai coklat tua sesuai perkembangannya. Kulit tangkai mengkilap dan keras, di bagian dalamnya berupa empulur/ gabus.

Daun majemuk menyirip khas palma, tegak atau hampir tegak, menjulang hingga 9 m di atas tanah, panjang tangkainya 1-1,5 m. Anak daun berbentuk pita memanjang dan meruncing di bagian ujung, memiliki tulang daun yang di sebut lidi ( seperti daun kelapa ). Panjang anak daun dapat mencapai 100 cm dan lebar daun 4-7 cm. Daun nipah yang sudah tua berwarna hijau, sedangkan daunnya yang masih muda berwarna kuning, menyerupai janur kelapa. Banyaknya anak daun dalam tiap ental mencapai 25-100 helai.

Karangan bunga majemuk muncul di ketiak daun, berumah satu, dengan bunga betina terkumpul di ujung membentuk bola dan bunga jantan tersusun dalam malai serupa untai, merah, jingga atau kuning pada cabang di bawahnya. Setiap untai mempunyai 4-5 bulir bunga jantan yang panjangnya mencapai 5 cm. Bunga nipah jantan dilindungi oleh seludang bunga, namun bagian yang terisi serbuk sari tetap tersembul keluar. Bunga nipah betina berbentuk bulat peluru dan bengkok mengarah ke samping. Panjang tangkai badan bunga mencapai 100-170 cm. Tandan bunga inilah yang dapat disadap untuk diambil niranya. Empat hingga lima bulan sejak keluarnya bunga nipah, tandan bunga tersebut dapat disadap. Pada saat ini pengisian biji sedang aktif, maka bila dilakukan penyadapan pasti akan dapat memperoleh jumlah nira yang maksimal.

Buah tipe buah batu dengan mesokarp bersabut, bulat telur terbalik dan gepeng dengan 2-3 rusuk, coklat kemerahan, 11 x 13 cm, terkumpul dalam kelompok rapat menyerupai bola berdiameter sekitar 30 cm.[2] Struktur buah mirip buah kelapa, dengan eksokarp halus, mesokarp berupa sabut, dan endokarp keras yang disebut tempurung. Biji terlindung oleh tempurung dengan panjangnya antara 8-13 cm dan berbentuk kerucut. Dalam satu tandan, buahnya dapat mencapai antara 30-50 butir, berdempetan satu dengan yang lainnya membentuk kumpulan buah bundar. Buah yang masak gugur ke air dan mengapung mengikuti arus pasang surut atau aliran air hingga tersangkut di tempat tumbuhnya. Kerap kali buah telah berkecambah senyampang dihanyutkan arus ke tempat yang baru.

Tempat tumbuh dan penyebaran

Tegakan nipah di hutan bakau Maitum, Filipina

Nipah tumbuh di bagian belakang hutan bakau, terutama di dekat aliran sungai yang memasok lumpur ke pesisir. Palma ini dapat tumbuh di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang masih terpengaruh pasang-surut air laut yang mengantarkan buah-buahnya yang mengapung. Di tempat-tempat yang sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus di belakang lapisan hutan bakau, kurang lebih sejajar dengan garis pantai. Nipah mampu bertahan hidup di atas lahan yang agak kering atau yang kering sementara air surut.

Palma ini umum ditemukan di sepanjang garis pesisir Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik, khususnya di antara Bangladesh hingga pulau-pulau di Pasifik. Nipah termasuk jenis tumbuhan yang terancam punah di Singapura.

Pemanfaatan

Buah nipah

Daun nipah yang dikeringkan dimanfaatkan secara tradisional sebagai bahan atap, dinding, tikar kajang, topi dan aneka keranjang anyaman. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai alas tulis, bukannya daun lontar. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok --yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau-- setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok.[1]

Nipah dapat pula disadap niranya, yakni cairan manis yang diperoleh dari tandan bunga yang belum mekar. Nira yang dikeringkan dengan dimasak dipasarkan sebagai gula nipah (palm sugar). Dari hasil oksidasi gula nipah dapat dihasilkan cuka. Di Pulau Rote dan Sawu, Nusa Tenggara Timur, nira nipah diberikan ke babi di musim kemarau. Konon, hal ini bisa memberikan rasa manis pada daging babi.

Di Filipina dan juga di Papua, nira ini diperam untuk menghasilkan semacam tuak yang dinamakan tuba (dalam bahasa Filipina). Fermentasi lebih lanjut dari tuba akan menghasilkan cuka. Di Malaysia, nira nipah dibuat sebagai bahan baku etanol yang dapat dijadikan bahan bakar nabati pengganti bahan bakar minyak bumi. Etanol yang dapat dihasilkan adalah sekitar 11,000 liter/ha/tahun, jauh lebih unggul dibandingkan kelapa sawit (5,000 liter/ha/tahun).

Umbut nipah dan buah yang muda dapat dimakan. Biji buah nipah yang muda mirip dengan kolang-kaling (buah atep), dan juga diberi nama attap chee ("chee" berarti "biji" menurut dialek China tertentu).

Daun nipah yang telah tua banyak digunakan untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar dan tas. Lidinya dapat digunakan untuk sapu, bahan anyam-anyaman dan tali.

Tangkai daun dan pelepah nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu bakar yang baik. Pelepah daun nipah juga mengandung selulosa yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp ( bubur kertas). Buah nipah yang masih muda, yang disebut tembatuk, dapat dijadikan kolang-kaling, sedangkan buah yang sudah tua bisa ditumbuk untuk dijadikan tepung.

Di Kalimantan arang dari akar nipah digunakan untuk obat sakit gigi dan sakit kepala.

Pengganggu

Gangguan alam yang sering menimpa tanaman nipah adalah angin dan banjir.

Hewan yang sering mengganggu tanaman nipah adalah babi hutan, monyet, tikus, larva kumbang artona, dan udang tanah. Penyakit yang biasa menyerang tanaman nipah adalah jamur. Tanaman nipah yang terserang penyakit jamur pertumbuhannya akan terganggu. Bila yang terserang jamur adalah tangkai buahnya, bidang sadapan akan cepat rusak dan membusuk, sehingga tidak dapat disadap lagi. Kontaminasi jamur penyakit menyebabkan penurunan kualitas nira.

Rujukan

  1. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 487-490.
  2. ^ Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 135.

Pranala luar

  • (Melayu) ikan nira nipah sumber kekayaan baru], Utusan Malaysia online 04/01/07